Part 17 | ONS: One Next Step

138K 14.1K 1.6K
                                    

Siapa bilang punya dosen tampan itu berkah? Tampan-tampan tapi sifatnya setan itu nama lain musibah.

--Your dear mahasiswa yang dibuat melongo--

____________________________









"Kawasan yang akan kita jelajahi merupakan kawasan delapan belas plus-plus...." Ada jeda yang membuat merinding sewaktu dosennya melukis senyum seduktif. "So, buktikan ke saya kalau kamu sudah cukup dewasa, Naya."

Jika ini adalah novel dewasa...

Api gairah berkobar di manik sekelam malam yang beradu. Sesuatu yang primitif dan lama terpendam di benak masing-masing mulai menyeruak, mengentak di setiap aliran pembuluh darah yang berdesir hebat.

Suasana berubah panas dan melenceng dari lajur semula. Hal tersebut tercermin pada dua bongkah pipi Naya yang terasa panas. Dengan penuh perhitungan, jemarinya memberikan sentuhan selembut bulu di dada bidang Alan. Senyum seduktifnya muncul.

"Kiss me," bisiknya menggoda. Manik hitamnya semakin menggelap, tertelan oleh pusaran api gairah.

Tanpa ba-bi-bu, Alan meraih tengkuk Naya. Bibirnya menguasai benda kenyal yang sedari awal perjumpaan menggodanya. Melumat rakus, berusaha menggali ekstasi yang selama ini terlarang karena status mahasiswi. Berkali-kali kepala mereka berganti posisi untuk menemukan kedudukan yang pas dalam pertautan bibir.

"Naya...."

Belitan tangan Alan di tengkuk gadis itu mengendur. Tangannya mulai turun dan menjelajah ke seluruh tubuh mungil yang selalu membuatnya gemas. Punggung, tengkuk, sepanjang tulang belakang, pinggang, tak ada satu senti pun bagian yang terlewat.

"Ah...." Naya melepaskan desahan halus ketika tangan Alan berhasil menemukan pusat tubuhnya yang masih terbalut pakaian lengkap.

Laki-laki itu menggelontorkan senyum menggoda. "Let's prove that you're not child anymore, Baby," gumamnya kemudian menutup bibir Naya yang terengah pasrah.

Sayangnya bukan. Ini hanyalah cerita koplak antara mahasiswi dan dosen sompret sejagat.

Sedetik setelah Naya mendengar itu, tangannya langsung menggebrak meja komputer Alan lalu memasang wajah syok.

"Bapak mau saya kentutin lagi?"

Alan kontan meloncat bangkit dan mengambil jarak puluhan meter.

"Mahasiswi gila! Saya potong nilai kamu hingga wajib mengulang tahun depan! Buang gas di luar sana!" teriaknya kepalang murka. Apa hubungannya kentut dengan dewasa?

Seakan tak berdosa, Naya menggembungkan pipi. "Bapak tanya bukti saya udah dewasa, 'kan?"

"Iya!" sentak Alan keras.

"Ya itu buktinya." Belum habis laki-laki itu dibuat pusing, ocehan Naya sama sekali tidak membantu meredakannya. Lebih-lebih ketiga gadis itu berkata, "Kalau bocah, enggak peduli orang lain setuju atau enggak, dia bakalan tetap kentut. Jadilah keracunan massal, Pak. Sedangkan orang dewasa, dia bakalan mikir seratus kali buat kentut sembarangan. Nah, kemarin pas di ruangan Bapak, saya jadi bocah. Tapi sekarang saya mau balik ke kodrat makanya minta izin."

Alan tidak bisa menahan diri untuk menganga. Bagaimana bisa makhluk ajaib ini masuk ke fakultasnya? Tampaknya ada eror di sistem yang mengoreksi soal ujian mandiri sehingga Naya bisa duduk di hadapannya saat ini.

"Saya rasa migrain saya kambuh, Naya." Keringat dingin yang dihasilkan dari kerasnya berpikir mengaliri kening Alan. "Boleh tidak saya melampiaskan sakit kepala saya ke kamu?"

Eavesdrop [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang