Tidak usah peduli! Aku sudah terbiasa disakiti.
_Selamat membaca_
"IHHH!"
Bila menggeram dan membanting ponselnya ke ranjang dengan kasar setelah melihat sebuah foto yang entah dikirim oleh siapa itu berhasil dilihatnya. Di foto tersebut, ada sosok Bara tengah menggendong seorang gadis yang terasa sangat familiar di bayangannya. Sayang sekali foto itu dipotret dalam keadaan membelakangi sehingga Bila tak bisa melihatnya secara lebih jelas.
Bila berkacak pinggang, bolak-balik merasa bosan. Sehari saja dirinya tak berangkat, gadis itu sudah berhasil dibuat was-was memikirkan kabar Bara di sekolah. Apa lelaki itu petakilan? Haishh, semoga saja pikiran Bila yang berkelana buruk ini tidak benar-benar terjadi.
"Nggak, nggak, nggak! Nggak boleh Bila... lo nggak boleh salah paham," gumam Bila seraya memegang kepalanya.
Gadis itu kembali menatap ponselnya. Apa sebaiknya dia menghubungi Bara saja? Tetapi, bagaimana kalau sampai lelaki itu sibuk dan merasa terganggu oleh panggilan darinya?
Sudahlah, bodo amat! Keputusan Bila sudah bulat.
Bila akhirnya meraih ponsel yang barusan terlempar kasar olehnya. Jari lentiknya menari lincah mengetikkan nama sang pujaan hati. Setelah merasa sambungan tersambung, gadis itu mendekatkan ponselnya ke telinga.
Panggilan tak terjawab.
Bila mencobanya lagi.
Panggilan tak terjawab.
Dan Bila mencobanya lagi.
Panggilan ditolak.
Detik itu juga suara bantingan menggema. Ponsel Bila dibanting cukup keras ke lantai oleh pemiliknya. Bila benar-benar merasa kesal dan kecewa. Gadis itu benar-benar gemas ingin menjambak rambut Bara habis-habisan. Tidak bisakah dia mengerti jika dirinya tengah rindu? Ditambah lagi foto itu membuat rindunya bercampur dengan kelabu.
•────────────•
Bara menatap Ranum dengan tatapan bersalah. "Sorry gue nggak sengaja," katanya seraya menggendong gadis itu.
Kaki Ranum terasa nyut-nyutan akibat Bara yang tanpa sengaja mendorongnya akibat amarah yang menggebu. Ranum maklumi, karena lelaki itu emosi semata-mata karena dia menyayangi Bila, sahabat dekatnya.
Mengikuti Bara dari belakang bukanlah untuk berniat mencari perhatian atau tepe-tepe pada lelaki itu. Ranum hanya tidak ingin lelaki itu melakukan hal yang tidak-tidak dan merusak image-nya sendiri. Ranum tidak ingin nama Bila akan tersorot hanya karena keributan yang disebabkan nanti.
Bara bersikap sedemikian karena menyayangi Bila. Sebagai predikat sahabat, Ranum pun harus turut campur dalam masalah ini.
Bara meringis menahan beban. Ternyata tak semudah yang dibayangkan menggendong Ranum. Bebannya cukup berat membuat Bara agak sempoyongan untuk sekedar menyeimbangkan diri. Baginya, Bila lebih enteng daripada Ranum.
Ranum mengangguk. "Santai aja! Lagian lo nggak usah gendong gue segala! Turunin ngapa!" ujar gadis itu sambil nyolot di akhir kalimat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗶𝗳𝗳𝗶𝗰𝘂𝗹𝘁 ✔
Teen Fiction𝐒𝐞𝐛𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐫𝐭 𝐝𝐢𝐩𝐫𝐢𝐯𝐚𝐭, 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰 𝐝𝐮𝐥𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚. Bila mencintai lelaki yang sampai sekarang belum bisa diterka perasannya. Sikap lelaki itu yang terlampau perhatian padanya, terkadang membuat Bila berh...