》PART 24

3.1K 364 66
                                    

Sorry for typo. Kalo ada dikasih tau

🐸🐸🐸

Kembali lagi (Namakamu) dan Ari harus menelan kekecewaan saat tak mendapat Ghibran di rumah itu. Ditambah lagi keterkejutannya jika yang meninggal adalah Vanesha, bukan bayinya.

Seorang pria yang katanya Ayah dari Vanesha, mengancam kalau mereka tidak akan membiarkan Ghibran begitu saja. Itu yang sedang (Namakamu) takutkan.

Apalagi sekarang Ghibran entah dibawa pergi ke mana oleh Iqbaal. Dan itu membuat (Namakamu) semakin khawatir dengan ancaman Ayah Vanesha.

Sekarang tak ada yang ingin (Namakamu) lakukan selain mengurung diri. Kini Ari dan Herry sedang mencari Ghibran dengan bantuan polisi. Untungnya segera diproses karena Ghibran telah menghilang lebih dari 24 jam.

(Namakamu) tak henti-hentinya menangis sambil memeluk pakaian Ghibran. Ibu mana yang tidak sedih berpisah dengan anaknya berhari-hari. Jika Iqbaal mengatakan kemana dia akan membawa Ghibran, mungkin (Namakamu) tidak akan seperti sekarang. Setidaknya ia tidak perlu khawatir jika Ghibran baik-baik saja.

(Namakamu) juga tidak akan melarang Iqbaal jika ingin membawa anak mereka menginap di tempat lelaki itu. Yang terpenting Ghibran baik-baik saja, dan akan dipulangkan jika Ghibran sudah tidak betah. (Namakamu) pasti akan memberikannya. Tapi ini apa? Bilang tidak, dan sekarang tidak tahu di mana mereka.

"(Nam), aku bawa makanan. Dimakan dulu biar gak sakit."

Wanita itu segera duduk saat Ari datang ke kamarnya. Jangankan makan enak, minum air putih saja rasanya tidak mau. (Namakamu) selalu teringat jika akan makan, bagaimana dengan Ghibran, apa sudah makan atau belum?

"Kok diem. Ayo, makan dikit juga nggak papa."

(Namakamu) mengangguk. Tak mau juga wanita itu terpaksa menerima suapan dari Ari. "Gimana perkembangannya?"

Ari tersenyum. "Masih proses."

"Kak, ini udah empat hari. Sampe sekarang aku gak tau kabar Iban. Gimana kalo Iban ternyata--"

"Ssttt ... Percaya sama aku, Iban baik-baik aja. Kamu yang sabar, ya. Aku sama om Herry juga lagi berusaha."

(Namakamu) tertunduk mencoba menahan kesedihannya pada seseorang yang selalu membantunya. Ia juga tidak ingin Ari menjadi khawatir padanya, lagipula pria itu harus mencari Ghibran. (Namakamu) tidak mau fokus Ari malah terbagi karena dirinya.

Ponsel (Namakamu) berbunyi. Wanita itu segera mengambilnya. Sebuah pesan masuk dari orang yang tidak dikenal.

Unknown

Temui gue sekarang kalo lo mau liat Iban. Datang sendiri! Kalo bawa orang gue jamin sempai kapanpun lo gak bisa ketemu lagi

Send alamat

Ari yang melihat perubahan wajah (Namakamu) menjadi khawatir. Dia menepuk bahu (Namakamu) sampai wanita itu sadar kembali.

"Kenapa, (Nam)? Siapa yang kirim pesan?"

(Namakamu) mendongak dengan wajah menegang. "Ah ... eum i-tu ... i-ni dari Manda. Katanya dia mau bantu cari Iban juga. D-ia mau minta bantuan sama suaminya."

"Oh ... Kok muka kamu kayak sedih gitu?"

"Eum ... itu karena a-ku terharu sama Manda. Dia begitu khawatir sama Iban." Dan jatuh lah air mata (Namakamu). Jelas bukan karena Amanda, tapi karena isi pesan itu dari seseorang itu.

Ari percaya melihat (Namakamu) menangis. Mungkin ucapan temannya mengingatkan kembali pada Ghibran. Ari menyuruh (Namakamu) untuk tidur lagi, meski makanan yang ia bawa masih banyak yang tersisa.

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang