Part 2. Masa lalu

241 130 72
                                    


"Biarlah ku pendam cita-cita ini, untuk bisa membahagiakan adik tercinta."

-Rasa terdalam

¢Renna

___________________________________________

     Fajar berlalu, pagi hari kusambut mentari menyinari kelopak mata dengan sentuhan doa yang selalu di panjatkan.

Astaga...! Hari sudah pagi, aku lupa untuk melaksanakan sholat shubuh.

Akhirnya aku bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat..

Seperti biasa aku menjualkan jajanan tradisional, yang sudah dibuat adonannya tadi malam.

Lelah mengayuh pedal sepeda, sampai akhirnya menepi di sebuah sekolah Sma Negri, teringat seharusnya sekarang aku duduk di kelas 2 sma tapi karena aku kurang beruntung dari mereka, yang bisa merasakan pendidikan, bercanda ria bersama teman-teman sebaya, aku harus mengubur impian itu dalam-dalam.

                               ***

Dulu aku sama seperti keluarga yang lain hidup dengan rukun, bahagia, dan sejahtera.

Tapi semua berbeda dengan apa yang sudah di takdirkan oleh Allah, kejadian itu terjadi pada 2 tahun yang lalu.

Ibu dan Ayah kecelakaan waktu mereka kembali pulang kerumah, aku di kabari oleh orang yang melihat kejadian itu, ia membawa berita kerumah bahwa kedua orangtuaku kecelakaan, menabrak sebuah pohon di samping jalan saat malam hari.

Saat itu aku sedang melaksanakan ujian nasional smp, aku tak terbendung lagi untuk meneteskan air mata, aku melawan takdir bahwa aku tidak terima semua ini terjadi, karena aku sangat menyayangi mereka.

Lalu mayat itu berada di depan rumah, aku langsung memeluk jasad mereka dengan berkata:

"Ibu, Ayah mengapa engkau begitu cepat, pergi meninggalkan kami, lihat! aku harus menanggung hidup beserta kedua adik ku yang masih kecil?" (Menangis sejadi-jadinya).

Aku dibantu oleh tetangga, menitipkan si adik ke rumah warga, agar sang adik tidak terpukul dengan meninggalnya orangtua mereka.

Dan aku juga yang memandikan jenazah mereka dengan pengetahuan yang aku punya.

Akhirnya banyak warga yang melayat datang kerumah dan membacakan surah yang ada di Al-quran kepada kedua orang tua ku.

Saat di pemakaman aku menangis tanpa henti, karena aku binggung harus bagaimana dengan kehidupan ini tanpa ada orangtua disamping.

Aku pulang kerumah sendirian, tanpa kehadiran mereka.

Cerita yang berlalu membuat aku semakin tangguh dan kuat, kenapa tidak dari dulu aku tahu, bahwa Allah memberikan ujian yang berbeda-beda kepada setiap hambanya, aku mungkin!, baru memulai ujian yang diberikan oleh Nya, dan aku harus merelakan semua yang sudah ditentukan dengan ikhlas, untuk tenang di alam sana, aku yakin kedua orangtua ku sudah damai di alam sana, aku pun sudah merelakan kepergian mereka untuk selamanya.

Begitulah sekilas cerita dari hidupku, aku harus berjuang demi diri ini dan juga adik-adik.

Terusap air mata! bahwa aku tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan.

Dan aku lanjutkan lagi menjual jajanan tradisional keliling kampung, tak selang beberapa menit, pembeli sudah menunggu kedatangan ku, akhirnya ada seorang pembeli yang memborong semua dagangan hari ini, dengan hati yang gembira aku langsung melayaninya.

Dengan sengaja aku sudah membawa alat-alat mengamen, lalu aku melanjutkan mengamen dengan keadaan yang melelahkan.

Sesampainya di jalan raya, aku banyak menemui orang-orang dengan berbeda tabiat, menurut ku hidup dijalanan lebih bebas untuk seumuran anak 17 tahun.

Banyak pengaruh buruk dari hidup di jalanan, seperti penjabretan, pembagian kekuasan wilayah, cuci otak, serta kekerasaan fisik, tapi aku tidak ikut-ikutan dengan orang jahat yang ingin membuat anak bangsa jadi bodoh.

Sebagian anak yang bernasib sama dengan aku banyak bahkan ada yang lebih malang lagi nasibnya, lalu mereka berdalih menjadi pengamen jalanan.


Aku sebenarnya tak menginginkan hidup mencari uang dengan mengamen karena nasiblah yang mendorong aku untuk terus berjuang.

Setelah mengamen, terdengar suara adzan ashar mengema di telinga!!

Allahuakbar 2 kali
Allahuakbar 2 kali
Begitu seterusnya.....

Aku mendatangi rumah Allah untuk beribadah, di tempat ini lah aku menceritakan keluh-kesah atas segala apa yang kualami hari ini.

Aku sudah nyaman, damai berada di tempat suci ini sembari aku membaca Al quran, pesan yang disampaikan orangtua jangan melupakan nya!.

Hati tenang, jiwa pun damai dan rileks semua anggota tubuh. Aku tak akan mengecewakan kedua orang tua, aku harus bisa hidup mandiri tanpa mereka.
 

----------------------------------------------------------

                            🐰💝🐰
  
     ~Budayakan vote and coment😍~

NB :
cerita ini di ambil dari sudut pandang orang pertama!

 Renna [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang