17. Ucapan menyayat hati

2.3K 111 2
                                    

Maaf, bukan aku mau ngemis perhatian. Tapi memang saat ini aku butuh kamu.

®BilaNandara

•────────────•

Ranum yang sedang berjalan berdampingan dengan Bila. Bila mendengkus saat Ranum menyenggol bahunya saat dirinya tengah melamun. Ranum bergumam tidak jelas, yang terpaksa membuat Bila mendongak untuk melihat apa yang menjadi pusat perhatian sahabatnya itu. Ternyata Bara dan gadis menyebalkan tadi.

Bila yang tersadar akan senggolan Ranum pun langsung tersenyum ke arah Bara berharap lelaki itu membalas senyumannya. Dan pada akhirnya, Bara tidak membalas senyuman Bila sama sekali. Bara justru tak acuh kepadanya. Sombong sekali lelaki itu.

"Lo nggak cemburu?" bisik Ranum ketika mereka berdua sudah agak jauhan. Bila membalasnya dengan senyum simpul. Ranum kembali berkata, "Gue masih nggak nyangka kalau si Nana bakal balik lagi," gumam Ranum membuat Bila menoleh.

"Lo kenal?"

Ranum mengangguk. "Nggak kenal-kenal banget."

"Kenapa?" tanya Bila mulai penasaran.

"Males, dia orangnya sok jual mahal. Sok paling kuasa. Jadi buat lo, jangan sekali-kali cari masalah sama dia! Apa lagi deketin Bara. Si Nana emang nggak suka Bara deket-deket sama cewek lain. Sekali ketahuan, cewek itu bakal dibully abis-abisan."

"Emang Bara pacarnya?" tanya Bila lagi.

Ranum menggeleng. "Bukan."

"Lah, terus?"

"Kalau lo pengen tahu jawabannya, mending lo ngaca dulu!" ujar Ranum berlalu meninggalkan Bila yang jalannya lelet bak siput kecil yang berjalan di jalan raya.

Benar-benar tak bertanggung jawab. Ranum seringkali memberikan pernyataan yang sulit Bila pecahkan. Jika Ranum menyuruhnya intropeksi, itu tandanya Nana tidak jauh berbeda dengannya. Tapi bagi Bila, dirinya jauh berbeda. Nana kan kasar, sedangkan Bila tidak. Pikirnya.

"Ran? Ranummm?!" panggil Bila mengejar langkah Ranum.

•────────────••────────────•

"Apa kabar lo berdua?" Nana menjatuhkan pantatnya pada kursi yang sudah lama tidak dia tempati. Sedangkan dua gadis yang barusan disapa atau lebih tepatnya bernama Sindi dan Tari itu mendadak memberhentikan aktivitasnya masing-masing. Kemudian mereka berdua memandang Nana, terkejut. Bahkan Sindi harus mengucek mata berkali-kali untuk memastikan.

"Lo berdua tau nggak, sih, gue tuh nggak betah sekolah di sana! Banyak peraturannya banget, anjir. Kan najis!" ujar Nana kesal tanpa mengerem gerutuannya.

"Ini, beneran Nana, kan?" Tari bangkit dari duduknya kemudian mendekati Nana dan menyentuh tubuh gadis itu dari rambut, wajah, hingga tangan.

Diperlakukan seperti itu, Nana dengan kasar menjambak rambut Tari saking tersungutnya. Gadis itu meringis. "Aww! Iya-iya ampun! Percaya, deh, kalau lo emang Nana." Kemudian Nana melepaskan jambakannya dari rambut Tari.

"Gitu, dong! Lagian gue baru pindah, bukan mati!" tutur Nana. "Btw, selama gue nggak ada di sini, siapa aja yang berani deketin Bara? Udah dimasukin ke dalam list?" tanya Nana bersiap membuka telinga lebar-lebar.

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang