YANG MENGHANTUI

6K 339 36
                                    

🌿

Polycystic Ovary Syndrome. Entah sudah kali keberapa Airin berikhtiar untuk menyingkirkan sindrom itu.  Sindrom kelainan hormon yang mempengaruhi kerja ovarium. Penyakit yang telah menghantuinya sejak dulu, yang membuatnya sulit untuk hamil.
.
Berawal dari program kehamilan yang tak kunjung membuahkan hasil, Airin akhirnya mengetahui bahwa selama ini ia memiliki PCOS.
.
Tingginya kadar beberapa hormon dalam tubuhnya dituding sebagai penyebab utama ia mengidap PCOS. Terapi hormon, perubahan gaya hidup, hingga terapi bedah Laparoscopic Ovarian Drilling (LOD) telah ia lakukan. Namun, semua itu belum bisa mengatasi masalah infertilitasnya.
.
Malam-malam Airin sering diisinya dengan tangis. Ia sangat mencintai Ilham dan sangat ingin memberinya keturunan dari rahimnya sendiri. Ilham memang selalu mendukungnya. Hampir selalu ada untuknya. Tak pernah putus asa mendampingi dan menguatkannya. Hingga malam itu tiba. Malam di mana hati Airin remuk, saat ia mengetahui bahwa Ilham  telah memiliki wanita lain. Dan, yang lebih menyakitinya, mereka telah memiliki anak.
.
Anak yang tak bisa ia berikan.
.
Butuh berbulan-bulan bagi Airin untuk menenangkan diri. Cerai adalah kata yang paling rajin membanjiri pikirannya kala itu. Namun, ia berpikir ulang.  Ia tak memiliki siapa-siapa lagi dalam hidupnya. Ilham adalah pusat dari semesta kebahagiaannya. Kehilangannya sama saja meruntuhkan tiap dimensi kehidupannya. Mereka telah melalui dan membangun banyak hal bersama. Bukan hanya biduk rumah tangga tapi juga bisnis keluarga yang kini menghidupi ribuan karyawan. Perceraian hanya akan meninggalkan kehancuran, terutama bagi Airin.
.
Setelah lama tenggelam dalam kesedihan yang justru memperparah kondisinya, Airin akhirnya mencoba untuk menerima. Ilham pun tak sedikitpun mengurangi perhatiannya. Waktu mereka bersama mungkin berkurang. Namun, kehangatan, tanggung jawab, dan kasih sayang Ilham masih sama. Airin berusaha menguatkan diri. Ia harus lebih tegar. Ia harus berikhtiar lebih keras untuk bisa hamil. Ia tak boleh kalah dari wanita itu. Biar bagaimanapun ialah pemenang hati Ilham yang pertama. Ia tak boleh menyerah.
.
Airin berusaha sekuat tenaga melupakan fakta bahwa suaminya telah menikah lagi. Demi menjaga perasaan, Airin dan Ilham sepakat takkan pernah membicarakan apapun tentang wanita itu kala mereka bersama. Airin bahkan tak ingin tahu nama pun seperti apa rupa madunya. Ia lebih suka menganggapnya tak ada. Yang Airin tahu, saat Ilham di sisinya, ia adalah miliknya. Titik.
.
Airin berusaha kembali menikmati pekerjaan. Airin dan Ilham tetap menikmati biduk cinta mereka yang biasa. Pergi berlibur sambil terus berikhtiar memiliki momongan. Airin mulai bisa menjalani semua. Ketika sore itu tiba.
.
Perempuan yang paling ia benci sejagad raya, entah dari mana muncul di rumahnya. Perempuan yang telah menggores banyak luka di masa mudanya. Perempuan yang telah lama ia lupakan, saat itu muncul di hadapannya menuduh Ilham berselingkuh dengannya. Bara dendam yang telah lama terpendam, kembali terbakar. Airin sungguh tak menyangka wanita lain dalam kehidupan Ilham adalah Hasna. 
.
Dari jutaan wanita di dunia, kenapa harus dia?!
.
Penerimaan yang susah payah dibangun Airin akan menduanya Ilham lebur menjadi debu. Ia telah berubah menjadi magma dendam yang kini kembali naik ke permukaan. Ia takkan membiarkan perempuan yang dulu telah menghancurkan hidupnya, berbagi suami dengan dirinya. Ia tak sudi! Ia akan merebut kembali yang menjadi miliknya sejak awal. Ia akan memisahkan Ilham dari Hasna. Bagaimanapun caranya! Bukan hanya karena ia tak sudi diduakan dengan Hasna, tapi karena ada nestapa yang dulu perempuan itu tanam, maka saatnya ia menuai!
.
"Maaf, sebelumnya, jika saya harus menanyakan ini," Pria paruh baya dengan jas dokter di hadapan Airin dan Ilham kelihatan serius. Siang itu, Airin ditemani Ilham kembali melakukan kontrol kesehatan setelah terapi hormon dan bedah yang ia lakukan, "Apa ada beban-beban psikis yang mungkin Bu Airin tanggung, yang membuat Ibu stress?"
.

 Siang itu, Airin ditemani Ilham kembali melakukan kontrol kesehatan setelah terapi hormon dan bedah yang ia lakukan, "Apa ada beban-beban psikis yang mungkin Bu Airin tanggung, yang membuat Ibu stress?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Airin dan Ilham terdiam. Mereka sama-sama tahu  jawaban dari pertanyaan dokter itu.
.
"Begini, anda boleh percaya atau tidak. Tapi, menurut pengalaman saya, ikhtiar non medis seringkali juga dibutuhkan untuk keberhasilan terapi seseorang. Beban psikis seperti perasaan-perasaan terpendam yang negatif, stress perlu dihilangkan agar tubuh merespon lebih positif untuk penyembuhan. Dalam hal ini, untuk kesuburan Bu Airin."
.
Ilham meremas jemari Airin, berusaha menjalarkan kehangatan sekaligus dukungan yang mungkin ia perlukan. Sesaat mereka saling berpandangan. Teringat hal-hal yang selama ini mungkin membebani Airin.
.
"Terima kasih, sarannya, dok. Insyaallah kami akan terus berikhtiar," jawab Ilham tak melepaskan genggamannya.
.
"Bagaimana dokter Wahyu bisa tahu, kalau aku stress dan menyimpan beban psikis?" Airin tiba-tiba buka suara saat ia dan Ilham duduk di jok mobil untuk pulang.
.
"Tak penting bagaimana dia tahu. Yang penting adalah bagaimana kau bisa menghilangkan beban psikis itu," jawab Ilham sambil menggenggam tangan Airin.
.
Airin melepaskan genggamannya.

"Sulit melakukannya jika suamimu mendua... Mendua dengan orang yang...," Airin tak meneruskan kalimatnya. Dadanya tiba-tiba saja sesak. Bola matanya kembali memanas, menghadirkan bulir hangat di pelupuk mata.
.
"Airin," Ilham menyeka air mata yang jatuh di pipi istrinya. Sambil menatapnya dalam-dalam, Ilham kembali menggenggam kedua tangan Airin. "lepaskan bebanmu... Maafkan... Mungkin setelahnya keajaiban akan terjadi."

Untuk sejenak, Airin terbius oleh harapan yang diembuskan suaminya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
Untuk sejenak, Airin terbius oleh harapan yang diembuskan suaminya. Apa mungkin dendam yang tak pernah ia bisa lepaskan, menghalanginya untuk bisa memiliki anak? Apakah jika ia memaafkan dan menerima dengan ikhlas, keajaiban benar akan terjadi?
.
(Bersambung)

Maafkan ya readers, telat update 😂  kepala nyut-nyutan semalam, langsung tepar.

Terima kasih udah sabar menunggu 😘

Nantikan kelanjutan kisah JDA tiap Selasa dan Sabtu ya.

#JDA_part16
#alianastory

JANGAN DUAKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang