15

97 7 0
                                    

***

Pukul 18.00 waktu Los Angeles, akhirnya Aksa tiba di Bandara Los Angeles. Setelah menempuh perjalanan selama 21 jam lamanya.

Ia dan tim bergegas ke hotel tempat mereka menginap. Sesampainya di hotel, Aksa langsung mengganti kartunya dengan kartu lokal dan menelpon Indira.

Untungnya, nomor Indira sudah aktif. Hari sudah berganti. Perbedaan Jakarta – Los Angeles sekitar 13 jam. Dan, di tempat Indira berada pukul 05.00 pagi.

Indira mengangkat ponselnya yang berdering pagi itu. Dengan mata yang masih berat, ia nampak terkejut ada sebuah nomor tidak dikenal menelponnya pagi-pagi buta.

"Halo?"

"Halo, Dir."

Suara khas Aksa dari sebrang sana langsung dikenali oleh Indira. Ia sontak terbangun dari posisi tidurnya dan sangat bahagia mendengar suara Aksa yang sudah ia rindukan.

"Aksa?"

"Iya, ini aku. Aku baru sampe hotel."

"Aku baru bangun. Di sini jam 05.00. Di sana jam berapa?"

Aksa melihat jam tangannya,"Jam 6 sore."

"Maaf ya aku bangunin kamu."

"Ih, kenapa minta maaf. Aku malah seneng. Aku kangen, Sa."

"Sama, Dir. Aku juga kangen kamu."

Indira mengembangkan senyumnya.

"Kamu kenapa? Kok bisa pingsan? Kata dokter sakit apa?"

"Gapapa, kok, Sa. Kayaknya gara-gara aku belum makan kemarin. Dokter juga gak bilang apa-apa, Sa."

Aksa terdengar menghela napas berat.

"Kamu khawatir, ya?" tanya Indira.

"Iyalah, Dir. Aku khawatir pas denger kamu masuk Rumah Sakit. Aku langsung nelpon kamu, tapi nomornya gak aktif. Makanya, aku telpon Kenan."

Indira tertawa renyah.

Aksa sedikit lega bisa mendengar tawa dari kekasihnya saat itu.

"Jangan sakit, Dir," ucapnya pelan.

"Iya, Saaaa."

"Aku serius," nada bicara Aksa terdengar serius. "Makan yang banyak, jangan begadang, dan jangan bikin aku khawatir kayak kemarin."

"Siap, bos. Yaudah, kamu sekarang istirahat, gih. Kasian, kamu pasti capek."

"Hmm, yaudah. Aku istirahat dulu, ya. Nanti aku telpon lagi."

"Iya, Sa. Dadahhh."

"Bye, Dir. Love you."

"Love you, too."

Klik.

Panggilan terputus.

Tak lama, sang Ibu masuk ke kamar Indira. Berniat untuk membangunkan putrinya.

"Loh, kamu udah bangun? Baru mau Ibu bangunin," ujar sang Ibu.

"Aksa tadi telpon, Bu."

"Yaudah mandi terus ke Rumah Sakit lagi."

"Iya, Bu."

Sebelum pergi, sang Ibu berbalik melihat putrinya. "Nanti Mamanya Aksa mau jenguk kamu, nduk."

"Oke, Buuu."

Indira bergegas untuk bersiap.

-

Pukul 20.00 waktu LA, Aksa memutuskan untuk kembali menelpon Indira.

Telpon pun langsung diangkat pada dering pertama.

"Halo, Sa?"

"Hmm, Dir. Kamu lagi apa?"

"Lagi sama Mama, nih."

"Mama di rumah kamu?"

"Iya. Mau ngomong?"

"Nggak. Aku udah nelpon Mama tadi."

"Oh, kirain mau ngomong sama Mama."

"Ada rencana apa hari ini?"

"Gak ada. Paling ngerjain kerjaan aja, Sa."

"Berarti di rumah aja?"

"Iya, Saaaa."

"Yaudah, jangan lupa makan ya, Dir."

"Iyaaa, kamu juga. Udah sana istirahat. Besok pasti jadwal kamu full."

"Aku diusir terus. Padahal lagi kangen."

"Hehehe. Udah, ah. Kamu istirahat aja. Aku mau ngobrol sama Mama."

"Yaudah. Kalo ada apa-apa kabarin aku, ya, Dir."

"Siap, bossss."

"Bye. Love you."

"Love you, too."

Klik.

Setelah panggilan terputus, Indira, Ibu, dan Mama bersiap pergi ke Rumah Sakit.

"Kamu gak bilang ke Aksa?"

"Nggak, biarin aja, Bu. Nanti dia khawatir malah ga konsen kerjanya."

Setelah menempuh waktu satu jam, mereka pun tiba di Rumah Sakit. Sesuai janji, kedatngan Dira hari ini hanya untuk memeriksa hasil CT Scan kemarin.

Ketiganya pun masuk ke ruangan Dokter.

-

Di lain tempat, Dylan, Kenan, Abi, dan Mirza pun sibuk berlatih.

Mereka berlatih tarian koreografi mereka juga suara mereka.

Kali ini, latihan sedikit melelahkan. Pasalnya, bulan depan mereka akan mulai disibukkan dengan konser tur dunia mereka.

Jadi, jam latihan mereka lebih padat dari biasanya. Dan, pola makan mereka juga mulai diperketat.

Kenan meraih botol minuman yang ada di sampingnya.

"Za, buat di lagu barusan, suara lo lari-lari dari nada," ucap Dylan mengomentari hasil latihan barusan.

"Nanti gue perbaiki," balas Mirza.

Dylan hanya mengacungkan jempolnya.

Saat ketiga rekan yang lain sibuk membahas latihan hari ini, Abi justru sibuk memainkan ponselnya.

"Bi, lo denger gak?" tanya Kenan pada Abi yang terlihat cuek dengan latihannya.

"Iya, gue denger, kok."

"Sibuk apa, sih, Bi?" Mirza mendekati Abi untuk sekedar melihat apa yang sedang Abi lihat di ponselnya.

"Kita udah gak ada latihan, 'kan?" tanya Abi dengan cepat.

"Gak ada. Kenapa?" tanya Dylan.

"Yaudah gue pergi dulu, ya." Abi bangkit dari duduknya dan bergegas pergi.

Ketiga rekannya hanya bisa saling memandang.

Sesaat sebelum Abi pergi, ia menerima sebuah pesan singkat.

Indira: Bi, nonton kuy.

Lost & FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang