EPILOG

4.9K 351 25
                                    

SORRY FOR TYPO!!!

🐸🐸🐸

Apa yang Iqbaal inginkan kini semuanya sudah terkabulkan. Lelaki itu sudah menikahi (Namakamu) lagi, hubungan dengan keluarga sudah membaik, dan ... ingin (Namakamu) hamil juga sudah tercapai.

Iqbaal benar-benar mendapat karma setelah kepergian anak pertamanya, Ghibran. Semua yang direncanakan memang sudah tercapai. Tapi tetap saja ada yang beda.

Seperti Ayahnya, sampai saat ini pria itu masih bersikap dingin walau mereka satu atap. Herry tidak peduli lagi jika Iqbaal ada masalah, dan perusahaan miliknya tetap tidak ingin berpindah tangan pada Iqbaal.

Iqbaal tidak mempermasalahkan itu sekarang. Meski Ayahnya tidak mengizinkan dirinya bekerja di perusahaan, Iqbaal masih bisa berkerja di perusahaan Nichol. Gajinya sudah cukup untuk menafkahi (Namakamu).

Namun, meski sekarang (Namakamu) miliknya, Iqbaal tetap tidak bahagia. Tidak, bukan karena Iqbaal tidak mencintai (Namakamu). Tapi ... keadaan (Namakamu) yang sekarang.

Iqbaal tidak mau mengatakan kalau (Namakamu) mentalnya terganggu. Namun keadaannya seperti itu. Hal ini terjadi karena kepergian Ghibran satu tahun yang lalu. (Namakamu) sering mengatai dirinya pembunuh, sering berteriak memanggil Ghibran, dan mengamuk sampai merusak barang-barang.

Untungnya semenjak kehamilannya membesar, wanita itu jarang berulah. Tapi sebagai gantinya tidak pernah mau bicara, seakan (Namakamu) itu mayat hidup. Itulah mengapa Iqbaal tidak bahagia. Wanita sebaik (Namakamu) harus mengalami seperti ini.

Malam itu Iqbaal membawakan segelas susu, ia masih ingat susu kesukaan (Namakamu) di kehamilan pertamanya. Dia duduk di samping (Namakamu) yang berada di balkon, sambil menikmati angin malam di musim kemarau.

"Sayang, minum dulu susunya."

Tidak ada respon, mau itu menolak atau mengangguk. Iqbaal sudah biasa dengan sikap (Namakamu) yang sekarang. Lalu Iqbaal mengarahkan sedotan ke mulut (Namakamu).

Satu tangannya memegangi gelas susu, lalu yang sebelahnya lagi mengelus perut buncit (Namakamu). Kehamilannya sudah berusia 9 bulan, dan perkiraan dokter akan cepat.

Iqbaal sangat menunggu kelahiran (Namakamu). Maka dari itu, sudah seminggu ini Iqbaal sering pulang lebih awal. Berada di samping (Namakamu) setiap saat. Iqbaal tidak ingin kejadian dulu terulang lagi.

"Udah?" tanya Iqbaal saat (Namakamu) melepaskan sedotan. Tetap saja tidak ada respon.

Iqbaal tersenyum. Menyimpan gelas susu yang tinggal setengah ke dalam kamar. Lalu lelaki itu kembali ke balkon, membantu (Namakamu) berdiri dan membawanya ke kamar.

"Sekarang istirahat, ya."

Baru saja mereka memasuki kamar, (Namakamu) memegang perut dengan erat. Dia berteriak kesakitan dan membuat Iqbaal khawatir.

*****

Iqbaal begitu bahagia melihat bayi dalam gendongannya. Sangat cantik dan mirip sekali dengan Mamanya.

Beberapa menit yang lalu adalah adalah hal yang menegangkan. Bersyukur (Namakamu) bisa melahirkan anak kedua mereka tanpa harus operasi lagi. Tadi dokter mengatakan untuk cesar karena (Namakamu) terlihat tidak mau berjuang. Bahkan beberapa perawat membicarakan wanita itu secara terang-terangan.

Kini wanita itu sedang dibersihkan oleh dokter. Iqbaal melihat dari kejauhan dengan senyuman hangatnya. Rasanya senang bisa menemani (Namakamu) melahirkan meski dengan waktu yang sangat lama.

"Pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang inap. Bapak boleh mengurus administrasinya sekalian."

Iqbaal mengangguk, lalu menitipkan bayinya pada Rike. Lelaki itu juga menyuruh Rike untuk menjaga (Namakamu).

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang