🐸🐸🐸
Beberapa orang cowok berpakaian kurang rapi menghampiri teman-temannya yang sedang bercanda. Tempat yang kini sedang mereka tempati adalah jalan raya yang jarang dilewati. Banyak kendaraan motor yang terparkir asal saja, jelas itu motor milik mereka.
"Gimana?" tanya seorang cowok yang duduk di atas motor sport warna merah.
"Si Nichol yang pegang kunci basecamp. Jadi buat kedepannya kita gak boleh nongkrong di sana lagi."
"Dasar!" cibirnya.
"Masalah basecamp jangan dipermasalahin, Ald. Itu juga kan punya Iqbaal. Mending kita cari tempat lagi buat kita nongkrong."
"Masalahnya bukan tempat, Rel. Ketua yang biasa kita manfaatin jadi banci kayak gini gara-gara cewek. Bego banget jadi cowok emang. Kalo dari awal mereka gugurin kandungannya, gak bakalan mereka dapet masalah."
"Ald, yang udah-udah jangan dibahas. Lagian Iqbaal juga banyak bantu kita, itu juga harus diingat!" bela Bastian.
"Bener juga sih," ucap Aldi tersenyum kecut. "Heran deh, si Iqbaal nikah udah empat bulan dan kita baru tau sekarang. Kalo gak ada yang bocorin gak bakal kita tau."
"Gak bakal jauh orang terdekat," sahut Karel.
Ya, memang tidak akan jauh orang terdekat.
*****
"Iqbaal mau ke mana?" Suara lembut dari arah pintu membuat Iqbaal membalikkan tubuhnya. Cowok itu sedang memakai jaket jeansnya.
"Kamu dari mana?" tanya Iqbaal balik.
(Namakamu) tersenyum dengan pipi merona. Lalu dia mendekati Iqbaal. "Abis bantuin Bunda masak."
"Emang kamu bisa masak?" tanya Iqbaal menggoda.
"Kan belajar Iqbaal ...." (Namakamu) mengerucutkan bibirnya.
"Iya, iyaaa."
"Iqbaal belum jawab pertanyaan aku."
Cowok itu tersenyum. "Aku mau ketemuan sama Nichol."
"Iqbaal gak bisa makan buatan aku dong." Ada raut wajah kesedihan. Iqbaal tidak suka melihatnya, tapi dia tidak mungkin tidak jadi pergi. Nichol bilang ada yang mau dibicarakan serius.
"Sisain nanti buat aku. Gak bakal lama kok, aku masih bisa makan masakan kamu."
"Janji, ya?" (Namakamu) mengulurkan jari kelingkingnya di hadapan Iqbaal. Lalu cowok itu juga melakukannya.
"Janji."
Setelah membujuk (Namakamu) dengan kata-kata manisnya Iqbaal langsung pergi menuju tempat janjiannya bersama Nichol. Butuh waktu sekitar setengah jam Iqbaal sampai di kafe. Cowok itu segera masuk dan mencari keberadaan sahabatnya.
Iqbaal menghampiri Nichol dan bersalaman seperti biasa. Mereka biasanya kalau bertemu atau berpulang pasti akan melakukan salam.
"Jadi, ada berita apa?" tanya Iqbaal.
"Semalam ada sekitar lima orang yang mau nongkrong. Gue jelasin apa yang lo bilang, abis itu mereka pergi gak bilang apa-apa. Gue curiga, akhirnya ngikutin mereka. Dan kayaknya mereka masih suka ngumpul, gue denger juga mereka lagi cari tempat baru buat nongkrong."
"Bodo lah Nich, gak ada urusan sama gue," tegas Iqbaal.
"Itu cuma info doang. Yang gue mau kasih tau ke lo bukan masalah ini, tapi orang yang sebarin berita lo sama (Namakamu)."
Iqbaal menghela nafas kasar, dia menggeleng pelan. "Biarin aja. Lagian sekarang (Namakamu) baik-baik aja."
Cowok dengan rambut acak-acakan itu berdecak kesal. "Baal, masa lo biarin gitu aja. Walaupun kenyataannya (Namakamu) tetap di DO dari sekolah, tapi gak sampe ngeluarin aib kan? Kemauan lo (Namakamu) keluar tanpa ada berita gini kan? Lo juga berharap (Namakamu) masih bisa sekolah sebelum kehamilannya gede?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Parents [end]
FanfictionPenyesalan pasti akan datang di akhir, bukan? Sama seperti Iqbaal dan (Namakamu). Mereka diharuskan dewasa sebelum waktunya. Masa remaja mereka harus pupus karena kesalahan yang telah diperbuat. Segala cobaan terus mereka hadapi. Sampai salah satu d...