》PART 2

5.3K 405 23
                                    

Gerak-gerik aneh (Namakamu) tak lepas dari pandangan Iqbaal. Ingin mendekat dan bertanya, tapi ini sedang dalam keadaan pembelajaran. Iqbaal menatap guru fisika itu, dan kayaknya rumus-rumus itu tidak masuk dalam otaknya.

"Pak!" Pandangan Iqbaal kembali tertuju pada sang pacar yang mengangkat tangannya. "Izin ke toliet."

"Ya, silahkan!"

Gadis itu segera keluar dengan sebelah tangan yang membekap mulutnya. Apalagi dia sedikit berlari. Setelah semenit (Namakamu) keluar, Iqbaal juga mengangkat tangannya.

"Ya?" tanya guru itu.

"Izin keluar, pak."

"Nggak! Saya curiga kamu bakal main-main sama pacar kamu." Hubungan Iqbaal memang sudah banyak guru yang tahu. Ya karena sifat Iqbaal yang kadang posessive tanpa kenal tempat. Seperti kejadian kemarin dihadapan pak Yoga.

"Pulpen saya abis, pak. Mau ke koperasi. Lah pacar saya ke toilet, mana bisa kita main-main. Si bapak aneh."

"Serius?"

"Bener, pak."

"Yausaudah, jangan lama-lama."

Tanpa ragu lagi Iqbaal segera keluar. Di saat belokan menuju tangga, ia melihat (Namakamu) sedang berjongkok dengan tangan yang menyekal pada tiang tangga.

"Sayang.." Iqbaal menghampirinya, wajah gadis itu begitu pucat. Iqbaal segera menggendong dan membawanya ke ruang kesehatan. Lagi lagi ruang kesehatan tidak ada yang menunggu, mungkin karena ini sedang belajar.

Baru saja tubuh rampingnya di tidurkan, gadis itu bangun lagi. Mendekati wastafel dan kembali muntah. Iqbaal dengan khawatir membantunya memijat tengkuknya. Tidak ada yang keluar, sejak tadi pagi (Namakamu) memang belum makan apapun. Setiap di isi sedikit saja pasti akan keluar.

"Pengen pulang," rengek (Namakamu) dalam pelukan Iqbaal. Kepalanya berada di ceruk leher sang pacar. Menghirup bau Iqbaal yang membuatnya sedikit tenang.

"Iya, kita pulang. Kamu tidur dulu sebentar ya. Aku mau izin sama sambil tas kamu."

"Gak mau. Kamu di sini aja."

Iqbaal mengangguk. Dia membawa (Namakamu) untuk tidur dulu. Lalu ia mengambil handphonenya. Melihat bahwa ada temannya yang sedang online. Dia segara memberi pesan.

●Nich, tolong izinin sama pak Jun kalo si (Namakamu) sakit. Bawa juga tasnya. Gue di uks

Lama pesan itu tidak di jawab, mungkin temannya sedang mencuri-curi pandang agar bisa memainkan handphonenya.

Iqbaal kembali melirik gadisnya. Dia sudah tertidur pulas. Wajahnya masih saja pucat.

Drttt!

otw

Iqbaal tak membalasnya lagi. Dia lebih memilih memandang wajah cantik (Namakamu). Meskipun dalam keadaan wajah pucat, gadisnya masih terlihat cantik, sangat cantik.

Menyesal telah mengambil sesuatu yang telah berharga sebulan yang lalu. Andai saja ia tidak terpengaruh godaan teman bangsatnya, mungkin ia tidak akan pernah melakukannya.

Di usianya yang terbilang masih remaja, tapi dirinya sudah menjadi brengsek. Iqbaal berjanji ini yang terkahir kalinya. Ia tidak mau melakukannya lagi. Melakukan itu sama saja ia menyakiti bundanya.

"Baal!" panggil Nichol. Iqbaal menoleh, lalu segera berdiri.

"Temenin gue ke guru piket. Bilang kalo (Namakamu) mau pulang."

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang