25

113 8 2
                                    

***

Setelah menempuh perjalanan selama lima jam, akhirnya Aksa tiba di Rumah Sakit. Di sana, sudah banyak orang berkumpul.

Langkahnya berat saat ia mendapati Abi juga hadir di sana.

Aksa melangkahkan kaki mendekati sang Mama yang menangis di sana.

Beberapa langkah sebelum berlalu, Abi menahan tangan Aksa.

Ia menatap Aksa dengan keberanian.

"Sorry, Sa. Itu semua bohong. Kita semua bohong. Gue gak bener-bener suka sama Indira. Ini semua rencana dia buat bikin lo benci sama dia," ucap Abi.

Aksa terhenyak. Ia menoleh pada Abi.

"Hari saat di mana dia jujur ke kita berempat, bahwa sebenernya dia sakit kanker otak. Di hari itu juga kita semua hancur. Hubungan gue sama dia itu cuma gimmick. Indira yang merencanakan ini semua. Membuat seolah dia berkhianat dari lo, dan selingkuh sama gue. Nyatanya, dia gak pernah berhenti mencintai lo," jelas Abi.

Tubuh Aksa bergetar.

"Inget hari di mana dia dateng pas konser pertama? Dia dateng bukan buat gue. Tapi, buat ngeliat lo. Karena kesehatannya semakin memburuk. Dia takut gak punya kesempatan buat dateng ke konser lo lagi. Makanya dia memaksakan diri buat dateng. Dia mau ketemu lo, buat terakhir kalinya. Sayang, dia belum sempet pamit sama lo."

Airmata Aksa jatuh detik itu juga.

"Dan, hari di mana gue absen latihan. Gue nemenin dia di Rumah Sakit. Setiap hari, kesehatannya semakin memburuk. Seminggu waktu lo ada di LA, dia bolak-balik masuk RS. Dia berjuang buat sembuh."

Jantung Aksa mencelos dari tempatnya. Ia merasa bersalah sudah menuduh Indira berkhianat darinya.

"Kita semua berjanji buat gak ngasih tau ini. Tapi, gue rasa ini saatnya lo tau keadaan sebenernya. Gue minta maaf banget."

Aksa tertunduk lemas. Ia tidak memiliki daya untuk berdiri.

Selama operasi, Indira sempat kritis.

Sebelum akhirnya, ia menghembuskan napas terakhirnya.

Semua airmata dari orang-orang yang hadir tumpah. Tak terkecuali Aksa. Dia benar-benar merasa hancur untuk kedua kalinya.

Keempat rekannya memeluk Aksa untuk menguatkan. Namun, percuma. Aksa terlalu hancur untuk menerima kenyataan.

Kenyataan yang ternyata lebih pahit dari yang ia bayangkan.

Mungkin, kehilangan Indira untuk orang lain jauh lebih ringan dibanding harus kehilangan Indira selama-lamanya dengan cara seperti ini.

Isak tangis Aksa pecah.

Hatinya tumpah ruah.

Kehadirannya terlambat.


Lost & FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang