Part 23 | Zona Nano-Nano

116K 11.6K 2.2K
                                    

Teori mahasiswa : mahasiswa berencana, dosen yang menentukan

--Pengabdi tugas yang pasrah--

____________________________







"Jadi?" Naya mengulang kata-kata Alan yang dirasa menggantung.

Laki-laki itu tertawa kaku. "Jadi adik saya, maybe?"

Berapa bulan Naya tidak pergi ke THT? Kelingkingnya merogoh lubang telinga dan mendapati organ tersebut bersih dari yang kuning-kuning.

"Bapak ngigo, ya?" Andaikata award mahasiswa paling kurang ajar ada di dunia, sudah pasti Naya menjadi pemenangnya. "Masa iya saya disuruh jadi adik Pak Alan? Muka saya kan enggak mirip sama Bapak. Bapak itu kayak..." angry bird nikah silang sama malaikat. Naya berdeham. Nyaris saja keceplosan. "Intinya enggak bisalah saya tiba-tiba jadi adiknya Pak Alan," lanjutnya mengakali.

"Lalu kamu mau saya anggap apa agar tidak ada orang yang curiga jika saya mendadak mengunjungi kamu di kelas?" tanya Alan. Ia tersenyum manis. "Bagaimana dengan babu saya?"

B-a-b-u jadilah babu. Apa wajahnya kelihatan seperti tampang orang susah? Naya melongo.

Belum cukup sampai di sana, Alan kembali menambahkan, "Peraturan fakultas melarang hubungan romansa antara dosen dan mahasiswi dengan alasan profesionalitas." Ia meringis. "Saya jelas bukan tipe pembangkang. Kalau yang kamu harapkan adalah jenis hubungan pura-pura yang biasa terjadi di novel romansa dengan kehaluan tingkat tinggi, maaf saya tidak bisa mewujudkannya, Naya. Saya lebih cinta pekerjaan daripada drama."

Singkat, jelas, dan luar biasa nylekit. Momen perpisahan Goblin Kim Shin dan Ji Eun-Tak saja masih kalah menyakitkan dibanding ditampar dengan kata-kata oleh Alan. Padahal beberapa detik yang lalu, Alan bertingkah seakan mengkhawatirkannya.

Naya menarik napas berulang kali, mengembuskannya melalui mulut dan berusaha tidak kentut seperti waktu itu. Pilihannya hanya ada babu dan adik. Tidak ada yang lebih baik.

"Duh, apes banget kejebak beginian," gerutunya tanpa suara. Ia segera memasang cengiran tanpa dosa saat tahu Alan menangkap gerak bibirnya. "E-he... saya enggak punya opsi nolak kan, Pak?"

Welcome in kakak-adik zone.

_._._._._

Segera setelah mufakat antara dirinya dan Alan tercapai, berita tentang identitas barunya menyebar bak wabah. Entah bagaimana cara Alan melakukannya, tahu-tahu sore harinya Sela menodongnya di depan pintu kamar kosan.

"Nay, lo gila! Sejak kapan Pak Alan jadi kakak lo? Emak lo nikah lagi? Kok emak gue enggak diundang kondangan?" Gadis itu berkata sembari mengguncang bahunya bak kesetanan.

Naya memegangi kepalanya yang pusing. "Duh, Sela..." Ia beringsut mundur dari cengkeraman Sela lantas berkacak pinggang. "Almarhum ayah gue bakal bangkit dari kubur kalau tahu emak gue nikah lagi." Ia berdecak. "Pak Alan itu saudara jauh gue di Jakarta, makanya dia disuruh emak gue jagain gue di sini."

Saudara seperkampretan maksudnya. Baik Naya maupun Alan sama-sama sadar diri dengan hobi masing-masing--membuat orang lain darah tinggi.

Ia memasang senyum polos melihat Sela yang melongo.

• • •

D A Y 1

Surga bagi mahasiswa itu sederhana. Cukup disediakan wifi gratis, tempat selonjoran, dan bebas tugas, hidup rasanya indah. Terakhir kali Naya bersandar di tembok gedung geotermal tanpa memikirkan responsi dan tetek bengeknya adalah seminggu lalu. Kesempatan itu datang lagi baru-baru ini.

Eavesdrop [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang