🐸🐸🐸
Iqbaal masuk ke dalam rumah sakit dengan terburu-buru. Jaraknya dari sekolah menempuh waktu satu jam, tapi mungkin tadi Iqbaal hanya 45 menit. Lelaki itu khawatir dengan (Namakamu) dan kandungannya. Sebelum-sebelumnya tidak ada masalah apapun, anaknya tumbuh sehat.
"Pasien bernama (Namakamu) Agatha yang mau oprasi di mana?" tanya Iqbaal.
"Mas dengan siapanya?" tanya salah satu wanita.
"Saya suaminya."
Wanita itu sempat tidak percaya, karena pakaian yang sedang Iqbaal kenakan saat ini. Tapi karena desakan Iqbaal, wanita itu akhirnya menunjukkan di mana (Namakamu) berada.
Ternyata isterinya belum dioperasi, perempuan itu sedang bersama dokter Anna yang selama kehamilan selalu konsultasi pada dokter itu. Dan juga ada Rike yang menemani dengan raut wajah khawatir.
"Sayang ...."
(Namakamu) yang sedang duduk dengan gelisah itu, langsung memeluk Iqbaal saat suaminya menghampiri. Sakit di perutnya sungguh luar biasa. Mau nangis tapi malu dengan mertua dan dokter. (Namakamu) hanya membuang nafas berulang-ulang kali agar membantunya rileks.
Rike berdiri dan menyuruh Iqbaal untuk duduk di samping (Namakamu). Ekspresi dokter tidak sama seperti para petugas tadi, yang melihat Iqbaal begitu terkejut. Dokter Anna sudah tahu apa yang telah terjadi pads pasangan muda itu.
"Jadi bagaimana, dok? Kata dokter kandungan istri saya baik-baik. Kenapa harus oprasi?" tanya Iqbaal.
"Oke, kamu tenang dulu, ya. Sebenernya tidak ada masalah dengan bayinya. Hanya saja umur (Namakamu) yang masih muda, memperngaruhi proses persalinan nanti. Jadi saya menyarankan untuk dioperasi saja. Bagaimana?"
Iqbaal menatap sang isteri yang terlihat sangat kesakitan. Ia mengelus perut bucitnya agar bisa meredakan sakitnya. Namun akhirnya tidak berpengaruh juga.
"Kamu gimana?"
"A-aku gimana Iqbaal aja," lirih (Namakamu).
Tak tega sebenarnya melihat (Namakamu) yang seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi, ini yang harus dialami ibu hamil ketika akan melahirkan.
"Setuju, dok. Asal istri dan anak saya baik-baik aja."
"Baiklah. Tolong tanda tangani surat ini." Doktor Anna menyerahkan kontrak ke hadapan Iqbaal. "Kamu gak perlu khawatir. Hal ini sudah biasa bagi ibu hamil."
"Iya, dok. Saya serahkan ke dokter aja," jawab Iqbaal setelah menandatangani.
Dokter Anna tersenyum. Lalu dia menghampiri (Namakamu) dan mengajaknya untuk berbaring di brankar. "Mulesnya sering gak?"
(Namakamu) mengangguk dengan wajah yang sudah pucat.
"Oke, kita persiapkan untuk lanjut operasi."
Sekitar lima belas menit mempersiapkan, akhirnya (Namakamu) dibawa ke ruang operasi. Iqbaal dan Bundanya hanya bisa menunggu di luar. Mereka terus berdoa agar persalinannya lancar.
"Bun, dari kapan (Namakamu) ngeluh sakit?" tanya Iqbaal.
"Sebenernya waktu subuh (Namakamu) cerita kalo banyak cairan yang keluar. Bunda pikir pasti itu air ketuban. Waktu sarapan Bunda tanya lagi gimana, (Namakamu) jawab udah mulai mules. Tapi dia gak mau bilang sama kamu."
"Kok (Namakamu) gitu sih."
Rike tersenyum tipis. Dia mengusap bahu Iqbaal agar tetap tenang. "Jangan salah sangka, loh. (Namakamu) begitu karena dia gak mau mengganggu fokus kamu sama ujian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents [end]
FanfictionPenyesalan pasti akan datang di akhir, bukan? Sama seperti Iqbaal dan (Namakamu). Mereka diharuskan dewasa sebelum waktunya. Masa remaja mereka harus pupus karena kesalahan yang telah diperbuat. Segala cobaan terus mereka hadapi. Sampai salah satu d...