》PART 14

2.9K 353 53
                                    

GHIBRAN ARFAN ALHUSAYN|| IBAN ||

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GHIBRAN ARFAN ALHUSAYN
|| IBAN ||

🐸🐸🐸

Sejam terlewati tapi (Namakamu) belum sadar juga, dan waktu kesepian itu Iqbaal gunakan untuk mencari nama. Ia sudah menemukan nama yang pas untuk anak lelakinya.

Iqbaal sebenernya sudah gerah belum mengganti pakaiannya dan orang tuanya juga belum kembali. Untungnya Iqbaal memakai kaos polos, dia melepaskan kemeja sekolahnya.

Merasa pegal terlalu lama duduk, ia ingin menghampiri sofa untuk merebahkan tubuhnya. Baru saja berdiri, tangan Iqbaal ada yang mencegahnya.

"Sayang ...."

Binar kebahagian terpancar di wajah Iqbaal. Lelaki itu menundukkan kepalanya agar lebih dekat dengan (Namakamu) yang baru sadar. "Gimana? Ada yang sakit?"

(Namakamu) menggeleng pelan. Ingin bicara namun rasanya tidak bisa. Lemas dan tak ada daya. Rasanya wanita itu haus dan ingin minum.

"Kamu mau apa, hm?" Dengan gerakan tubuh, (Namakamu) menunjuk tenggorokan. Iqbaal langsung memahaminya. "Sebentar, ya. Aku mau panggil dulu dokter Anna."

Wanita itu mengangguk pelan.

"Gak apa-apa aku tinggal sebentar?" Kedua kalinya (Namakamu) mengangguk sambil tersenyum tipis.

"Yaudah, aku gak akan lama." Sebelum Iqbaal meninggalkan (Namakamu), lelaki itu menyempatkan diri diri untuk mencium sang isteri.

Di ruangan yang sepi itu, (Namakamu) hanya bisa celingak-celikung memperhatikan setiap sudut di ruangan itu. Teringat mengapa dirinya menjalani operasi, karena ia telah melahirkan. (Namakamu) ingin sekali bertemu dengan anaknya. Bagaimana keadaannya, bagaimana wajahnya mirip siapa, bagaimana kesehatannya, (Namakamu) ingin tahu semuanya.

"Hai, (Nam). Gimana keadaan kamu?" sapa dokter Anna. (Namakamu) hanya tersenyum, masih enggan untuk bicara.

"Dok, (Namakamu) katanya haus. Boleh dikasih minum?"

"Jangan dulu, ya. Nanti kalo udah beberapa saat boleh. Tapi minumnya juga jangan terlalu banyak, sedikit-sedikit aja."

"Baik, dok. Tapi kalo istri saya mau ketemu bayinya boleh gak?"

"Boleh dong. Nanti kalo ibunya sudah ada tenagga untuk menggendong." Iqbaal mengangguk. "(Nam), boleh saya cek payudara kamu?"

"Loh, kenapa, dok?" tanya Iqbaal keheranan.

"Gak apa-apa kok, cuma saya mau cek aja perkiraan ASI-nya bakal keluar kapan." Tangan dokter Anna meraba-raba payudara (Namakamu). "Belum ada kayaknya. Nanti saya mau bicara sama Ibu Rike tentang makanan yang bisa dikonsumsi (Namakamu) biar ASI-nya keluar secepatnya. Kamu gak bakal tau, Baal."

"Hehehe ... dokter ini."

"Karena kondisi (Namakamu) mendingan, jadi saya tinggal, ya," ucap dokter Anna. "Sebelum ASI keluar, beli susu formula aja buat bayinya. Untuk sementara aja. Jangan dibiasakan minum susu lain, ASI lebih bagus buat pertumbuhan anak."

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang