19. Dua genggaman

2.2K 105 1
                                    

Entah. Aku tak mengerti. Saat berada di dekatmu rasanya begitu biasa. Tapi ketika melihat kamu bersama orang lain perihnya seperti tidak biasa.

®BaraDanendra

•────────────•

"Kalau kamu sampai membolos pelajaran lagi, Ibu nggak bakal segan-segan manggil orangtua kamu ke sini!" omel Bu Kinara yang jengah atas kelakuan Bara.

Bara mengangguk santai. "Iya bu."

"Ingat! Ini terakhir kalinya Ibu ngasih kesempatan buat kamu! Jangan sampai kamu mengecewakan Ibu!" omelnya lagi yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Bara sambil berkata, "Iya, Bu."

"Jangan iya-iya nya aja!" geram Bu Kinara. Tidak tinggal diam, dia-pun menjewer salah satu telinga lelaki itu.

Bara meringis, meronta minta dilepaskan. Bu Kinara yang tidak tahan dengan desisan muridnya itu jadi memberhentikan aksinya.

"Terus saya harus jawab apa, Bu? I love you too gitu?" oceh Bara seraya mengusapi telinganya yang panas.

Bu Kinara makin naik pintam, wanita paruh baya itu mengambil alih untuk meninju bokong Bara menggunakan rotan di tangannya. Segera saja Bara kabur meninggalkan Bu Kinara sebelum bokongnya dibuat tepos maksimal tak seaduhai biasanya.

Saking fokusnya Bara berlari dari serangan Bu Kinara, tanpa sengaja, lelaki itu menabrak seseorang hingga membuat orang itu terjerembap mencium lantai koridor. Bara meringis menyadari kesalahannya.

"Sakitt...," lirih orang itu sembari mengusapi pantatnya yang nyeri.

Bara menunduk untuk dapat melihat gadis itu yang ternyata adalah Bila. Tangannya hendak terjulur membantu, tetapi tangan lain lebih dulu membantu Bila dengan cara memegang kedua bahunya.

"Lo aman, kan?" tanya Aren seraya mengebasi lutut Bila yang sedikit kotor.

"Aman, kok," jawab Bila, kalem. Bila berganti menatap Bara yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu kepadanya.

"Maaf, gue nggak sengaja." Bukannya Bila yang ditatap, justru lelaki itu menatap Aren. Sejenak, mereka mulai bertukar tatap dengan tatapan penuh arti dari masing-masing.

"Maaf-maaf! Untung kagak kenapa-napa. Kalau sampe berdarah gimana?!" perkataan itu bukan berasal dari Bila, tetapi dari Aren yang nggak tahu kenapa rasanya pengen ngegas setiap kali bertemu Bara.

Bara diam tak menanggapi, sampai akhirnya Bila berusaha menenangkan Aren. "Udah! Bara nggak sengaja," ujarnya.

Merasa lelah di situasi macam ini, Bara berpikir jika dirinya lebih baik pergi. "Sorry, gue mau ke kantin," katanya ingin melewati Bila.

Bila membelalak cepat dan menegakkan tubuh menatap Bara yang hendak beranjak. "Bareng!" Bila meraih pergelangan tangan Bara secepat kilat.

Bara melirik pergelengan tangannya. "Ayo!" balasnya.

Lalu Bara menautkan jari jemarinya di sela tangan gadis itu hingga senyum tipis tercetak jelas di bibirnya. Hati Bila bergejolak aneh. Perutnya berhasil menerbangkan ribuan kupu-kupu tak kasat mata.

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang