Jadi mahasiswa itu harus tahan banting. Sebab banyak setan-setan selain deadline super sinting yang minta disleding.
--Mahasiswa yang geram dengan tugas tambahan--
____________________________Cahaya menyusup melalui kisi-kisi jendela besar yang memancarkan keangkuhan di salah satu sisi dinding. Memantul, mencetak kilau pada benda-benda bening yang ada dalam ruangan yang Naya tapaki. Gorden tebal berwarna biru menjuntai di salah satu sisi kaca jendela yang tertutup. Keseluruhan ruangan ini didominasi oleh warna biru navy dan abu-abu--elegan dan jelas menonjolkan maskulinitas.
Naya melangkah dalam tempo yang terukur, berusaha agar tak menimbulkan bunyi apa pun agar karpet di bawahnya tetap suci. CCTV yang terletak di sudut ruangan memaksanya njegur ke mode kalem. Kan tidak lucu kalau sampai ada yang memergoki dirinya memekik heboh dengan gaya kampung hanya gara-gara masuk ke ruangan Alan.
"Duduk."
Naya terhuyung mundur. Bapak dekan ada di balik kursi? Lah, bukannya tadi ruangan ini kosong?
"Bapak titisan hantu? Kok saya enggak lihat Bapak masuk dari mana?"
Apa di balik meja besar itu ada tombol rahasianya?
Alis gelapnya menukik tajam. Naya pernah menonton film aksi. Seringkali para mafia biasanya menyimpan tempat rahasia di balik dinding atau tempat-tempat tersembunyi yang tidak terduga. Berhubung penampilan Alan tidak jauh berbeda dengan mafia, apa mungkin meja itu dijadikan sebagai tempat penyimpanan rahasia?
"Adiandra, saya tidak suka mengulang perintah!" tegas Alan menyentak perhatiannya.
Tanpa ba-bi-bu, Naya segera menarik kursi kosong yang berseberangan dengan Alan. Kedua bahunya menegang penuh antisipasi.
Alan bukan keturunan knight Jepang yang punya katana kan? Cincangnya tidak memakai benda-benda tajam yang membuatnya bermimpi buruk selama empat tahun?
Naya menahan napas.
"Pak, kalau mau cincang saya, saya boleh request duluan enggak?" tanyanya tanpa pikir panjang. Laki-laki di depannya masih menyelami keterdiamannya dengan menampilkan ekspresi datar. Hal ini bukannya menenangkan Naya, rasa panik gadis itu justru makin menjadi. "Bapak minum ini deh."
Botol air mineral terulur ke depan. Kali ini gantian Alan yang terheran-heran.
"Untuk apa?"
Naya membuat efek tercekik dalam suaranya sebelum berkata, "Minum terus sembur saya, Pak. Daripada saya disembur sama rentetan nyinyiran Bapak yang enggak ada duanya, saya lebih milih disembur pakai air. Kata-kata memang enggak ada wujudnya tapi bikin hati sakit berabad-abad. Air kan enggak bikin sakit, Pak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Eavesdrop [TAMAT]
RomansaKatanya, dia galak. Katanya, dia suka bantai mahasiswa. Katanya, dia pelit nilai. Katanya lagi, dia gay. Naya pusing mendengar kalimat-kalimat pengantar super buruk itu. Maha-siswa. Seharusnya titel itu terdengar keren untuk diucapkan. Hitung-hitung...