Life is hard, but engineering is harder.
--Naya yang buntu--
______________________________Seandainya bunga bangkai bisa tumbuh di lingkungan kampus, pasti tanamannya tidak pernah kelihatan berbunga karena sering dipetiki Naya. Kemurahan hatinya dalam memberi hadiah pada mulut-mulut julit di sekelilingnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Dalam hal ini, bunga bangkai termasuk hadiah persembahan yang paling mewah.
"Gue enggak nyangka lo secinta ini sama poci, Nay, sampe bela-belain pajang foto ekslusifnya di desktop." Telunjuk Monika mengeksplorasi touchpad laptop Naya. Kepalanya berulang kali menggeleng pelan diiringi decak kagum. "Bener-bener cinta yang tulus dan enggak tertandingi."
Langit pagi yang mendung selaras dengan suasana hati Naya. Lingkaran hitam menghiasi bagian bawah matanya, sementara kedongkolan makin menguatkan tekadnya dalam menylepet manusia tengil yang berstatus sebagai kawannya.
"Enggak usah komentar aneh-aneh deh, Mon. Intinya lo bisa ganti wallpaper sama set up language laptop gue enggak?" tanggapnya muram. Ia menguap untuk kesekian kali sebelum bertopang dagu dan mengamati wajah serius Monika. "Gue udah nyoba puluhan kali, tapi enggak bisa."
Mimpi indahnya yang berhiaskan Kim Tae-Hyung terpaksa lenyap gara-gara laptopnya sakit jiwa semalaman. Benda itu seharusnya langsung dikebumikan saja supaya tidak menyusahkan pemiliknya. Namun begitu ingat status Naya sebagai rakyat misqueen hakiki, niat itu hanyalah sebatas angan-angan semata. Apa pun yang terjadi, Naya harus bisa menyelamatkan laptopnya kalau tidak mau nugas di warnet dan tambah biaya menge-print.
"Eh, kok berubah lagi? Padahal tadi udah gue ubah ke default loh, Nay." Monika memberinya tatapan tak percaya. Gerak jarinya makin belingsatan di atas keyboard. "Laptop lo kok horor gini? Serem, ih."
Demi sempak pink stroberi yang sekarang entah berada di mana, buat apa Naya ronda semalaman kalau segalanya baik-baik saja? Buat apa minta tolong orang lain kalau dia sendiri bisa?
Kevin tampaknya menyadari perseteruan tak kasat mata di antara mereka. Laki-laki itu melenggang ke seberang meja kantin, praktis menghentikan kegiatannya dalam mendata teman-teman satu angkatannya.
"Apanya yang horor? Kalian ribut mulu dari tadi."
Punggung Kevin membungkuk di depan laptop Naya. Jantung cadangan tidak sempat dikerahkan hingga Kevin nyaris terjungkal ke belakang.
"Bangke! Kenapa gambar begituan dijadiin wallpaper, Nay? Untung gue enggak punya penyakit jantung!" semprot Kevin kesal. Jari-jarinya disasarkan ke surai hitamnya agar tidak kelepasan membanting laptop anak orang.
Naya membalas delikan Kevin.
"Lo pikir gue mau masang gambar pocong jadi wallpaper gue secara sukarela?" Duh, please ya. Koleksi foto Tae-Hyung di laptopnya hampir sebanyak buih di lautan. Dilihat dari Monas pakai sedotan, Naya juga tahu makhluk mana yang lebih keren dibandingkan si cunil-cunil gaje. "Itu gambar emang susah disingkirin dari kemarin, Vin. Dateng sendiri, pulangnya enggak mau dianterin. Belum lagi bahasa laptop gue yang mendadak sok Inggris. Entah berapa kali gue sama Monika berusaha nyembuhin laptop gue yang kerasukan, tapi tetep aja kayak gini," kicau Naya stres.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eavesdrop [TAMAT]
RomanceKatanya, dia galak. Katanya, dia suka bantai mahasiswa. Katanya, dia pelit nilai. Katanya lagi, dia gay. Naya pusing mendengar kalimat-kalimat pengantar super buruk itu. Maha-siswa. Seharusnya titel itu terdengar keren untuk diucapkan. Hitung-hitung...