》PART 18

2.7K 389 79
                                    

Terima kasih yang udah komentar di part sebelumnya. Semakin banyak komentar, semakin cepet juga gue nulis. And ... sorry for typo

🐸🐸🐸


Keesokan harinya Iqbaal datang lagi untuk mengambil surat cerai. Dia datang pukul satu siang. Pemakaman Diana sudah selesai, tapi masih ada beberapa mobil di pekarangan rumah itu.

Ditatapnya pintu rumah yang terbuka itu, ada keraguan dari Iqbaal. Tapi demi tujuannya lelaki itu memaksakan diri. Saat Iqbaal akan masuk, lelaki itu dikejutkan oleh seorang gadis sepantaran dengan Ghibran.

"Om cari siapa?" tanyanya dengan suara imut.

"(Namakamu)."

"Ada. Ayo masuk."

Iqbaal mengangguk pelan, mengikuti gadis itu yang sudah masuk. Di dalam ternyata banyak orang yang Iqbaal kenali. Salah satunya ialah orang tuanya.

Rike dari semalam masih memikirkan apa benar Iqbaal masih hidup, sekarang terbukti keberadaannya. Wanita itu segera menghampiri Iqbaal sambil meraung. Iqbaal diam, tapi kedua tangannya melingkar di punggung sang Bunda.

Ruangan yang tidak terlalu besar itu hening. Di antaranya ada Ari, Herry, adik dari Diana dan suaminya, serta dua bocah berbeda jenis kelamin. Hanya ada suara Rike yang menangis.

Salah satu pintu kamar terbuka. (Namakamu) baru saja keluar dari kamarnya. Mata Iqbaal dan (Namakamu) bertemu dengan pandangan yang berbeda. Masih kesal dengan perlakuan Iqbaal semalam, wanita itu langsung saja menunduk. Ia menghampiri Ghibran dan merangkulnya. (Namakamu) takut Iqbaal berbuat seperti semalam.

Rike melepas pelukannya. Menatap Iqbaal dengan air mata yang tak berhenti turun. "Kamu selama ini ke mana aja? Ayah sama Bunda nyusul kamu tapi gak ketemu. Bunda kira ... ah, tapi syukurlah kamu masih hidup."

"Aku bisa ceritain nanti. Aku ke sini cuma mau--" Lelaki itu memandang (Namakamu). Takut, (Namakamu) menggenggam erat tangan Ghibran. "Mana surat cerainya?"

"Apa?" Hampir semu terkejut, kecuali  (Namakamu) dan Herry.

Iqbaal tetap tenang walau ditatap dengan benci oleh semuanya. Rike saja langsung menjauh setelah mendengarnya.

Sedangkan (Namakamu) menggigit bibirnya. Dalam keadaan seperti ini ia bingung harus menentukan apa. (Namakamu) tidak ingin mengambil keputusan yang salah. Meski kematian Diana sebabnya karena lelaki itu, tapi hati (Namakamu) masih mencintainya.

Lagipula ... (Namakamu) tidak tahu di mana surat itu.

"Iqbaal! Apa-apaan kamu, hah?! Ada Iban yang harus kamu nafkahi." Amarah Rike meledak.

"Aku sudah menikah lagi. Dan sekarang lagi mengandung."

Brugh!

"Anak sialan! Berani-beraninya kamu berbuat seperti ini pada (Namakamu) dan Iban."

Iqbaal hanya memegang dagunya, sudut bibirnya sedikit mengeluarkan darah. Ekspresi lelaki itu tidak berubah, masih memperlihatkan muka datar dan dingin.

"Anjing. Bangsat!"

Ari memukul Iqbaal dengan brutal, dan kali ini Iqbaal melawan. Tidak ada yang meleraikan, Herry membiarkan anaknya yang sudah kewalahan. Itu pantas untuk Iqbaal.

Sampai akhirnya (Namakamu) berteriak berhenti karena Ghibran ketakutan. Jangankan anaknya, dirinya pun takut.

Wajah Iqbaal lebih parah dibandingkan dengan Ari si penyerang. Nafas keduanya masih memburu. Melihat (Namakamu) kembali menangis, Ghibran memeluknya erat.

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang