15

9K 581 6
                                    

LIMA BELAS

Daniel yang baru saja keluar dari rumah Shasa, dan hendak menutup pintu terpaku sinis memandang lurus kearah laki-laki pengecut yang tengah berlari kecil menuju pintu. Dengan cepat Daniel menutup rapat pintu dengan sedikit keras untuk menyalurkan rasa kesal,dan muaknya pada pian yang telah berdiri angkuh di depannya.

Tatapan keduanya saling menghunus tajam antara satu sama lain. Daniel dengan tatapan benci, dan muaknya. Sedangkan Pian dengan tatapan marah, dan cemburunya. Cemburu karena laki-laki sialan di depannya ini telah menyedot penuh perhatian anaknya.

Daniel melangkah angkuh menuju Pian yang masih berdiri terpaku dengan tatapan setajam silet kearahnya. Daniel tidak peduli, bahkan tatapan yang dilemparkan oleh Daniel pada Pian lebih mengerikan.

Tanpa di duga oleh Pian,

BUKKK

Satu tinjuan kuat menyapa dengan indah rahang Pian membuat Pian tersungkur ke bawah dengan sudut bibir yang robek dan mengeluarkan darah di ujungnya. Setelah meninju keras wajah Pian, dengan eskpresi jijik Daniel menghapus kasar bekas kulit Pian dari kepalan tangannya yang menempel dengan menggosok-gosokkan di baju yang lak-laki itu pakai. Daniel jijik dengan sentuhan kulit Pian, punya tubuh jantan tapi kelakuan kayak banci ancol, pengecut!

"Apa yang kau lakukan brengsek!"Ucap Pian tajam sambil bangkit dengan kasar dari lantai.

Daniel tersenyum ejek pada Pian mendengar umpatan Pian untuk dirinya.

"Nggak salah itu? Di sini kamu yang brengsek, Pian."desis Daniel tajam.

"Jangan ikut campur urusanku. Jangan dekati anakku apalagi Shasaku."Ucap Pian dengan nada penuh tekanan.

Pian menyesal karena meminta tolong pada Daniel dulu.

"Kamu siapa? Rangga siapa kamu? Terlebih Shasa siapa kamu? Kenapa larang-larang? Kamu bukan siapa-siapa mereka berdua."Daniel berucap santai dengan kedua tangan yang laki-laki itu tenggelamkan ke dalam kantong celana bahannya.

Pian geram, dan melangkah lebih dekat kearah Daniel.

"Dasar bodoh! Aku adalah suami Shasa, dan aku adalah papa kandung Rangga. Begitu saja bodoh."Ucap Pian dengan nada ejeknya.

"Lantas, laki-laki brengsek mana tadi? Yang membuat anak kecil malang nangis karena tidak di kenal oleh papa kandungnya. Mahluk gaib?"Tanya Daniel sinis.

Pian terpaku di tempatnya, seketika dadanya terasa nyeri di saat memorinya memutar ulang tentang kejadian tadi.

BUUKKKK

Daniel dengan geram melayangkan tinjuannya lagi di rahang kokoh Pian. Kali ini sudut bibir sebelah kanan Pian yang mengeluarkan darah.

"Pura-pura lupa?"

Pian tidak menjawab, laki-laki itu masih terpaku bahkan pukulan yang di layangkan oleh Daniel barusan tidak memberi efek apapun padanya, sekarang hatinya yang sesak, dan sakit. Dia sangat keterlaluan tadi. Kesalahannya besar, dan fatal. Maafkan papa, Rangga. Jerit laki-laki itu dalam hati.

"Kenapa diam? Nggak seru tau. Mana Pian yang selalu gahar dan ancam ini itu pada Shasa? Mana?"geram Daniel lagi.

Pian menundukkan kepalanya dalam. Pian tidak berdaya untuk kelakuan pengecut dan bejadnya kali ini. Karena ia telah menorehkan luka yang paling besar di hati, dan pikiran anaknya yang masih kecil. Pian menyesal amat menyesal akan kelakuan bejatnya tadi.

Daniel meludah jijik melihat wajah menyesal Pian yang tidak berguna. Telat! Anaknya terlanjur sakit hati, dan sedih.

"Kamu tau, Sopian! Aku menyesali kenapa aku punya sepupu seperti dirimu."

"Aku juga menyesal karena tidak berdaya melindungi Shasa dari kelakuan bejatmu dulu."

"Aku juga menyesal menjadi saksi pernikahan tak normalmu dengan adik angkatmu dulu."Ucap Daniel geram.

Marah dan geram pada dirinya sendiri yang tidak berdaya untuk melindung shasa sebagaimana di amanatkan oleh tante Lilanya.

Mau membatalkan pernikahan Shasa dengan Pian dulu tidak mungkin. Mengingat Shasa yang telah berbadan dua dulu karena cemburu buta yang melanda Pian dulu, membuat laki-laki itu nekat mempeekosa dan menghamili Shasa. Shasa hamil di usianya yang baru menginjak sembilan belas tahun bahkan bangku kuliah belum sempat di cicipi oleh Shasa hanya masa ospek saja karena Pian.

Daniel, dan Pian begitu rapi menyimpan rahasia besar itu sampai sekarang. Ingin sekali Daniel memberitahu hal ini pada om dan tantenya, tapi mustahil, ada Pian dengan segala kegilaannya.

"Halah! Diam! Menyesalmu tidak ada gunanya. Shasa sudah menjadi isteriku sekarang. Milik mutlak diriku, Daniel."Ucap Pian dengan nada bangga, setelah laki-laki itu berhasil menguasai dirinya. Tidak! Ia tidak boleh menunjukkan sisi rapuhnya di hadapan orang lain apalagi Daniel.

"Shasa lebih mencintai anakanya, anakmu, Rangga terlihat lebih nyaman denganku. Dia memanggilku dengan sebutan papa tadi. Manis sekali. Aku berada di tingkat yang lebih tinggi darimu, Pian."Ucap Daniel penuh kemenangan.

Seketika wajah Pian pias, dan pucat. Benar, anaknya terlihat lebih nyaman dengan Daniel karena sikap acuhnya selama ini.

Daniel tersenyum melihat wajah pias pian.

"Aku harap, rahasiakan saja pernikahan, dan anakmu lebih lama lagi, kalau bisa jangan pernah kasih tau pada Om dan Tante tentang hal besar ini."Pian memandang tajam kearah Daniel yang terlihat santai.

"Aku saja yang menggantikan posisimu. Aku rasa benih cinta untuk Shasa sedang tumbuh di hatiku."Ucap Daniel sengaja untuk memans-manasi Pian. Benar saja Pian terlihat marah dengan kedua bola mata yang hampir keluar.

BUKKKK

Pian nggak tahan lagi, Pian meninju kuat wajah Daniel sampai-sampai Daniel tersungkur ke lantai tapi senyum penuh kemenagan laki-laki itu tak sedikitpun surut dari bibirnya. Membuat Pian semakin geram dan takut.

"Nggak akan terjadi itu! Shasa dan Rangga adalah milikku."Pekik Pian sambil menjambak kasar rambutnya.

Ada rasa takut yang begitu besar yang menjalar dalam hati Pian akan ucapan Daniel barusan.

"Milik yang kau sia-siakan!" Ucap Daniel geram.

Membuat Pian semakin Pias di tempatnya. Ya, apa yang di ucapakan oleh Daniel barusan benar. Dia telah menyia-nyiakan, dan menyembunyikan isteri dan anaknya selama ini.

Seketika kaki Pian terasa gemetar. Ia takut Shasa dan Pian akan berpaling darinya.

SUAMIKU KAKAKKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang