Cowok berhoodie dengan tudungnya sampai menutupi setengah wajahnya, menghampiri temannya yang memakai jaket kulit cokelat. Dirasa sedang tidak ada yang memperhatikan mereka, lelaki berhoodie itu memberikan sesuatu pada temannya.
Cowok berjaket kulit itu memandang sekitarnya. Teman-temannya sedang sibuk dengan bercandaan mereka di depan api unggun yang dibuat mereka seadanya.
"Aman?" tanyanya terlihat ada keraguan.
Cowok berhoodie itu mengangguk mantap, "Gue bakal jagain sekitar sama Amanda. Lo tenang aja!"
Si berjaket kulit itu menghela nafasnya, haruskah ia lakukan? Itu yang terus menjadi perdebatan antara logika dan hatinya. Temannya yang memberikan barang itu, duduk di sebelahnya dengan tatapan lurus pada api unggun.
"Sekali coba gak masalah. Asal pake yang gue kasih tadi."
"Kalo dia nolak?"
"Gue yakin dia mau. Dia itu polos."
Lagi-lagi cowok berjaket kulit itu menghela nafasnya. Masih ragu apakah dirinya harus melakukannya atau tidak. Tapi bisikan-bisikan itu terus terngiang, jika dia harus melakukannya.
"Gue sama Amanda aja sampe sekarang aman tuh."
"Iya dah. Yaudah gue mau ketenda cewek gue dulu."
Cowok berhoodie itu mengangguk mengiyakan. Mereka sedang melaksanakan kemping liburan panjangnya. Mereka memilih berlibur dengan acara kemping karena mereka sudah lama tidak merasakan kemping.
Lokasi yang dipakai mereka untuk kemping masih dikatakan ramai banyak orang. Tidak hanya mereka saja yang sedang mengadakan acara kemping, ada juga beberapa remaja yang seumuran mereka melakukan hal sama. Dan ini malam terkahir mereka setelah satu malam mereka bermalam di hutan.
"Keadaan dia gimana?" tanya lelaki berjaket kulit itu pada perempuan yang baru saja keluar dari tenda.
"Dia udah gak papa kok. Mending lo masuk gih!"
Dia mengangguk. Tanpa disuruh temannya pasti dirinya akan masuk, karena itu tujuannya menghampiri tenda pacarnya.
"Si Nichol udah nunggu lo tuh. Jangan biarin dia ngejomblo."
"Yeuu dasar. Tapi awas ya lo hati-hati. Kalo bikin dia sakit, bukan cuma leher lo yang gue potong, tapi punya lo."
"Jangan sadis jadi cewek!" ucapnya tidak peduli dengan ancaman perempuan itu. Lalu cowok itu masuk kedalam tenda, dan tak lupa juga menutupnya rapat.
Dilihat sang pacar sedang meringkuk membelakanginya. Untung saja di dalam tenda bisa ditiduri oleh 4 orang.
"Sayang..." panggilnya dengan lembut.
Gadis yang tengah meringkuk itu membalikkan tubuhnya, "Iqbaal? Kamu disini?"
Cowok berjaket kulit yang bernama Iqbaal itu hanya tersenyum menanggapi ucapan pacarnya. Dia membantu gadisnya untuk duduk.
"Kamu gak papa, sayang?"
"Aku udah baikan kok."
Iqbaal tersenyum sambil mengusap pipi gadisnya lembut, "Aku juga bilang apa, kamu gak usah ikut."
"Masa iya temen-temen yang lain ikut, aku nggak sih. Ntar kamu cari cewek lain lagi."
Cowok itu tekekeh. Lalu membawa sang gadis masuk kedalam pelukannya, "Dua tahun kita pacaran, masa kamu masih ragu aja sama aku?"
"Manusia kadang lupa, Baal. Dia bisa aja tergoda."
"Aku gak bakalan pergi, sekalipun kamu yang minta. Kamu udah miliku (Namakamu)."
Gadis cantik dan polos itu mengeratkan pelukannya. Dia tidak percaya bisa berpacaran dengan most wanted di sekolahnya. Dia tidak percaya bahwa ia salah satu gadis yang beruntung dimiliki Iqbaal.
"Sayang..."
(Namakamu) mendongak di depan dada Iqbaal. Keduanya tidak ingin melepaskan pelukan yang begitu erat.
"Iya, kenapa?"
Tatapan mereka beradu, menyalurkan betapa besar cinta mereka untuk pasangannya. Tiba-tiba Iqbaal mendekatkan wajahnya kepada (Namakamu), dan mencium gadisnya begitu lembut. Mereka memejamkan matanya, menikmati setiap setuhan yang mereka perbuat.
Iqbaal melepaskan ciuman mereka, namun wajahnya tidak menjauh. Mereka kembali bertatap dengan nafas mereka yang saling memburu.
"Aku mau kamu," bisik lelaki itu. (Namakamu) sempat terkejut, dia mengerti apa yang Iqbaal ucapkan. Cowok itu pernah mengatakan itu 3 kali dan ini yang ke 4 kalinya.
"Tapi, gimana kalo aku..." (Namakamu) tak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia takut jika sesuatu yang tidak diinginkannya terjadi.
"Aku akan bertanggung jawab. Aku gak bakal pergi kalo itu terjadi."
Lama (Namakamu) harus memahami setiap ucapan Iqbaal, setiap tatapan Iqbaal, dan setiap sentuhan Iqbaal. Dia juga merasakan hal sama, dia ingin melakukannya.
Akhirnya (Namakamu) mengangguk yakin. Iqbaal sempat ragu, namun dia sudah mendapatkan lampu hijau. Iqbaal sadar ini salah, tapi nyatanya setan-setan telah mempengaruhi otak mereka.
Dengan perlahan Iqbaal membaringkan tubuh kecil gadisnya dengan tas sebagai penahan kepala. Sebelum melakukannya, Iqbaal kembali menatap (Namakamu) begitu lama. Dan akhirnya malam itu terjadi kesalahan besar. Mereka tidak akan tau hal itu akan berdampak buruk di masa depan mereka nantinya. Pikiran mereka telah tersumbat oleh bisikan-bisikan iblis.
*
13.12.2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents [end]
FanfictionPenyesalan pasti akan datang di akhir, bukan? Sama seperti Iqbaal dan (Namakamu). Mereka diharuskan dewasa sebelum waktunya. Masa remaja mereka harus pupus karena kesalahan yang telah diperbuat. Segala cobaan terus mereka hadapi. Sampai salah satu d...