》PART 23

2.8K 359 143
                                    

Sorry for typo. Kalo ada dikasih tau

🐸🐸🐸

Iqbaal sudah muak dengan drama yang kini sedang ditontonnya. Wanita yang terus berteriak memanggil namanya dan meminta permohonan tidak berhenti menangis. Ini sungguh mengganggu kenyamanannya untuk istirahat.

Lelaki itu menyuruh dua security untuk mengusir mereka. Iqbaal sudah kenyang dengan keluhan dari (Namakamu). Jika sampai wanita itu bunuh diri di hadapannya pun, ia tetap tidak akan mengabulkannya.

"Tuan! Tuan!" teriak seorang wanita dari dalam rumah. Dua orang yang sedang mengusir (Namakamu) dan Ari pun ikut berhenti. "Tuan, nyonya ...."

"Kenapa?" tanya Iqbaal masih dalam keadaan tenang.

"Tadi tuan muda Ghibran tidak sengaja menendang perut nyonya. Dan sekarang nyonya keluar darah."

Iqbaal segera berlari tanpa kata. Tidak peduli guci mahal kesayangan mertuanya pecah karena tersenggol. Lelaki itu melihat Vanesha sedang dikelilingi beberapa pelayanan wanita, sedangkan Ghibran meringkuk menangis di pojok ruangan.

Tapi lelaki itu mengabaikan Ghibran yang sedang ketakutan. Dia menghampiri Vanesha yang mengeluh kesakitan.

"Iqbaal, tolong anak kita." Vanesha menangis sambil memeluk perutnya. Iqbaal segera menggendongnya, lelaki itu tidak berbicara sama sekali.

Beberapa pelayan yang berada di ruangan itu juga ikut keluar. Bahkan mereka sampai tega meninggalkan Ghibran yang ketakutan. "Mama ... Mama Iban takut," gumama anak itu, berharap Mamanya segera datang.

Seseorang telah menyiapkan mobil, lalu segera membuka pintunya agar majikannya bisa masuk. Mobil yang Iqbaal tumpangi sudah pergi dari kediaman itu.

"Kak, kita harus cari Iban sekarang."

Tapi sayangnya aksi (Namakamu) terus ditahan oleh dua pria berbadan besar. Wanita itu tidak bisa melawannya, belum lagi energinya sudah terkuras karena terus berteriak dan menangis.

"Kami mohon kalian segera pergi dari tempat ini, sebelum keadaan semakin memburuk."

"Kalian gak akan tau perasaan saya. Anak saya di dalam dan gak tau gimana keadaannya. Dia satu-satunya hidup saya." Ari menahan (Namakamu) yang kembali melemah. Mau bagaimana pun (Namakamu), kedua orang itu itu tidak akan memberi hati.

Akhirnya Ari bisa membawa (Namakamu) pulang. Tidak apa sekarang dirinya tidak membawa Ghibran pulang, tapi lain kali ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi.

"Kak, Iban pasti ketakutan. Iban pasti gak bisa tidur. Kita gak bisa ninggalin dia di rumah itu," racau (Namakamu). Dia tetap menangis, tapi air matanya sudah tidak bisa keluar.

"Percaya sama aku, gak akan terjadi apa-apa sama Iban," tegas Ari. "Besok kita ke sana lagi. Aku bakal cari bantuan orang. Kamu yang sabar, ya."

(Namakamu) diam, pandangannya lurus ke depan. Melihat jalanan yang masih ramai walau hampir malam.

"Iban gak mungkin berbuat gitu kalo gak ada orang yang bikin dia takut," ucap (Namakamu) membuat Ari menoleh.

Ya, pria itu paham dengan maksud (Namakamu). Kejadian yang menimpa Vanesha mungkin benar gara-gara Ghibran. Tapi Ghibran tidak mungkin melakukannya jika tidak terjadi yang membuatnya tidak nyaman. Ari kenal baik dengan bocah itu. Ghibran akan baik pada orang yang baru dikenalnya.

*****

Iqbaal kini menunggu di depan ruang operasi. 30 menit yang lalu terpaksa dokter harus mengambil tindakan operasi. Kejadian ini malah membuat Iqbaal teringat kejadian 5 tahun lalu. Takut, gelisah, semua tercampur aduk. Apalagi masalah yang sekarang lebih darurat daripada dulu.

Young Parents [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang