🌿
Sebuah senyuman terutas di bibir Fahri ketika pandangannya tertumbuk pada dua orang yang ia rindu. Sudah hampir dua minggu semenjak pertemuannya yang terakhir dengan Hasna dan Adam. Kepindahan Adam yang tiba-tiba sempat membuatnya kaget. Namun, ia mahfum. Setelah kejadian di kafe Braga waktu itu, Ilham berusaha membentang sejauh-jauhnya jarak antara istri, anaknya dengan Fahri. Maka, di sinilah Fahri, memotong jarak yang berusaha dibentangkan Ilham. Ia sudah terlalu lama mengalah pada pria itu. Kali ini ia takkan mundur sedikit pun.
.
"Assalamualaikum," sapa Fahri.
.
"Wa ... Walaikumsalam warahmatullah." Hasna menjawab dengan sedikit kaku. Antara senang, ragu, dan cemas. Senang, karena Fahri datang di saat yang tepat. Saat ia butuh penjelasan. Namun, ia juga ragu dan cemas. Bagaimana jika Ilham tahu mereka bertemu?
.
"Fahri, kamu ngapain ke sini?" tanya Hasna.
.
"Kangen ... " jawab Fahri pendek sambil menatap kedua bola mata coklat Hasna. Sejurus kemudian Fahri melempar pandangannya pada bocah yang sedang membariskan dedaunan kering tak jauh dari sana, " ... sama Adam."
.
"... Yaaa sama kau juga, sih. Tapi lebih kangen sama Adam," lanjut Fahri sedikit terkekeh. Ia pun beranjak dari hadapan Hasna dan menghampiri Adam.
.
Rona gembira terpancar dari wajah mungil Adam begitu melihat Fahri. Ciuman Adam di tangan Fahri disambut dengan usapan sayang di kepala. Sedetik kemudian mereka terlihat bermain bersama. Melihatnya, membuat hati Hasna menghangat. Ia yakin, bukan hanya Fahri yang kangen pada Adam, namun Adam pun demikian. Dari sekian banyak anak yang terapi, Fahri memperlakukan Adam dengan spesial. Ia memang tak selalu terlibat dalam terapi karena kesibukannya mengurus pasien. Namun, mereka membangun hubungan cukup akrab di luar jam terapi.
.
Kadang Ilham dan Hasna mengundang Fahri untuk datang ke rumah. Selain untuk konsultasi dan terapi untuk Adam, Fahri juga sering menemani kegiatan mereka layaknya sahabat keluarga. Namun itu dulu, sebelum ketegangan yang terjadi di kafe Braga.
.
Jam menunjukkan pukul empat sore. Gerbang sekolah akan segera dikunci. Fahri pun akhirnya mengajak Adam dan Hasna ke sebuah taman kota tak jauh dari sekolah. Awalnya Hasna ragu, ini sama saja melanggar perintah suaminya untuk berhenti menemui Fahri. Namun, ia butuh penjelasan dari Fahri mengenai kecemburuan Ilham yang tiba-tiba. Maka mereka pun berkendara dengan mobil masing-masing dan bertemu di Taman Kota Bandung.
.Suasana Taman Kota Bandung begitu syahdu. Taman yang dulu rimbun dengan pepohonan berusia ratusan tahun itu kini telah berubah menjadi taman yang lebih indah dan tertata. Lengkap dengan semak labirin, permainan anak, selfie-spot dan wahana air. Tak jarang Hasna membawa Adam ke sini untuk bermain atau sekadar bersantai.
.
"Gimana Adam di tempat yang baru?" tanya Fahri sambil mengamati Adam yang sedang berlarian mengejar kupu-kupu di antara bebungaan taman.
.
Mendengar pertanyaan Fahri, Hasna menghela napas panjang.
.
"Responnya kurang baik. Mungkin dia masih merasa asing di sana," jawab Hasna pelan.
.
Ada seberkas kekhawatiran tergambar di wajah bersih Fahri. Ia bisa memahami. Butuh waktu untuk Adam beradaptasi dengan lingkungan dan terapis baru. Rasa bersalah terbit dalam hatinya. Jika ia tak mengancam Ilham sore itu, mungkin Adam masih terapi di kliniknya.
.
"Apa sih yang sebenarnya terjadi, Ri? Apa sebenarnya yang kau katakan pada Ilham sore itu?" Hasna langsung menodong Fahri dengan tanya yang selama ini menghantui.
.
Fahri hanya diam. Pandangannya masih belum lepas dari Adam yang kini tertawa-tawa. Tanya dari Hasna hanya dijawab oleh desau angin yang menyapu dedaunan kering di sekitar mereka.
Fahri turut menghela napas, menelan kebimbangan yang sedari tadi mencekat tenggorokan.
.
"Aku hanya mengingatkan Ilham. Jangan sampai ia menyakiti dan menyia-nyiakanmu." Suara Fahri terdengar tegas dan dalam. Matanya kini bersirobok dengan bola mata coklat Hasna.
.
Ada sebentuk haru merendam hati Hasna saat mendengarnya. Tak ada yang lebih menyenangkan, selain menemukan seorang yang begitu peduli, saat hati dilanda banyak getir.
.
"Aku tahu yang membuatmu menangis kala itu, Hasna. Aku tak ingin percaya. Tapi semuanya begitu jelas. Berkali-kali terpampang di depan mata. Ilham punya wanita lain, kan?"
.
Dada Hasna seolah terpanah oleh tajamnya perkataan Fahri. Ia sungguh tak menyangka Fahri mengetahuinya. Wanita lain. Dua kata yang menoreh luka. Perkataan Fahri merobek kembali luka yang selama ini ia tutupi.
.
"Aku tak suka melihatmu tersakiti, Na. Aku peduli padamu ... pada Adam. Itulah kenapa aku memperingatkan Ilham."
Fahri hendak melanjutkan kalimatnya namun tertahan karena ia melihat bulir air mata di mata Hasna.
.
"Thanks, Ri." Antara sedih dan haru, Hasna mengusap air matanya yang berjatuhan.
.
"Kau dan Adam spesial buatku. Adam sudah seperti anakku sendiri. Aku hanya ingin melihat kalian bahagia... " Kalimat Fahri tertahan.
Detik seolah berhenti, meninggalkan sunyi. Gelora memukul-mukul dadanya. Membuat jantungnya berdegub kencang tak keruan. Sebuah pengakuan ingin meluncur keluar dari bibirnya.
.
."... Hasna, aku ..."
(Bersambung)
🌿🌿🌿
Kentaaang 🤣 Kepalang tanggung ya, Mak?
.
Salah nggak sih Hasna ketemu sama Fahri? Kan penasaran pengen denger penjelasan versi Fahri ((Plak)) jangan ditiru 🙈
.
Apa yang akan dikatakan Fahri? Gimana reaksi Hasna mendengarnya?
.
.
Sabaaar. Tunggu kelanjutannya Selasa.
.
🏃🏻♀🏃🏻♀🏃🏻♀ Kabur dulu ah.
.
Ditunggu krisannya ya.
.
Happy Weekend 😍🌿🌿🌿
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN DUAKAN AKU
RomanceDunia Hasna serasa runtuh saat mengetahui bahwa dirinya adalah istri kedua dari suaminya, Ilham. Konflik meruncing karena cemburu menderu dan dendam masa lalu. Satu-satu ujian, godaan dan fitnah menggoreskan pilu. Akankah tiga cinta padu dalam syahd...