》PART 11

2.8K 347 13
                                    

🐸🐸🐸

Baru saja datang ke kelasnya yang beberapa hari tidak diinjaknya, Iqbaal malah dibuat terkejut saat seseorang bersimpuh di hadapannya sambil meraung. Cowok itu memundurkan langkahnya dengan meperlihatkan ekspresi dingin.

Dari arah belakang seorang cowok membuat keributan dengan menjatuhkan kursi tanpa sengaja. Dengan amarah yang sudah meledak, cowok itu menarik gadis yang sedang terduduk di lantai.

"Cha, lo apa-apaan sih," bentak Aldi. Tujuannya bukan marah pada gadis itu. Tapi kesal karena telah memperlakukan diri gadis itu sendiri.

"Gue cuma mau bilang kalo lo gak salah. Kita gak salah!"

"Percuma, Cha. Batu dia!" kata Aldi dengan dingin. Lalu cowok itu membawa Salsha pergi dari kelas.

Iqbaal masih diam dan memikirkan ucapan Aldi. Tatapannya pun seolah Aldi sangat membencinya. Apa Iqbaal salah dengan gertakan semalam? Apa Aldi memang berkata jujur? Kalau bukan dia, lalu siapa lagi?

"Baal!"

Cowok itu sedikit terkejut saat Nichol menepuk bahunya. Tak kunjung Nichol bicara, Iqbaal melangkahkan kakinya ke tempat duduknya. Di depannya ada Bastian dan Karel, namun keduanya seakan tidak melihat Iqbaal.

"Apa bener bukan Aldi?" ucap Iqbaal pelan. Namun sepertinya Bastian dan Karel juga mendengar ucapan cowok itu.

"Gue bener-bener gak bisa tebak lagi siapa orangnya," ujar Nichol sambil berpikir. Dia yakin pelakunya salah satu dari mereka. "Apa jangan- jangan--"

"Nich!" panggil Amanda menghentikan perkataan Nichol.

"Apaan?" tanya Nichol agak kesal.

"Eum ... anterin gue yuk. Bentar aja!"

Amanda juga memberi kode agar Nichol mengerti. Lama juga cowok itu paham, akhirnya mengerti juga dan ikut keluar bersama Amanda.

"Mau ke mana?" tanya cowok itu.

"Gak ke mana-mana kok. Tadi Bastian sama Karel denger omongan kalian."

"Lah, emang kenapa?"

"Lo gak mikir gituh?" Amanda menatap pacarnya sebal. Sedangkan Nichol masih tidak mengerti. "Siapa tau apa udang di balik batu."

Nichol menatap Amanda dengan mata mengernyit. "Lo curiga kalo salah satu dari mereka bisa aja ...."

"Iya Nichol. Otak lo ke mana aja baru ngeh."

"Makanya kasih cium dulu, baru otak gue mikir."

Amanda mendelik sinis, tapi cewek itu melihat sekitar yang terlihat sepi. Untuk selanjutnya pasti udah bisa ketebak.

*****

Pukul lima sore Iqbaal pulang dengan wajah kusam dan pakaian basket yang sudah bau keringat. Kening dan juga pelipisnya masih basah karena terlalu banyak mengeluarkan keringat.

Cowok itu membuka pintu. Semakin berjalan lebih dalam, Iqbaal mendengar tawa sang isteri dari arah dapur. Bibirnya terangkat membentuk senyuman, rasanya lelah pun kian menghilang karena tawa indah itu.

Yang tadinya ingin segera pergi ke kamar untuk mandi, malah mengurungkan niatnya dan berbelok ke arah dapur. (Namakamu) masih tertawa sambil mengocek telur.

"Ngomongin apa sih, seru kayaknya," ucap Iqbaal yang malah menganggetkan mereka.

"Kok baru pulang?" tanya Rike.

"Tadi abis esksul sekalian. Masak apa, hm?"

"Aku baru bantuin Bunda." (Namakamu) menengok sekejap dan malah menghindar. "Kamu bau tau."

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang