Mama said, "Jangan suka gibahin orang. Dosa. Omongin hal lain kan bisa."
Realita : No gibah, no life. Gimana caranya hidup tanpa menggosip?
--Manusia Julid--
____________________________
Naya ingin membelah diri, mencebur ke kolam penuh kembang tujuh rupa, terhisap pasir hidup lalu tahu-tahu pindah benua--apa pun asal situasi ini bisa di-skip.
Awan hitam yang menaungi kepala Alan, kini bertabur halilintar gara-gara lawan game yang memperlihatkan keberaniannya. Kondisi ini jelas di luar perkiraan mengingat Leo hanya dijadikan alibi bukan lawan Alan betulan.
"Njir, Bang Leo salah makan apa?" Monika tak henti-hentinya merasa terheran-heran. "Omongan lo tadi bercandaan doang kan, Nay? Kenapa jadi gini? Wah, parah ini orang enggak takut TA-nya nanti disusahin."
Tantangan dari Alan jika diterjemahkan ke dalam bahasa mahasiswa artinya neraka jalur beasiswa. Seumpama nanti Leo kalah, teman-teman sepantarannya jelas menjadikan hal tersebut bahan guyonan hingga lulus. Dan bila Leo menang, Alan akan merebusnya dalam ketel panas berbahan bakar rudal D-iamond sepanjang semester.
Naya mendesah berat.
"Gue pengin kabur aja deh, Mon," bisiknya. Matanya memandang Leo putus asa. Mengapa Leo tidak memakai jurus berkelit dari malapetaka? "Alesan pengin beli pentol atau seblak di ujung Papua kek. Temenin nyok. Kaki gue udah gemeter nih."
"Kaki lo gemeter?" Dengan sengaja, Monika menyenggol kakinya. "Lo pake pampers enggak, Nay? Siapa tahu remnya blong."
Cubitan kuat segera mampir di paha Monika. Manusia satu ini... tidak bisakah dia membaca situasi serius yang menjebak Naya? Lebih dari itu, mengompol di gazebo bukan termasuk cita-cita Naya. Cukup kentut saja yang membombardir kepercayaan dirinya di depan Alan.
"Itu ada minion di deket turret, Pak. Bunuh, Pak. Bunuh." Fabian menyoraki Alan yang baru menapaki fase early time permainan.
Mobile Legends sudah diinstal di laptop Yanuar menggunakan bantuan developer third party. Jadilah semua orang bisa melihat pertarungan tanpa terkendala layar LCD yang kecil.
"Saya tahu." Alan menjawab dengan ketenangan terlatih sementara matanya tak bergerak dari monitor.
Hero musuh sedang menyerang monster buff. Tangannya lantas bergegas menggerakkan heronya untuk menyerang Leo secara tiba-tiba. Tempo serangannya kuat dan tak berjeda. Bilah pedang diayunkan ke arah lawan tanpa gentar, berusaha menurunkan health point.
"Wohooo... first blood!" sorak Kevin ditingkahi umpatan tertahan dari tim sukses lawan.
Yanuar memukul-mukul meja gazebo karena gemas. "Njir, belum apa-apa udah 'you have been slain'. Kak Leo, jangan mau kalah."
"Resurrect, Kak Le. Resurrect," imbuh Kevin.
Permainan kembali memanas ketika Leo membalik kontrol permainan. Tidak ada lagi keraguan untuk menerjang dosennya. Satu per satu item build diperoleh sembari mencuri kesempatan membunuh sang lawan.
"Mereka sama-sama sadis, Nay."
Naya meringis. Tanpa menoleh ke arah Monika, ia mengangguk. Kalau dirinya berkesempatan tukar posisi dengan Leo, Naya jelas akan memilih AFK alias ngibrit dari bumi manusia.
"Emang, Mon. Tapi sesadis-sadisnya Kak Leo, masih lebih sadisan Pak Alan-lah," tutur Naya sepakat. "Ajegile, buff-nya diambil alih semua sama dia. Gas terus tanpa jeda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Eavesdrop [TAMAT]
Любовные романыKatanya, dia galak. Katanya, dia suka bantai mahasiswa. Katanya, dia pelit nilai. Katanya lagi, dia gay. Naya pusing mendengar kalimat-kalimat pengantar super buruk itu. Maha-siswa. Seharusnya titel itu terdengar keren untuk diucapkan. Hitung-hitung...