8. Salah sangka

36 4 1
                                    

'Jika bukan dia, lantas siapa?'

***

"Setan dem--- Astaga! Lo ngapain pagi-pagi udah kusut gitu? Mau cosplay mbak Kunti Lo?" Seru Algis terkejut. Ia baru melepas helm hitam kesayangannya, tapi malah disuguhi wajah murka Violin.

"Itu kerjaan Lo kan?" Tuding Violin tanpa menjawab pertanyaan Algis sebelumnya. Sementara dahi Algis berkerut hingga ujung alisnya menempel satu sama lain.

"Kan gue udah minta maaf kemarin, Lin. Telat kalau Lo marah sekarang," ujar Algis seraya melangkah menuju lapangan basket.

"Jadi bener kerjaan Lo? Lo tahu? Gue udah panik semalaman, merasa nyawa gue terancam. Tapi itu cuma keisengan Lo?"

"Maksud---"

"Lo jahat banget sih," cerca Violin tanpa membiarkan Algis bersuara. Sementara Algis berubah menatap Violin dengan pandangan khawatir.

"Siapa? Siapa yang bikin Lo setakut ini? Bilang ke gua!" kata Algis seraya menatap Violin, suaranya terdengar penuh kecemasan. Hal yang sama terpancar dari raut wajah tampan pemuda itu. Bahkan kini Algis berputar mengelilingi Violin, memastikan tidak ada luka atau keanehan pada tubuh Violin.

"Nggak usah sok nggak tahu, deh. Kerjaan Lo kan? Neror gua pakai kata-kata ancaman, maksudnya apa sih?"

"Siapa yang neror Lo?" Algis bertanya dengan suara meninggi. Violin sempat kaget dibuatnya.

"Jadi bukan Lo?" Violin bertanya lirih. Ditatapnya Algis ragu, tapi jika melihat raut kebingungan dan kekhawatiran yang Algis tampilkan. Memang rasanya Violin jahat karena sudah mencurigai sahabatnya itu.

"Jelasin ke gua!" Perintah Algis tegas. Akhirnya Violin menceritakan detail kejadian teror pesan singkat yang membuat ponselnya berisik semalam ini. Sedang Algis hanya menyimak cerita Violin sambil sesekali mengusap bahu gadis itu berusaha menenangkan sahabatnya.

"Jadi intinya nomer asing itu kasih peringatan gitu?" Tanya Algis begitu Violin menyelesaikan ceritanya. Violin mengangguk sebagai jawaban.

"Nanti kasih nomernya ke gua. Biar gua yang telepon," ujar Algis tanpa memalingkan pandangannya dari Violin.

Violin menggeleng, "semalam udah ditelepon, tapi nggak diangkat. Bahkan nggak lama langsung nggak aktif nomernya."

Keduanya terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Algis yang pertama bersuara beberapa saat setelah hening itu.

"Lo nggak ada masalah sama siapapun kan?" Tanya Algis penuh selidik. Meski ia ragu jika seorang Violin memiliki musuh, karena violin terdengar sebagai gadis yang baik dan pandai bergaul.

Violin menggeleng. Tapi ingatannya malah berputar pada pertemuan pertamanya dengan Reval. Murid baru yang nyebelin, juga selalu bikin Violin emosi.

"Yaudah nanti gua bantu cari tahu. Sekarang Lo masuk kelas. Nanti balik gua anterin," Algis berkata sambil mengusap pundak Violin lagi.

***

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Kantin langsung menjadi tujuan utama, penuh sesak.

Algis meletakkan bakso dan es jeruk pesanan Violin, lalu mendudukkan diri di hadapan Violin.

"Masalah yang teror itu. Beneran Lo nggak ada konflik sama siapa pun?" Tanya Algis.

Violin terdiam sebentar. Menimbang keputusan untuk bercerita mengenai konfliknya dan Refal, sepertinya itu bukan hal yang bagus. Violin takut karena praduganya Refal bisa dihajar Algis lebih parah dari kemarin.

"Nggak ada. Gue juga nggak punya orang yang layak dicurigai." Violin menghembuskan nafas lelah.

***

Violin merapikan susunan bukunya yang berantakan. Sekaligus memeriksa jika ada tugas rumah yang terselip. Selesai dengan rutinitasnya, Violin merebahkan diri di ranjang.

Ponselnya sepi tanpa gangguan apapun. Tentu saja. Violin membeli kartu baru siang tadi. Lalu sebuah ide muncul di otak gadis manis itu.

"Diangkat!" Pekik Violin tertahan begitu panggilannya tersambung.

Tapi hingga bermenit-menit Violin menunggu, tidak ada suara yang terdengar kecuali gemericik air yang mengalir.

Dan pada menit ke 15, Violin memutuskan panggilan. Sepertinya, semesta belum mengijinkan ia mengetahui siapa peneror itu.

To be continued


Haii guyss!!
Thank you for reading:)
Jangan lupa tinggalkan jejak!

Semua manusia pasti punya salah, termasuk kami. Jadi, jangan lupa krisarnya yaa. Satu kritikan sangat berharga!

By : kimailan

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang