Gue gak memaksa kalian untuk komentar, tapi setidaknya kalian menghargai karya gue. Terima kasih untuk dua part sebelumnya. Berharap sih kalian gak hanya terfokus pada target komentar yang gue kasih. Semakin banyak komentar, semakin cepat gue update.
🐸🐸🐸
5 tahun kemudian
Tidak mudah membesarkan seorang anak hanya sendirian saja. Semua Ibu pasti akan berkata 'lelah', apalagi di saat sang anak sedang masa aktif. (Namakamu) juga sama, tapi wanita itu tidak mengeluarkan keluh kesahnya mengurusi Ghibran selama lima tahun sendirian. Meski lelah, (Namakamu) menjadikannya sebuah kenikmatan yang Tuhan beri.
Bagaimana kabar suaminya saat ini, (Namakamu) tidak tahu. Iqbaal bagai ditelan bumi. Itu terjadi 3 tahun yang lalu. Di tahun itu juga Papanya meninggal dan sekarang (Namakamu) sudah tidak tinggal lagi bersma orang tua dari suaminya. Mamanya membeli rumah sederhana untuk mereka bertiga di saat perusahaan Papanya bangkrut.
(Namakamu) tidak tahu apa yang membuat Iqbaal hilang tanpa kabar. Di tahun pertama lelaki itu kuliah, dia pulang dua kali dalam setahun. Sikapnya masih sama, masih Iqbaal yang menjadi suami dan Papa yang hangat. Tapi di tahun kedua Iqbaal hanya pulang satu kali di saat lebaran, dan di tahun itu juga komunikasi berkurang. Sampai tahun ketiga ia tak pernah berkomunikasi ataupun bertemu.
Orang tua Iqbaal juga tidak ada yang tahu kabar lelaki itu. Bertanya pada Ari selaku sepupu satu universitas yang sama, tapi pria itu tidak tahu keberadaan Iqbaal. Apalagi ditahun kedua Iqbaal kuliah, Ari sudah lulus dan memilih untuk menetap di Indonesia. Kini pria itu sedang mengembangkan bisnis dibidang kuliner.
Entah apa yang terjadi pada Iqbaal, dicari ke negara itu tapi tidak ditemukan. Bahkan di mana Ari lulus kuliah, Iqbaal juga sudah tidak ada di sana. Pihak kampus bilang bahwa Iqbaal telah mengundurkan diri.
Orang tua lelaki itu sudah pasrah. Mereka menduga kalau Iqbaal sudah meninggal. Tapi (Namakamu) tidak. Ia masih yakin bahwa Iqbaal masih hidup. (Namakamu) yakin Iqbaal pasti pulang.
Lalu apa yang (Namakamu) katakan pada Ghibran. Bocah berumur lima tahun itu hanya bertemu Papanya sewaktu masih umur dua tahun. Dan saat itu Ghibran masih belajar berbicara. Dia mana ingat Papanya seperti apa. Hanya dari foto keluarga yang dulu pernah Iqbaal pesan, Ghibran tahu seperti apa Papanya.
Ghibran pernah hari itu begitu rewel dan terus menanyakan Iqbaal. Di saat itu (Namakamu) menangis dan berkata dia pun tidak tahu. Ghibran langsung sadar bahwa ia telah melukai Mamanya. Sampai saat ini Gibran tidak pernah rewel. Jika rindu dengan Papanya, ia akan mengurung diri dan menangis.
(Namakamu) setahun belakangan ini berkerja di salah satu restoran milik Ari sebagai pelayan. Pria itu sungguh baik membantunya. Bahkan Ghibran sudah menganggap Ari sebagai "Papinya". Hubungan mereka terlalu dekat, (Namakamu) saja sampai takut Ghibran akan lupa siapa Ayah kandungnya.
Ada bebarapa rekan kerja (Namakamu) yang sirik padanya. Karena (Namakamu) dispesialkan oleh bos mereka. Jam kerja (Namakamu) dari pukul 7 pagi sampai pukul 6 sore. Tapi di saat pukul 10 (Namakamu) diperbolehkan pergi untuk menjemput anaknya.
Seperti hari ini. Di saat banyak pengunjung yang datang, (Namakamu) telah bersiap untuk pergi. Sebenernya (Namakamu) tidak enak harus meninggalkan pekerjaan di saat seperti ini. Tapi (Namakamu) tidak bisa membiarkan anaknya di sekolah menunggu terlalu lama.
Masih mengenakan seragam kerja, wanita itu bergegas untuk mencari kendaraan umum. Saat akan masuk ke dalam angkot, ada seseorang yang menahannya.
"Maaf, Pak. Gak jadi."
(Namakamu) sedikit kesal dengan sikap pria itu, dia adalah bosnya. "Kak Ari kenapa sih. Aku mau jemput Iban."
"Yaudah sama aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents [end]
FanfictionPenyesalan pasti akan datang di akhir, bukan? Sama seperti Iqbaal dan (Namakamu). Mereka diharuskan dewasa sebelum waktunya. Masa remaja mereka harus pupus karena kesalahan yang telah diperbuat. Segala cobaan terus mereka hadapi. Sampai salah satu d...