22. Nana dan Bila? [2]

1.9K 100 1
                                    

Lo nggak suka saat cowok yang lo cinta deket sama cewek lain? Sama, gue juga nggak suka lo ngebentak gue disaat alasan lo sama kaya apa yang gue rasain.

®BilaNandara

•────────────•

"GUE NGGAK SUKA LO DEKETIN BARA!"

"TAPI NGGAK PERLU LO NYAKITIN BILA!"

Nana terlonjak kaget saat sebuah teriakan lain membalas teriakannya. Nana menoleh ragu. Lelaki itu semakin mendekati keduanya. Dengan sekali hentak, dia langsung menarik tubuh Bila ke belakang punggungnya.

"Nggak ada kapok-kapoknya lo bersikap kayak gini? Udah didepak sekolah tapi masih bisa-bisanya diterima lagi dan ngelakuin hal yang sama," ujar lelaki itu sinis.

"Nggak usah ikut campur! Lo, tuh, nggak ada bedanya sama gue!" Nana menatap lelaki itu tajam seolah mereka berdua sudah biasa berdebat.

"Nggak ada bedanya?" Lelaki itu membeo ucapan Nana. "Lo buta? Jelas gue jauh berbeda sama lo!" gertaknya.

Bila yang masih speechless karena itu, hanya bisa terdiam membisu meski isakannya jelas terdengar. Namun, dia dapat menyadari perubahan lelaki yang tengah menolongnya saat ini bukan seperti lelaki yang sering mengikutinya. Aren. Iya, lelaki itu bukan seperti biasanya.

"Munafik!" cerca Nana tak habis pikir. Nana semakin menajamkan penglihatannya ke arah Aren kemudian berlalu memicing sinis ke arah Bila yang masih bersembunyi di balik punggung Aren. "Semua ini... karena dia, kan?!" Tudingnya ke arah Bila.

Aren menggerakkan kepalanya ke belakang, memastikan Bila baik-baik saja. "Ini semua nggak ada hubungannya sama Bila, Na. Gue cuma capek sama sikap lo!"

Terlihat, Nana merunduk seraya tertawa sumbang. Bibirnya menyeringai kaku. Tapi jauh berbeda, kali ini, raut itu seakan menyimpan banyak luka.

"Pembohong! Lo bilang lo bakal selalu ada buat gue. Tapi nyatanya apa? Lo pergi ninggalin gue pake alibi kalo lo capek sama sikap gue?" tanyanya kembali menyeringai. "Emang apa salahnya, sih, sama sikap gue? Gue ngerasa lebih nyaman kaya gini...."

Nana memejamkan mata. Berusaha menetralkan ingatannya yang terasa perih. Sulit rasanya mengingat kejadian 4 tahun yang lalu. Nana yang terlihat kejam, nyatanya pernah menjadi baik. Dia selalu peduli dengan teman-temannya. Tapi waktu itu, hanya sebagian yang mau berteman dengannya. Dan  kebanyakan dari mereka berteman hanya untuk memanfaatkan kekayaannya. Nana yang polos selalu diolok-olok, dibully, serta dikucilkan. Sampai akhirnya ada satu lelaki yang mau berteman dengannya.

Dia-lah Aren. Aren yang dulu sering menemaninya dan membelany. Aren mengikrarkan diri untuk selalu ada untuk Nana. Namun, entah mengapa seiring berjalannya waktu, Aren mulai menjauhinya.

"Gue nggak suka lihat lo kayak gini, Na." Aren menatap sayu Nana kemudian tersenyum miris, menyiratkan banyak harap pada gadis itu.

Nana tersenyum sekilas, hingga senyuman itu berubah jadi senyuman devil. Tanpa aba, Nana menarik Bila sampai gadis itu tidak lagi bersembunyi di balik Aren. "Ini semua gara-gara elo, kan, hah?! Sejak kapan lo kenal Aren?! Sejak kapan lo ngambil Aren yang gue kenal?!" Nana menjambak rambut Bila membuat gadis itu meringis.

𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang