10

113 9 0
                                    

***

"Kita indoor ajalah, Sa."

"Gak mau outdoor aja?"

"Gak, ah. Menurut kamu, gimana?"

"Aku sih pilih outdoor."

"Aku gak mau."

Pagi itu, Indira dan Aksa berdebat soal tempat penyelanggaraan pernikahan mereka yang hanya tinggal menghitung bulan pergantian tahun.

"Kenapa gak mau?" tanya Aksa sambil menatap manik mata Indira.

"Hmmm..." Indira memutar bola matanya, mencari alasan yang tepat.

"Bukannya kamu mau pake tema garden party?"

"Iya, sih."

"Terus? Gak jadi?"

"Eh, tapi boleh, deh. Outdoor. Nanti pake tema garden party ala-ala tumblr gitu, lucu ya, Sa?"

"Iya, lucu, Dir."

"Oke, berarti outdoor, ya, Sa."

"Iya," Aksa tersenyum. "Souvenirnya mau apa?"

Indira sibuk melihat-lihat brosur yang tengah ia pegang. Ia terdiam, lalu menoleh pada Aksa.

"Kayaknya indoor lebih aman, deh, Sa. Takut hujan. Kalo indoor, aku mau pake tema princess kayak selebgram, Sa. Boleh, ya?"

Belum ada lima menit, Indira sudah merubah keputusannya.

Aksa hanya bisa menghela napasnya, dan memandangi Dira dengan penuh ketulusan.

"Menurut kamu indoor atau outdoor, Sa?"

"Menurut aku, sih, outdoor. Lebih seru juga kayaknya kalo tema di outdoor, gak monoton kayak di indoor."

"Hmm, oke. Kita pilih indoor kalo gitu."

Aksa mendelik.

"Dir?"

"Iya?"

"Aku abu, kamu aladdin."

"Hah?"

"I love you seribu, walau kamu ngeselin."

Mendengar gombalan Aksa barusan, Indira pun tersipu malu. Wajahnya memerah.

Lalu, Indira tersenyum menang.

"Terus, untuk souvenirnya gimana?" tanya Aksa pada Indira yang masih tersipu malu.

"Aku mau yang anti-mainstream, ah."

"Emang apa yang ada dipikiran kamu, Dir?"

"Skincare, lucu kali, ya. Belum ada kayaknya yang ngasih souvenir skincare, Sa."

Aksa mendelik. Kaget.

"Kamu yakin?"

Indira mengangguk mantap.

"Kita kasih aja tiga step buat skincare-an."

Aksa menaikkan salah satu alisnya.

"Biar tamu undangan kita pada shining, shimering, and splendid, Sa," ucap Indira dengan penuh semangat.

"Gak sekalian aja Dir kamu kasih souvenir jalan-jalan keluar negeri," celetuk Aksa meledek Indira.

"Ah, boleh, tuh. Kemana, ya?" tanpa diduga, Indira menanggapi ucapan Aksa barusan dengan serius.

"Bercanda, Dir. Gak beneran aku. Kamu mau nikah apa mau give away?"

Indira tertawa melihat ekspresi Aksa yang langsung bereaksi atas ucapannya barusan.

"Lucu banget sih, Sa. Jadi, pengen ketawa."

"'Kan udah ketawa duluan, Dir."

"Belummmm, itu tadi pemanasan ketawa. Sekarang, aku ketawa, ya."

Indira tertawa terbahak-bahak. Melihatnya, Aksa pun tersenyum.

"Random banget, sih, Dir," ucap Aksa sambil menjitak kepala perempuan yang ada di sampingnya.

"Sa?" panggil Indira pada Aksa yang masih tersenyum menatapnya.

"Apa?"

"Masak aer."

"Cakep."

Indira bengong mendengar reaksi Aksa barusan.

Pun Aksa ikut bengong melihat Indira yang terdiam.

"Lanjutin pantunnya, Dir."

"Siapa yang mau pantun, sih, Sa. Aku mau ngomong, aku baru inget kalo masak aerrrrr belum dimatiin."

Seketika, Indira berlari ke arah dapur dan mematikan kompor yang sedang menyala dengan cepat. Lalu, ia membuka tutup panci dan mendengus kesal karena air yang ada di dalam panci nyaris habis karena ia keasikkan berdebat di ruang tamu.


Lost & FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang