Masa Lalu Putih Abu

5.7K 332 15
                                    

🌿

Entah kenapa ada pilu merambati relung hati Fahri, melihat Hasna tergugu. Seperti deja vu. Isakan itu membawa Fahri ke masa lalu. Masa putih abu yang mengharu biru. Isakan itu terdengar sama seperti saat pertama kali pandangannya dan Hasna beradu. Mengingatkannya akan pilu, rindu, serta terpendamnya debar-debar candu.
.
Sejak dulu.

🌿🌿🌿

(SMA Trisula, 2001)

"Woy! Jangan berisik, Napa?! Lagi baca, neh!" gerutu Fahri sambil mendengkus pada tiga temannya yang sedari tadi cekikikan main gitar. Ketiganya mengenakan seragam putih abu plus rompi motif kotak biru keabuan yang sama dengannya. Seragam khas SMA Trisula. Yang disindir malah mencibir.
.
"Ah, buku mulu dipacarin! Enjoy life, broh! Yeuh, maen gitar, meh sepertih pokalis piterpun. Biar dapet cewek ateuh, broh!" Sang pemilik gitar memainkan gitarnya lebih kencang. Suara-suara fals dibarengi cekikikan pun semakin membahana.
.
Rencana Fahri untuk membaca materi ujian esok hari sambil santai di depan kelas, harus terusik oleh trio fals di hadapannya.
.
Ia memang tak bisa seperti teman-temannya yang sering bersantai. Beasiswa yang ia andalkan untuk melanjutkan sekolah, mengharuskannya untuk mempertahankan posisi tiga besar di kelas. Itu membuatnya harus lebih sering belajar ketimbang bermain.
.
Cupu? Ya. Fahri sudah sering mendengar cibiran itu. Ia tak peduli. Ia hanya ingin fokus mengejar impiannya, menjadi seorang dokter. Kondisi ekonomi keluarganya tak memungkinkan dirinya menggapai impiannya itu dengan jalur biasa. Ia harus berjuang demi beasiswa kedokteran yang ia incar. Baginya bercumbu dengan buku, bermesra dengan ilmu adalah pintu mencapai impiannya itu.
.
Fahri pun bergegas merapikan buku-bukunya dan beranjak meninggalkan mereka. Ia tahu harus ke mana. Tempat sepi, dengan angin sepoi, yang bisa menaikkan moodnya untuk belajar.
.
Fahri menaiki tangga yang menghubungkan lantai empat sekolahnya dengan sebuah taman buatan di atas atap. Tempat itu cukup luas dan biasanya jam segini sudah sepi.
.
Fahri sedang mencari tempat untuk duduk di antara tanaman-tanaman hijau dan pot-pot yang menggantung saat telinganya menangkap suara isakan.
.

Fahri sedang mencari tempat untuk duduk di antara tanaman-tanaman hijau dan pot-pot yang menggantung saat telinganya menangkap suara isakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantung Fahri serasa melorot saat melihat sesosok gadis berseragam putih abu sedang menangis sambil memeluk lutut. Meski wajahnya tak terlihat, Fahri mengenali sosok itu.
.
Sosok yang sejak dulu membuat debar-debar aneh dalam dadanya. Pertama kali, ia melihat gadis itu saat sekolah dasar. Gadis tercantik yang pernah ia lihat. Ia tak tahu perasaan apa yang ia miliki, hingga mereka dipertemukan kembali di SMP dan SMA yang sama. Cinta monyet. Itu simpulan Fahri.
.
Sama seperti waktu SD, Fahri hanya bisa menatap dan mengagumi dari kejauhan. Bertanya-tanya adakah suatu masa, gadis bernama Anna itu akan mengenal pemuja rahasianya.
.
Lalu di sinilah ia. Berada hanya beberapa meter dari gadis pujaannya yang sedang sesenggukan entah kenapa. Ah, Fahri baru ingat, gadis pujaannya itu baru saja kehilangan kedua orangtuanya.
.
Isakan Anna semakin menyayat hati Fahri. Seolah pilu yang dirasakan gadis itu ikut menularinya lewat udara.
.
Jantung Fahri berdebar kencang. Ini saatnya! Ia harus bicara padanya! Tapi, gadis ini sedang sedih, tak mungkin langsung ia ajak kenalan. Fahri merogoh isi tasnya. Ah, minuman racikan ibunya ini mungkin manjur untuk mengusir sedih.

JANGAN DUAKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang