55. Bangkar lain

1.4K 71 1
                                    

Meski belum mendapat cintanya. Seseorang bisa bahagia hanya dengan seulas senyum dari orang yang mereka cintai.

_Selamat membaca_

"WOI! LO SERIUS LUPA SAMA GUE?!" pekik Jovan beringsut dari posisinya yang mencengkram bahu Bila.

Bila yang diperlakukan begitu pun jadi sulit berkata. Namun, mau tak mau, ia mengangguk membenarkan.

"Gue yang ganteng gini terlupakan?!" tanya Jovan lagi yang kini mulai memamerkan wajah ngenesnya. "Lo kenapa bisa lupain gue, sih? Salah gue, tuh, apa coba? Dah jelas gue sayang ke lo, perhatian ke lo, kok lo lupain gue?!" tanyanya bertubi-tubi, Jovan menggeleng tak mengerti.

"Nggak habis pikir gue sama lo."

Melihat Jovan yang mundur menjauh, Bila pun bernapas lega. Gadis itu sudah menggerutu dalam hati berkali-kali sejak tadi. Ingin sekali rasanya Bila memberi tabokan pada wajah sok asyik lelaki itu yang datang-datang, tapi langsung temu protes kepadanya.

"Bundaaa, ada orang gila!!" pekik Bila dengan wajah yang sudah pucat pasi. Bertepatan dengan itu, Dina datang menghampirinya.

Dina memberi pukulan keras di bahu Jovan. "Kamu ini, Bila kamu apain?"

"Dia gila, Bunda," rengek Bila, "masa iya dateng nggak permisi. Pas Bila tanya dia siapa, responnya malah marah-marah."

"Eh?" Jovan mendadak tak mengerti, "lo amnesia beneran? Tan? Bila beneran lupa sama Jovan?" tanyanya pada Bila kemudian berbalik pada Dina.

"Tanyain aja sama orangnya langsung, ya? Tante nggak mau tanggung jawab kalo masakan tante gosong gara-gara kamu." Dina lantas pergi meninggalkan Bila dan Jovan.

"TANTE GITU, YA?! GEGARA LAMA DI LUAR KOTA, JADI LD SAMA JOVAN!" teriak Jovan kesal. Matanya melengos melihat Bila. "Jelasin!" paksa Jovan dengan tatapan seperti seseorang yang siap membunuh

"Nggak, lo gila!"

•───────────••───────────•

Bila menidurkan kepalanya di atas lengan. Konsentrasi belajarnya mulai hilang. Ia malas memandang guru yang sedari tadi sedang menjelaskan beberapa materi. Bagi Bila, guru itu seperti membacakan dongeng sehingga membuat rasa kantuknya muncul.

Untuk menghilangkan rasa kantuk, Bila sengaja menggunakan tangan satunya untuk mencoret-coret buku andalan.

Jika tidak ada buku, meja akan jadi sasaran.

Entah sudah keberapa kali Ranum menyenggol lengannya, tapi Bila tak mengacuhkan. Gadis itu hanya melirik sebentar guru yang sama sekali tidak menoleh ke arahnya. Lalu, kembali menyibuki diri.

Beberapa menit kemudian, Bila merasa sedang diperhatikan. Gadis itu melirik sekitar dan ia menemui Bara yang sedang memperhatikannya dari ambang pintu kelas yang terbuka.

Lelaki itu tersenyum sekilas, kemudian pergi melewati jendela samping tempat duduknya.

Bila hanya bisa memandang Bara dari samping ketika lelaki itu menatap lurus.

Tak tahu apa maksudnya, mengapa Bila mesti peduli?

Senyum lelaki itu juga sepertinya bukan untuk Bila. Bisa saja yang lain.

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang