16. Happy Birthday

24 1 0
                                    

'Mencekam tanpa merasa terancam.'


***

"Lo masih mau main?"

Fian terengah-engah berusaha merendengi langkah Violin. Entah karunia apa yang Tuhan berikan padanya, gadis itu sama sekali tak terlihat kelelahan bahkan setelah mengunjungi semua wahana.

"Gue sih sebenernya belum puas, tapi udah kesorean. Kita pulang aja, yuk. Ntar gue takut dicariin."

"Oke."

Mereka berjalan menuju parkiran ditemani keheningan. Masing-masing dari keduanya memiliki ratusan hal yang berkelebat di otak, memaksa untuk dipikirkan.

"Eh, nanti kalau lo mau kesini lagi, kasih tau gue. Gue bakal nemenin lo main semua wahana. Janji." Fian mengangkat jari telunjuk dan tengahnya bersamaan.
Violin hanya memberikan senyum canggung. Kata itu. Janji. Kata yang selama ini mati-matian ia percayai. Kata itu menepis semua keraguan dan kemarahan dalam dirinya.

"Aku janji, nanti aku akan nemuin kamu lagi." Itu ucapannya dulu.

Tapi, mana buktinya? Tahun-tahun sudah berganti, tetapi sama sekali tak ada kabar mengenainya. Kini, haruskah ia tetap percaya pada kata itu?

"Lin? Lo kenapa?" Ucapan Fian membuyarkan semua pikiran Gadis itu. Begitu melihat sekeliling, rupanya ia telah sampai di parkiran.

Sudahlah, tak ada gunanya memikirkan kejadian yang sudah berlalu lama. Violin memberitahu dirinya.

"Enggak pa-pa. Cuman tiba-tiba keinget sesuatu."

"Ya udah. Nih, pake helm-nya." Fian mengulurkan helm ke tangan Violin.

***

Bosan. Entah sudah berapa kali gadis itu menguap. Sama sekali tak ada yang bisa dilakukan. Belajar? Tak ada satu kata pun yang akan diingatnya dalam keadaan begini. Tidur? Masih terlalu dini untuk melakukannya. Ini baru pukul 19.00 WIB.
Entah karena dorongan apa, Violin mengambil ponselnya. Melihat nomor yang akhir-akhir ini menguras otaknya, dengan iseng ia meneleponya.

Nada sambung terdengar beberapa kali sebelum seseorang di seberang sana mengangkatnya. Gadis itu sangat terkejut hingga terdiam selama beberapa saat.

"Halo?" Suara seorang gadis terdengar di ujung sana.

Tanpa pikir panjang, Violin segera menutupnya. Tiba-tiba suasana di dalam kamar terasa mencekam dan dingin. Pikiran gadis itu mulai berkelana. Siapa gadis itu? Mengapa ia sedikit kecewa saat mengetahui jika yang selama ini mengirim pesan aneh itu cewek? Pertanyaan itu mungkin tak akan pernah terjawab olehnya.

Selama beberapa menit keheningan menyelimuti kamar. Entah mengapa mata Violin terus memandang jendela, seakan takut seseorang tiba-tiba masuk ke dalam dan menyekapnya.

Apakah ini hanya ilusi, atau gadis itu memang mendengar sesuatu bergerak dari balik jendela? Semakin lama gadis itu terdiam, semakin liar pikirannya berkelana.

Ia akhirnya merebahkan diri dan menutup mata, berharap hal itu bisa meredam semua ketakutannya. Nah, hal itu terdengar lagi. Kali ini Violin tak merasa bahwa dirinya sedang berkhayal. Memang ada yang bergerak di balik jendela.

Kali ini terdengar suara ketukan yang sangat kencang. Bagaimana ini? Apa yang harus di lakukan?

Sudah sedari tadi gadis itu ingin melesat keluar dari kamar dan pindah ke ruangan yang lebih ramai. Namun, ada sesuatu yang menahannya untuk tetap tinggal.
Perlahan, ia menyingkap selimutnya, turun dari ranjang, dan melangkah menuju jendela. Di kerahkannya semua keberanian untuk menghadapi apapun yang berada di luar sana.

Semakin dekat gadis itu dengan jendela, semakin bertalu jantungnya. Entah makhluk apa yang menunggunya di luar sana. Tapi, apapun itu, ia harus tau agar bisa tidur dengan nyenyak malam ini.

Begitu jarak Violin dengan jendela hanya sekitar satu meter, gadis itu melihat sekelebat bayangan manusia dan ia menghentikan langkahnya.

"Siapa itu? Pencuri? Atau hantu?" tanya Violin.

Tak ada jawaban.

"Siapa itu?" Violin mengeraskan suaranya.
Masih tak ada jawaban.

Tiba-tiba, sebuah kertas tertempel di kaca jendela tanpa peringatan. Hal itu nyaris membuat gadis itu berteriak dan terjatuh. Untunglah, jeritan itu teredam karena ia mendekap mulutnya.

Tulisan itu terdiri dari dua kata. Hal yang selalu dinantikan seseorang yang tengah berulang tahun.

HAPPY BIRTHDAY

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang