2. Hujan

52 11 6
                                    


Hanya sesuatu yang kecil, membuatku mengingatnya, masa laluku - Violin.
________


Hari ini Violin sangat gugup, bagaimana bisa ia dipasangkan dengan Refal? Aura pria itu benar - benar membuat Violin mati kutu.

Namun, ia tidak bisa menolak apa kata pembina ekskul yang telah memberi keputusan.

Setelah pembagian pasangan, semua anggota ekskul diberi tugas untuk membuat sebuah karya seunik mungkin dan yang memiliki karya terbaik akan dipilih untuk Kontes Photographer Nasional.

Violin mulai gelisah, ia memikirkan hal apa yang akan ia gunakan sebagai objek foto. Ia bergegas dari kelasnya menuju kelas Refal untuk mendiskusikan hal ini.

Dari kejauhan, ia melihat Refal yang sedang duduk sambil memainkan sebuah rubik. Violin segera menghampiri, mendekati meja tempat Refal duduk.

"Hm, Refal.. gimana sama tugasnya?" Violin mengecilkan suaranya ketika Refal menatapnya intens.

"Nanti," ucap laki-laki itu singkat lalu mengalihkan pandangan pada rubik yang berada di tangannya.

"Okey, pulang sekolah ya?" ucap Violin memastikan.

"Hmm,” dehem laki-laki itu, menyetujui pertanyaan Violin.

Violin pun kembali ke kelasnya karena lima menit lagi, bel masuk akan berbunyi pertanda habisnya waktu istirahat.

Jujur saja, Violin ragu dengan Refal mengingat pria itu begitu misterius membuat pikiran tidak baik singgah di otaknya.

Setelah jam pulang berbunyi, Violin sesegera mungkin menuju kelas Algis, laki-laki yang sudah menjadi sahabatnya ini.

Violin menunggu di depan pintu kelas karena kelas Algis belum kunjung keluar, tak selang beberapa menit setelah itu ia melihat Algis berjalan menuju pintu.

Terlintas ide jahil di benak Violin, ia membungkukkan badannya agar tak terlihat oleh Algis dan saat Algis keluar,

"DORR!" Violin muncul di depan Algis membuat pria itu kaget bukan main.

"Eh si kampret!" ucap Algis dengan raut muka menegang, membuat Violin tertawa kencang.

Pletak

Satu sentilan kecil mendarat di kening Violin, membuat gadis itu meringis sambil mengusap keningnya.

"Sialan lo ya!" Violin hendak membalas Algis, apalagi melihat Algis yang menjulurkan lidahnya membuatnya semakin kesal. Namun, ia teringat akan tujuannya kesini.

"Hmm Gis, temenin gue, yuk. Ketemuan sama Refal, ya?," bujuk Violin dengan nada memelas. Algis memincingkan matanya, memancarkan raut tak suka, namun sebisanya ia mengusir pikiran negatifnya.

"Mau ngapain lo ketemu dia?" Selidik Algis membuat Violin gemas lalu mencubit pipinya.

"Ih! Gue cuma buat tugas ekskul, gausah mikir macem-macem deh lo!" Algis mengiyakan permintaan Olin dengan anggukan yang mantap.

"Yaudah, yuk ke parkiran," Violin mengubah posisinya ke belakang Algis dan mendorong cowok itu, Algis hanya terkekeh pelan dengan semua tingkah Violin.

Sesampainya mereka di parkiran, Violin melihat Refal yang duduk di motor sportnya.

Violin menarik tangan Algis menuju Refal, ia tidak menyadari bahwa Algis terlihat tak suka akan adanya Refal.

Refal terlihat tenang, ia membenarkan rambut depannya dengan kedua tangannya.
Violin menghampiri Refal dan tersenyum,

"Jadi gak? Mau kemana?" tanya Violin sedikit lebih cerewet.

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang