Rasa tak terbendung berhasil buatku termenung.
®Aren
•────────────•
BUGH!
Aren memukul tembok sekeras mungkin. Rasanya begitu sakit melihat orang yang kita cintai berhasil dimiliki orang lain. Ya, tentu Aren tahu itu. Tidak penting ia mengetahui dari siapa. Namun, intinya rasa itu terlanjur pahit.
Nana yang melihat Aren seperti itu juga ikut tersalur merasakan sakitnya. Di mana mereka berdua harus sama-sama merelakan orang yang mereka cintai demi kebahagiaannya. Nana sadar diri. Tak penting memendam benci. Lagi pula yang Aren katakan padanya ada benarnya juga. Membully orang tak akan bisa membuat Bara jatuh cinta padanya.
Nana maju mendekati Aren. Merengkuh bahu lelaki itu dan menangis di sana. Aren merasakannya. Lelaki itu berbalik, kemudian memeluk Nana begitu erat. Awalnya Nana ragu untuk membalas pelukan dari Aren. Tetapi pada akhirnya, kedua tangannya perlahan ikut memeluk punggung lelaki itu Aren tidak menangis, tapi hatinya yang tahu itu.
Aren mengusap lembut rambut Nana. "Ada gue yang bisa gantiin Bara," ucapnya membuat Nana berdecih pelan.
"Tapi gue ogah gantiin Bila," kata Nana terlampau jujur. Aren sudah tak bisa menahan tawanya lagi karena itu.
•────────────••────────────•
"Bego lo, Ran! Masa kayak gini, sih?!" Bila kecewa ketika Pak Didin memberi tugas untuk membuat puisi di buku tulis mereka masing-masing. Ditambah sesuatu yang lebih jengkel bagi Bila adalah; Ranum menuliskan puisi yang begitu abstrak untuk dibaca.
Mawar...
Ku akui kamu cantik
Tapi dia nggak mungkin cantik
Dia pria nan juga burikTapi aku bisa apa?
Aku sudah terlanjur jatuh padanya
Hingga suara gedebug membuatku malu
Oh, tuhan...
Kutuklah ia jadi makanan kucing sajaSee? Udah singkat nggak jelas lagi. Bagaimana Bila ingin menyontek kalau begini? Bukan dia tidak bisa berusaha atau malas berpikir. Kata-katanya jelas sudah ada diotak. Hanya saja, Bila tidak bisa merangkainya ke dalam tulisan.
Ranum melotot tak terima. "Yaudah, sih, yang penting gue udah nulis. Emangnya elo?!" sindir Ranum membuat Bila memanyunkan bibir.
Bila membuang wajah sebal. Sedikit menjauhkan diri dari Ranum hingga bunyi decitan kursi terdengar. Gadis itu menepuk-nepuk pulpennya di samping dagu, mulai berpikir keras.
Gimana yaaa?
Bila berpikir. Namun, tetap saja otaknya seakan lemot berfungsi. Alhasil Bila hanya teringat dengan Bara. Kejadian waktu ituuuu? Ah tidak! Bila menggeleng, kali ini ia mesti fokus. Gadis itu benar-benar butuh kosentrasi untuk berpikir. Tetapi lagi-lagi kosentrasinya kacau karena Bara. Bila menghentakkan tangannya ke atas meja kesal. Kalau Bara berhasil menganggu kosentrasinya, berarti Bila harus bisa menjadikan Bara sebagai alat kosentrasinya.
Bila mulai merangkai kata.
Kali itu aku penasaran...
Sempat bertanya siapa kah dia?
Sampai waktu menjumpai kita berdua
Aku terpikat padanya
Aku jatuh hati padanya...
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔
Teen Fiction𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. Bila mencintai lelaki yang sampai sekarang belum bisa diterka perasannya. Sikap lelaki itu yang terlampau perhatian padanya, terkadang membuat Bila berh...