7. Nomor Misterius

47 3 0
                                    


Percaya dengan kata atau rasa?
***

Giliran bulan yang menerangi setelah matahari pergi. Saat di mana banyak orang memanfaatkannya untuk beristirahat untuk memulihkan tenaga yang telah dikeluakan saat siang, pun bersiap untuk membuangnya lagi dari mulai pagi.

Jika murid yang rajin, mungkin ia akan belajar untuk pelajaran esok. Sayangnya Violin tidak termasuk ke dalam kriteria itu. Tapi, dia juga bukan termasuk orang yang paling pemalas. Semua kegiatannya tergantung suasana hatinya. Bukan berarti Violin bodoh, tapi dia juga tidak bisa disebut pintar karena ia tak terlalu pintar.

Bosan. Itu kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati seorang gadis bernama lengkap Violin Grisella Algezza malam ini. Seperti biasanya yang dilakukan oleh kebanyakan rwmaja masa kini, Violin meraih benda pipih yang jarang ia lupakan. Bahkan, dia masih bingung mau ngapain. Ngestalk? Kalau ada temennya sih enak, bisa sambil gosipin. Terkadang, kalau handphone berasa penting saat kuota internet penuh. Tapi saat penuh, dia kadang menjadi benda mati tak berguna.

Violin memutuskan untuk ke balkon kamarnya, menatap ribuan bintang di langit. Angin malam menerpa wajahnya. Violin menikmatinya, ia suka itu. Rasanya mendamaikan. Violin jadi teringat akan sosok Aal.

Dulu, ia sering melihat langit malam dengan posisi berbaring di rerumputan. Jika Violin suka melihat bintang, Aal justru suka melihat bulan. Katanya, dia mau jadi satu-satunya.

"Olin, tidur!" Suara bariton itu berasal dari bawah pekarangan rumah. Ternyata Gezza — ayahnya. Gezza baru pulang dari kantornya. Ini sungguh mengganggu ketenangannya. Tapi apa boleh buat? Membangkang? Ia tak mau menjadi anak durhaka.

Violin memutuskan untuk duduk di tepi ranjangnya. Pintu kamar terbuka menampilkan Tira yang tengah berdiri, hal itu membuat Violin menoleh. Tira masuk, ikut duduk di samping anak semata wayangnya.

"Kamu belum tidur? Tadi kata Papa kamu lagi berdiri di balkon. Ngapain? Nanti masuk angin."

"Ini Olin lagi tidur, Mah." Violin memejamkan matanya, membuat suara dengkuran.

Tira tertawa, "Tidur, gih. Mamah juga mau tidur."

Violin membaringkan dirinya. Mengangguk sebagai jawaban untuk Tira. Ketika Tira pergi, tepatnya saat pintu kembali tertutup Venus bangkit untuk duduk kembal.

Ia belum mengantuk, matanya menolak untuk tertidur. Akhirnya, ia putuskan untuk stalk instagram milik idolanya. Sebuah ide muncul dibenaknya. Rasa penasarannya pada Refal muncul kembali.

Ia mencoba mencari akun instagram cowok itu. Refalion Alvaro Sheo, Refalion Alvaro, Alvaro Sheo, Refalion Sheo. Nihil, bahkan ia juga berusaha mencari dengan nama Rfl, karena Refal mungkin yang tidak pernah berkata panjang lebar juga malas untuk mengetik user name panjang. Violin heran. Refal itu cuek, malas berbicara, atau pendiam? Atau bahkan malu karena makan makanan yang menimbulkan bau tak sedap?

Sebuah notifikasi SMS muncul pada layar handphone membuat Violin berhenti berpikir hal aneh terhadap Refal. Dahinya berkerut melihat nomor tidak dikenal.

+62***********
Berhati-hatilah dengan orang disekelilingmu.

Violin memutuskan untuk menghapus pesan itu. Ia merasa diteror meski tidak ada kata yang bisa disebut termasuk teror. Mungkin saja itu pesan yang nyasar. Violin memilih mengabaikannya daripada membenarkannya, ia juga tak mau menuduh yang tidak-tidak dengan orang di sekitarnya.

+62***********
Jangan meremehkan pesan di atas, karena waspada itu perlu.

Refal. Entah mengapa ia rasa pesan ini nunjukin agar Violin harus waspada dengan Refal, karena Refal itu terbilang aneh untuknya, sifatnya pun sedikit kurang baik. Tapi hatinya berkata bukan Refal yang dimaksud. Lagipula kita harus berhenti menilai buku dengan covernya. Entahlah, pikirannya berkecamuk sekarang.


Double Update!

Happy Reading in our project, guys!

Thank you for reading!

Krisarnyaa

(22 September 2019)

By: Chanzell07


ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang