》PART 1

7.6K 410 10
                                    

Siswa dipaksa kembali masuk ke sekolah dan meninggalkan liburannya. Ini yang mungkin sebagian siswa tidak mau menerimanya, dan gairah sekolah pun menurun.

Sudah dua minggu bersekolah, tapi rasa malas itu tetap ada. Mungkin ada beberapa yang belum menyesuaikan dengan keadaan sekolah. Mereka masih belum move on dari liburannya.

Seminggu kemarin pembelajaran memang belum efektif, karena ada penerimaan siswa baru dan lain sebagainya. Lagian yang sibuk hanya siswa baru dan segelintir anak-anak OSIS. Tapi yang kena imbas semua kelas. Mungkin gurunya memaklumi karena masih dalam rasa liburan.

Namun sekarang pembelajaran mulai kembali normal seperti biasanya. Tentunya dengan jadwal pelajaran yang berubah dan suasana kelas yang berbeda. Tapi untuk teman sekelas, sepertinya masih sama seperti sebelumnya.

Kelas 12 MIPA 2 sedang ada pembagian olahraga. Semua murid tengah berkumpul di lapangan. Mereka masih melakukan pemanasan. Meskipun ini pembelajaran pertama, tapi terik matahari sudah panas. Namun katanya, itu baik untuk kesehatan.

Setelah melakukan gerakan-gerakan pemanasan, mereka disuruh untuk berlari mengelilingi lapangan sebanyak 2 kali. Karena lapangannya bisa dikatakan lebar, jadi guru meringankan mereka.

Iqbaal berlari menyamakan langkahnya dengan sang pacar, (Namakamu). Ada yang aneh dengan gadis itu, wajahnya terlihat pucat.

"Kamu sakit?"

(Namakamu) tersentak. Dia tadi terlalu fokus pada lapang yang dipijaknya, "Nggak kok?"

"Kok mukanya pucat?"

Diam. Dia saja tidak merasa dirinya sakit atau wajahnya pucat. (Namakamu) merasa dirinya baik-baik saja.

"Kalo sakit, kamu gak usah olahraga."

"Nggak deh, sayang nilai. Lagian aku juga gak ngerasa sakit."

Mereka berhenti setelah dua kali mengelilingi lapangan. Suara riuh teman sekalas membuat lapangan semakin ramai. Ya, Iqbaal dan (Namakamu) terakhir kali yang selesai. Sedangkan mereka sudah istirahat di sisi lapangan.

"Aduh, kanjeng sama sultan malah pacaran. Gimana nih, pak!" teriak Bastian.

"Ntar diseret ke KUA sekalian," sahut guru muda itu. Udah ganteng, belum nikah, sexy lagi. Banyak sekali murid-murid cewek yang selalu caper.

"Wah, kayaknya nikah duluan nih mereka." Semuanya tertawa, termasuk guru ganteng itu.

"Udah jangan bercanda mulu. Istirahat udah selesai, sekarang kita ke lapangan," titah sang guru. Dia membawa dua buah bola sepak. Lalu menyuruh muridnya untuk memasang benda-benda lainnya untuk praktek nanti.

Murid cewek hanya diam sambil menunggu, ada juga yang menggoda guru itu. Mereka sering memanggilnya Agan alis Appa Ganteng.

Tapi berbeda dengan (Namakamu), selain dilarang Iqbaal untuk berbuat genit seperti teman yang lainnnya, ia juga malas untuk bercanda. Tiba-tiba Iqbaal menghalang terik matahari yang mengenai wajahnya dengan tangannya.

"Kok halangin aku sih," ucap (Namakamu) tak suka. Ia sedang memperhatikan teman cowoknya.

"Biar gak panas. Pucet itu," balas Iqbaal khawatir. "Duduk aja ya di pinggir lapang."

"Aku bilang gak mau, ih. Aku gak sakit Iqbaal!"

Cowok itu menatap (Namakamu) aneh. Tidak biasanya gadis itu agak membentak. Jika kemauannya tidak mau dituruti, pasti menolaknya dengan baik-baik. Atau menjelaskan dengan lembut dan berkata untuk meyakinkan dirinya.

Suara peluit terdengar, guru menyuruh mereka untuk segera berkumpul. Setelah memberi arahan, mereka dipisah antara cowok dan cewek. Mereka disuruh latihan sendiri sebelum praktek dimuali.

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang