(Tahun 2000 di SMAN Trisula Bandung,)“Tidak, Pak! Itu semua fitnah! Saya dijebak!”
Seorang gadis berseragam putih abu, berkepang dua dan berkacamata minus tebal histeris sambil menangis di ruang kepala sekolah. Matanya nanar mengiba pada semua orang yang ada di sana. Penuh harap akan ada seseorang yang memercayainya. Sementara itu, pria berambut putih dan berbaju batik yang sedari tadi menginterogasinya hanya bisa menggeleng.
Beberapa orang siswa yang berdiri di samping meja kepala sekolah saling berpandangan. Mereka adalah korban pencurian dompet dan saksi yang melihat barang bukti di tas Airin. Salah satu dari mereka angkat bicara,
“Bohong, Pak. Berkali-kali kami lihat sendiri dompet-dompet itu ada di tas Airin. Dia nggak bisa ngelak waktu kami bongkar tasnya!” sergah siswi berambut panjang sepinggang dengan paras ayu namun sinis. Yang lain langsung mengiyakan,
“Betul kata Ana, Pak. Udah berkali-kali ketahuan juga masih aja ngeles,” cibir yang berbadan gempal dengan rambut sebahu.
Ingin rasanya Airin menghantamkan bogem mentah ke arah mereka yang menuduhnya. Namun, ia menahan diri dan tetap berusaha meyakinkan Pak Tono, kepala sekolahnya, bahwa tuduhan itu tidak benar.
“Tidak, Pak. Mereka yang bohong. Berkali-kali saya bilang, saya ini dijebak. Anna dan gengnya benci sama saya. Mereka selalu bully saya. Sekarang mereka mau fitnah saya. Tolong kali ini percaya sama saya.” Airin semakin terisak.
Napasnya memburu menahan sedih dan amarah yang campur aduk jadi satu. Ia juga tak sanggup menerima tatapan sang ayah yang duduk lesu di sampingnya. Tak terbayang olehnya bagaimana perasaan ayahnya menerima kabar bahwa putrinya berkali-kali mencuri di sekolah.
“Bapak sangat ingin memercayaimu. Tapi semua bukti mengarah padamu, Airin,” timpal Pak Tono dingin.
“Pak, anak saya nggak mungkin melakukan perbuatan seperti itu. Dia anak baik. Meski kami miskin, kami punya harga diri. Nggak akan pernah kami mencuri.” Pria paruh baya, berkaus usang dan gurat usia yang kentara itu berusaha membela putri semata wayangnya.
Pak Karsiman merasa bagai disambar petir di siang bolong. Ia menerima kabar yang hampir membuat jantungnya copot. Putri kesayangannya dituduh melakukan pencurian berantai di sekolah. Mereka memang hidup kekurangan. Upahnya menarik becak pun hanya cukup untuk kebutuhan makan sehari-hari. Untuk membayar sekolah putrinya, ia mengandalkan beasiswa subsidi silang yang diberikan pada siswa berprestasi. Namun, sungguh, meski hidup miskin tak pernah sekalipun mereka berpikir untuk mengambil hak orang lain.
“Maaf, Pak, tapi kami punya saksi dan bukti yang kuat bahwa anak Bapak telah melakukan pencurian dompet beberapa siswa di sini. Dan dompet mereka ditemukan di tas Airin dengan uang yang sudah habis. Ini terjadi beberapa kali. Kami sudah beri peringatan beberapa kali pada Bapak juga Airin, tapi ternyata masih berulang,” imbuh Kepsek dengan kumis tebal itu, “Kami tak sampai hati melaporkan ini ke polisi tapi dengan berat hati, kami harus menghentikan program beasiswa untuk Airin dan mengeluarkannya dari sekolah.”
***
Airin dan keluarganya seperti baru saja dihantam isi bumi. Harapan mereka akan masa depan seolah hancur berkeping-keping. Semua kerja keras, doa dan impian memperbaiki perekonomian keluarga lewat Airin seolah musnah diterjang fitnah. Airin harus berhenti sekolah. Padahal perjuangan mereka untuk mendapat beasiswa di SMA terbaik di Bandung itu tidaklah mudah. Mereka tak tahu lagi harus ke mana mencari sekolah yang mau memberikan beasiswa pada Airin. Riwayatnya yang kurang baik di SMA Trisula membuatnya tak diterima di manapun.
Airin melewati hari-harinya dengan penuh kesedihan dan amarah. Ia difitnah dengan kejam. Sejak ia bersekolah di Trisula, ia memang sering menjadi korban bully oleh geng Anna. Tampaknya Anna, gadis tercantik, terpintar, dan terkaya di Trisula jengah karena Airin selalu berhasil mengalahkannya dalam prestasi. Padahal sebelum Airin datang, Anna selalu jadi juara sekolah dan jadi pusat perhatian semua orang.
Airin pun mulai mendapat intimidasi dari Anna and the gank. Airin sering diejek dan dikerjai. Airin tak tinggal diam. Ia biasanya melawan dan melapor. Namun, laporannya tak pernah digubris. Tak heran, karena Anna and the gank adalah anak-anak orang penting yang turut mendirikan Trisula. Para guru tak mau berurusan dengan mereka. Airin hanya diminta sabar jika ingin terus bersekolah di sini.
Puncaknya adalah saat Daniel, kekasih Anna ketahuan mendekati Airin. Anna pun murka. Ia dan genknya menyusun siasat jahat untuk menjebak Airin dan menyingkirkannya dari sekolah. Mereka berpura-pura kehilangan dompet dan diam-diam menaruh dompet kosong mereka di tas Airin. Mereka melapor pada guru dan juga orang tua mereka. Dewan sekolah pun khawatir akan kasus Airin yang terus berulang. Mereka pun memutuskan untuk bertindak tegas.
Anna and the genk berhasil menyingkirkan Airin.Dilanda kekecewaan yang mendalam akan kasus putrinya, ayah Airin jatuh sakit hingga tutup usia. Kepedihan Airin lengkaplah sudah. Berbulan-bulan ia mengurung diri meratapi hidupnya. Beruntung sang Ibu tak pernah bosan menyemangati Airin.
Mereka pun dipertemukan dengan keluarga Sanjaya dan hidup Airin pun berubah. Sebagai balas budi karena pernah menyelamatkan nyawanya, Rahma Sanjaya, pengusaha garmen yang kaya raya mengangkat derajat kehidupan AIrin dan keluarga. Airin disekolahkan dan diperbolehkan bekerja di perusahaan. Kecerdasan dan ketelatenan Airin memukau Rahma. Ia bahkan berniat menjodohkan Airin dengan putera kesayangannya, Ilham.
Bekerja di bidang fesyen membuat Airin mengubah penampilannya. Dengan gaji tinggi yang ia dapat ia bisa melakukan perawatan mahal dan membuat dirinya secantik yang ia impikan. Ia bukan lagi Airin kucel dan cupu.
Kini ia bertransformasi bak fotomodel. Tubuh semampai dengan kulit mulus nan cerah. Skincare ternama dengan perawatan salon membuat wajahnya tak lagi ditumbuhi jerawat atau komedo. Kacamata besarnya ia ganti softlens dengan warna cokelat yang menawan. Rambutnya tergerai halus dan indah hingga ke pinggang. Pakaiannya selalu trendi dan uptodate. Kemanapun pergi ia selalu jadi pusat perhatian kaum Adam. Ia sangat bangga pada pencapaiannya. Ia berandai-andai orang-orang yang dulu membully-nya bisa melihatnya sekarang, terutama Anna, otak dari genk tersebut.
‘Andai kau melihatku sekarang, Anna. Airin yang kau bully sekarang lebih cantik dan sukses darimu. Best revenge is success. I wonder where are you now, Hasna Alexandria Pratama.’
Ia tak tahu bahwa kala itu, karma sedang memainkan perannya. Saat ia di puncak kesuksesan, Anna yang ia benci telah dihantam keterpurukan maha dahsyat.
***
(Bersambung)Terima kasih sudah membaca JDA. Kisah ini akan update tiap Selasa dan Sabtu ya. 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
JANGAN DUAKAN AKU
RomanceDunia Hasna serasa runtuh saat mengetahui bahwa dirinya adalah istri kedua dari suaminya, Ilham. Konflik meruncing karena cemburu menderu dan dendam masa lalu. Satu-satu ujian, godaan dan fitnah menggoreskan pilu. Akankah tiga cinta padu dalam syahd...