SORRY FOR TYPO
🐸🐸🐸
Sudah 30 menit (Namakamu) menunggu Iqbaal yang katanya hanya sebentar, ada seseorang yang mau menemuinya di bawah. Karena (Namakamu) tidak bisa tidur, ia memutuskan untuk menemui suaminya. Tidak apa-apa nanti dimarahi karena belum tidur, kerena ia memang tidak bisa tidur.
Arah suara yang terdengar ada di ruang santai, perempuan itu langsung menuju sana. Ternyata tak hanya ada Iqbaal dan tamunya, ada juga orang tuanya.
"Eh, nak (Namakamu)." Perempuan itu tersenyum pada mertuanya, lalu menghampiri Iqbaal dan duduk di sampingnya.
"Kok belum tidur?" tanya Iqbaal.
(Namakamu) tidak mampu menjawab. Ia malah memeluk tangan Iqbaal agar suaminya tidak marah, apalagi di depan tamu.
Iqbaal menghela nafas saat merasakan tangannya diusap-usap dengan pelan. Dia juga menggenggam tangan (Namakamu) yang satunya lagi.
"Iqbaal sama (Namakamu) ke kamar dulu," ucap Iqbaal lalu membantu isterinya untuk bangun. "Bang, soal tadi nanti gue pikirin lagi."
Cowok yang tak lain adalah Ari, sepupu Iqbaal yang beberapa hari datang itu mengangguk paham. Iqbaal segera membawa isterinya kembali ke kamar karena sudah malam. Ia tidak suka jika (Namakamu) tidur kemaleman.
"Kak Ari mau ngomong apa sama Iqbaal?" tanya (Namakamu) saat mereka sudah sampai di kamarnya.
Iqbaal tidak langsung menjawab. Dia menyuruh (Namakamu) untuk duduk di tempat tidur. "Bang Ari nanyain aku jadi apa nggak kuliah bareng dia."
"Emang kak Ari kuliah di mana?"
"Australia." Seketika (Namakamu) diam, ia menatap Iqbaal dengan intens. Jujur, ada rasa takut dalam diri (Namakamu).
"Tapi itu jangan dipikirin. Aku juga gak tau mau apa nggak. Lagian masih sekitar delapan bulan," jelas Iqbaal agar (Namakamu) tidak khawatir.
"Sekarang, fokus aku mau sama kamu dan ...." Tangannya menyetuh perut sang isteri dan mengelusnya. "Bayi kita."
(Namakamu) tersipu malu. Tapi kali ini perempuan itu tidak menyembunyikan wajahnya. Yang ada malah mencubit kedua pipi Iqbaal sambil menggeleng-gelengkan kepala cowok itu.
"Fokus juga sama ujian. Biar Iqbaal bisa lulus."
"Asal ada kamu, aku sanggup jalanin semuanya." Iqbaal tersenyum manis setelahnya.
Lalu cowok itu mengajak (Namakamu) untuk tiduran di dadanya. Sedangkan dirinya duduk dan bersandar pada ranjang. (Namakamu) menurutinya, sambil memeluk perut Iqbaal dengan nyamannya.
"Kalo kamu gimana?" tanya Iqbaal.
"Apanya?"
"Kuliah?"
(Namakamu) berpikir sebentar, lalu menjawab. "Kalo udah lulus, mungkin aku gak langsung kuliah. Mau urus dedek bayi dulu. Kalo udah setahun atau dua tahun sih aku mau."
Iqbaal tersenyum senang. Kini (Namakamu) sudah mulai menerima kehadirannya bayinya, hatinya menghangat. Sayang, senyuman kebahagian Iqbaal tidak bisa dilihat oleh (Namakamu).
"Tapi Iqbaal, kalo aku kuliah nanti biayanya gimana?"
"Kalo masalah itu kamu jangan khawatir. Aku yang bakal tanggung."
(Namakamu) merubah posisi kepalanya sehingga bisa melihat wajah Iqbaal. "Tapi kan Iqbaal nanti sama-sama kuliah. Mungkin juga biaya kuliah Iqbaal masih ditanggung sama Ayah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents [end]
FanfictionPenyesalan pasti akan datang di akhir, bukan? Sama seperti Iqbaal dan (Namakamu). Mereka diharuskan dewasa sebelum waktunya. Masa remaja mereka harus pupus karena kesalahan yang telah diperbuat. Segala cobaan terus mereka hadapi. Sampai salah satu d...