19

82 5 0
                                    

***

Lain tempat, Indira dan Abi sibuk mencari spot foto. Keduanya nampak menikmati waktu yang terlewati.

"Eh, foto bareng, Bi."

Cekrek.

Indira dan Abi selfie bersama.

Keduanya nampak berada dalam jarak yang begitu dekat.

Indira menatap manik mata Abi. Pun, sebaliknya.

Tak lama kemudian, keduanya tersenyum.

-

Hari terus berlalu.

Kedekatan Indira dan Abi tak dapat dipungkiri lagi.

Dari sebatas teman curhat, bercanda, sampai akhirnya jadi teman jalan. Setiap hari, mereka pasti menghabiskan waktu berdua.

Namun, sebaliknya. Kedekatan antara Indira dan Aksa justru merenggang.

Indira bahkan tidak pernah bilang ke Aksa bahwa ia pergi dengan Abi. Indira juga jadi jarang mengabari Aksa. Padahal, dulu, setiap Indira mendapat pesan singkat dari Aksa, ia akan langsung membalas pesannya.

Namun, belakangan ini. Indira malah lebih sering mengabaikannya.

Indira lebih sering berbohong.

Dan, lagi. Abi selalu menjadi teman saat Indira makan, nonton, shopping, hingga nongkrong hanya untuk sekedar ngopi.

Sampai suatu ketika, saat Indira dan Abi nonton. Indira tertidur di bahu Abi. Laki-laki itu menyentuh pucuk kepala Indira dan mengusapnya pelan. Lalu, membiarkan perempuan itu tertidur di bahunya.

Bahkan, Abi juga sudah tidak sungkan untuk mengusap pipi Indira.

Satu sisi, Abi merasa bersalah pada Aksa. Namun, di sisi lain, ia juga tidak bsia berbuat apa-apa.

Ketiga temannya yang lain memutuskan untuk tutup mata. Tidak mau ikut campur terlalu jauh dengan hubungan pribadi antara Aksa, Indira, dan Abhimanyu.

Tidak jarang ketiganya memergoki Indira sedang berdua bersama Abi.

Dan, ketiganya hanya terdiam.

Sampailah hari di mana Aksa pulang ke Indonesia. Sebelum menjemput aksa di Bandara.

Abi dan Indira memutuskan untuk jujur pada rekannya yang lain.

Mereka berkumpul di sebuah tempat ngopi.

Kenan, Dylan, dan Mirza mendengarkan penjelasan Indira dan Abi. Ketiganya terkejut.

Benar-benar terkejut dengan penjelasan yang baru saja Indira dan Abi katakan.

Kenan meremas botol minuman yang ada di depannya. Terlihat ia nampak begitu emosi.

Tapi, Dylan berusaha menenangkan Kenan dengan menepuk bahunya.

Di sana, terlihat airmata Indira mengalir deras. Saat isak tangisnya semakin menjadi, Abi menarik Indira ke dalam pelukannya.

Kenan, Dylan, dan Mirza hanya terdiam menyaksikannya.

Ketiganya sama-sama memiliki emosi yang sama. Namun, ketiganya juga tidak bisa ikut campur dalam hubungan rekannya.

Jadi, yang bisa mereka lakukan hanya diam.

Sesampainya di Bandara, Aksa menyambut keempat rekannya dan kekasihnya dengan suka cita. Ia begitu merindukan mereka.

Aksa memeluk satu per satu rekan satu timnya.

Lalu, pandangannya beralih pada Indira yang mematung di sana.

"Kangeeen," Aksa memeluk Indira.

Dari balik punggungnya, Indira menatap keempat rekan Aksa yang lain dengan perasaan bersalah.

"Aku juga," ucap Indira tanpa membalas pelukan Aksa.

"Kok gak bales pelukan aku?"

"Banyak orang, Sa," ucap Indira dengan nada dingin.

Aksa berdecih.

Dan, mereka memutuskan untuk pulang. Keempat rekannya kembali ke tempat latihan, sedangkan Aksa diperbolehkan untuk pulang dan beristirahat.

Sebelum berpisah, Indira dan Abi sempat bertukar pandang. Di sana, ada rentetan kata yang sulit dijelaskan tapi harus diutarakan.

"Dir, nanti malem dinner, yuk."

Yang diajak bicara tersentak, sangat jelas bahwa Dira sedang bengong.

"Hah? Apa, Sa?"

"Kamu bengong, ya?"

"Ng-nggak, kok."

Aksa merebahkan kepalanya di bahu Dira. Mobil yang dilajukan oleh supir Indira melaju dengan kecepatan normal.

Sesampainya di rumah Aksa, Indira berpamitan dengan sang Mama.

"Ma, Dira pamit," ucap Indira.

Sang Mama menarik Dira ke dalam pelukannya.

Aksa hanya mengerutkan dahinya, menyaksikan betapa canggungnya pemandangan yang tengah ia lihat.

"Kayak mau pergi ke mana aja pake dipeluk lama gitu, Ma."

Indira dan Mama bertukar pandang.

"Hati-hati ya, sayang," ucap Mama pada Dira.

Indira pun pergi. Tanpa mengucap satu patah kata pun pada Aksa. Yang membuat laki-laki itu sedikit merajuk. Namun, Indira seolah tidak memperdulikannya.

Aksa hanya menghela napasnya.

-

Kenan menendang bangku yang ada di depannya.

"Lo gila, Bi?" tanya Kenan penuh emosi. "Minggu depan kita udah tur dunia, dan lo...."

Kenan tak sanggup melanjutkan kalimatnya.

"Gue harus gimana, Nan? Bahkan, ini juga menyakitkan buat gue. Dan, buat kalian semua juga."

Mirza hanya mampu diam.

"Gimana cara jelasinnya ke Aksa?" tanya Dylan.

"Soal itu, biar Indira yang jelasin."

"Cuih, gak gentle lo, Bi," celetuk Mirza.

Abi terdiam saat semua tatapan rekan-rekannya menatapnya.

"Kalo ini cara terbaik, kita gak bisa apa-apa," ucap Dylan sambil menepuk bahu Abi.

"Semoga semua baik-baik aja sampe tur selesai," ucap Mirza.

Kenan menghela napas kasar.

Mirza menyandarkan tubuhnya pada tembok.

Dylan tertunduk penuh emosi.

Dan, Abi hanya mampu memperhatikan teman-temannya dalam diam.


Lost & FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang