Kita butuh ujian untuk menilai, dan dinilai.
- Violin Grasella Algezza.***
Suhu tubuhnya sekarang 37.6 yang mulanya adalah 38 dan Olin dalam keadaan dilema, mungkin karena ucapan Algis tapi ini semua karena kesan si cowok sok misterius itu. Siapa lagi kalau bukan Refal. Entahlah, ketika Violin memikirkan Refal, ucapan Algis dan tugas ekskul-nya tiba-tiba saja asam lambungnya langsung meningkat karena beban dari pikirannya. Dengan kata lain, gadis ini dalam keadaan stress. Kepalanya terasa seperti tertusuk tusuk sate.
Violin menghela napas lalu membuka ruang obrolannya dengan Refal. Mencoba mencari sisi baik cowok itu, namun jawaban Refal terlalu singkat, ditambah lagi cowok ini membalas cukup lama. Violin melempar ponsel ke arah kasur sebelum akhirnya ia membanting diri pada kasur. Pikiran gadis ini mulai menjelajah pada bagian ingatan tentang Refal.
Cowok itu benar-benar tidak memiliki kesan bagus di ingatan Violin.
Tapi, sebuah kalimat tiba-tiba mengambang dalam pikiran Violin. ' Jangan menilai buku dari sampulnya'. Violin akan menjadi orang yang paling jahat jika sampai ia melakukan itu. Violin memutar badannya menjadi tengkurap sembari meraih ponsel kembali. Ia menatap pantulan wajahnya yang kuyup karena demam hari ini sebelum akhirnya menjerit tertahan karena bantal.
Jika di dalam kartun, ketika sang tokoh mendapatkan ide, akan muncul sebuah bohlam lampu yang bersinar terang. Tapi untuk Violin, wajah gadis itu langsung kembali muncul dengan wajah bersinar setelah ide masuk di sela-sela kepusingan gadis ini. Ide bagus untuk menilai seseorang.
LINE
Violin Algezza: Fal, bsk gue kayaknya gak bisa dateng, deh.
Masih gak enak badan soalnya, gapapa kan kalau lo ngerjain sendiri?Refal A Sheo: Ok
***
2 hari kemudian
"Ngapain lo masuk? Kuburan lo udah siap kok."
Itu kata pertama saat Violin keluar dari rumah dan hendak menghampiri Algis yang duduk di atas motor. Percayalah itu hanya dad jokes yang menghasilkan pelototan tajam--yang jika memungkin itu bisa melubangi badan Algis jika itu sebuah laser--dan juga pukulan keras di punggung.
Violin mendengus kesal, "Ngomong sekali lagi, lo yang tinggal nama, Gis."
"Pagi-pagi udah KDRT aja lo," ucap Algis sambil mengelus tempat dimana Olin melayangkan pukulan 'sayang'.
"Gue nanya bener-bener, emang lo udah sembuh? Udah enakan badannya?" Pertanyaan itu datang dari Algis yang juga menyentuh dahi dan leher Violin dengan punggung tangan cowok itu, memastikan suhu tubuh gadis ini tidak setinggi kemarin.
"Gue punya perasaan gak enak soal tugas fotografi gue, kuy jalan," ajak Violin sambil merebut helm dan langsung menaiki motor Algis.
***
Violin mengintip ruang kelas Refal, oh cowok itu sudah datang. Dewi keberuntungan ada padanya sekarang, gadis itu menghampiri cowok yang tengah sibuk dengan ponselnya sendiri.
"Fal," panggil Violin.
Cowok itu hanya menoleh sekitar tiga detik sebelum akhirnya kembali pada fokus awalnya. Jujur saja, Olin tidak suka dengan sikap Refal yang satu ini. Tapi sabar saja.
Tugas kelompok sudah dibikinin sendiri sama Refal sebanyak 80% soalnya.
"Tugasnya udah lo kumpul?" tanya Violin penasaran.
"Udah." jawab Refal singkat yang masih sibuk dengan ponselnya.
"Gue boleh gak lihat?"
Refal menghela nafas sebelum pada akhirnya mengubah layar ponselnya menjadi foto dari tugas mereka berdua. Dan foto itu terlihat sangatlah cantik. Violin dalam hati memuji hasil foto itu.
"Lo ntar pulang sekolah langsung pulang?"
"Kenapa emangnya?" bukannya menjawab, Refal justru malah balik bertanya.
"Gue mau traktir lo, sebagai ucapan terima makasih, sama maaf karena gak bisa bantuin lo."
"Gak usah." Refal memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.
Raut wajah Olin berubah menjadi cemberut. Cowok ini emang sok misterius, ya.
Refal menghembuskan napasnya, "Dimana?"
"Uhm?" Olin menoleh dengan wajah binggung ke arah Refal karena tidak mengerti.
"Lo mau trakrir gue dimana?"
Air wajah Olin berubah seketika."Oh itu, gak jauh kok daro sekolah kok." nada cerianya yang sangat kental bisa orang-orang rasakan.
***
Mereka berdua menatap menu-menu yang terpajang di papan counter kafe. Suasana cukup ramai karena jam makan siang. Setelah menandai apa yang ia ingin pesan di dalam otaknya, Violin menoleh pada si penjaga kasir yang sabar menunggu.
"Club sandwich." ucap Violin
"Carbonara."
Mereka menyebutkan pesanan mereka secara kompak, kemudian saling menoleh dan menatap. Untungnya lansung di tangkap oleh penjaga kasir.
"Tambahan minumnnya?"
"Jus strawberry." Untuk kali ini mereka benar-benar kompak.
Setelah memesan makanan dan mendapatkan meja, Violin dan Refal duduk tenang dengan keheningan diantara mereka berdua. Hingga minuman mereka yang pertama datang, dan Violin lah yang pertama kali menyeruputnya dengan kenikmatan tiada akhir.
"Lo juga suka jus strawberry, Fal?" tanya Violin seraya menyeruput minumannya.
"Dari kecil." Refal menjeda karena ikut menikmari minuman miliknya, "Gue sebenernya tergila-gila sama strawberry."
"Aal itu suka banget strawberry, boleh buat Aal semua?"
Kalimat lama tiba-tiba muncul dalam benaknya. Hal itu membuat Violin terhenyak sejenak. Sebelum pada akhirnya ia menanamkan sebuah pemikiran.
Di dunia ini gak cuma Olin sama Aal yang suka strawberry.
***
Olin melemparkan tasnya setelah memasuki kamar dan juga membaringkan tubuh. Entah kenapa akhir-akhir ini, ia jadi sering teringat oleh Aal semenjak bertemu oleh Refal. Mana lagi mereka sekarang punya kesamaan.
Maniak strawberry
Mengingat itu memmbuat Olin tersenyum, lalu mengubah posisi menjadi duduk. Mata gadis ini melirik kearah laci meja. Olin menarik laci tersebut lalu mengambil sebuah gelang berwarna pink yang ada di dalam sana.
Gelang yang jadi satu-satunya tempat ia menjatuhkan rindunya pada Aal. Sejujurnya ia ingin kembali memakainnya. Sayang, sudah tidak muat.
Double Update, guys!
Happy Reading in our project, guys!
Thank your for reading!
Krisarnyaa
(18 September 2019)
By: _lucidream
KAMU SEDANG MEMBACA
ComeBack [COMPLETED]
Novela JuvenilTAHAP REVISI! [25 Day Make A Story A'R Squad] Kembali. Itulah yang diinginkan seorang gadis remaja yang kini baru memasuki kelas sebelas, gadis tersebut bernama Violin. Sedari dulu ia ingin sekali sahabat kecilnya kembali, sahabat yang dulu pernah...