20. Cemburu

20 2 0
                                    


Langit tetap langit, walaupun dia mendung, hujan, dan cerah.

***

Seharusnya Algis sadar dengan apa yang sekarang terjadi. Sahabatnya bahagia, harusnya dia juga ikut bahagia. Tapi tetap saja, ada sesuatu yang masuk ke dalam hatinya dan memporak-porandakan perasaannya. Dan dia tidak suka perasaan itu.

Penjelasan yang sedang di ocehkan guru saja tidak bisa membuat fokus Algis melupakan perasaannya saat ini. Ia kenal lebih dulu dengan Violin tapi Refal berhasil merebut gadis itu darinya. Kenapa rasanya tuhan tidak adil?

"Bro?" Tepukan di bahu Algis berhasil membawa kesadaran cowok itu kepermukaan, dan menemukan Dimas--teman sekelasnya--menatap Algis dengan bingung.

"Bengong aja lo dari tadi, kagak ke kantin?"
Sudah istirahat? Pikir Algis selagi menatap sekitar. Tidak ada guru lagi, orang-orang sudah pada keluar kelas untuk menuju kantin. Astaga, dia benar-benar blank sepanjang pelajaran tadi.

"Kantin, bareng?"

"Kuy lah."

Dua cowok itu keluar kelas sambil sesekali membicarakan bola, futsal dan beberapa hal yang lainnya. Ketika langkah mereka memasuki kantin, sepasang manik milik Algis lansung berperedar memandang isi kantin yang ramai. Lalu menemukan Violin dengan Refal. Kedua tangannya terkepal erat.

"Oh ya, lo gak nyari Violin ke kelas?"

Algis hanya mengeleng.

Sejak penggumuman hasil nilai extrakulikuller photographer kemarin, mereka jadi tambah dekat. Entah saat istirahat ataupun pulang sekolah. Sekali lagi, Algis tidak suka perasaan ini.

Kemudian langkah Algis mendekat pada Violin dan Refal. Dua orang itu sibuk makan sambil berbicara sesuatu. Dia harus mengungkapkan isi kepalanya sekarang, mungkin ini kesempatan cowok itu.

"Lin," panggil Algis langsung membuat perhatian Violin padanya. "Gue mau ngomong sebentar."

"Yaudah langsung aja." Gadis itu sambil tersenyum mengucapkan itu.

"Berdua, bentar aja."

Violin diam dalam hitungan detik. "Oke," ucap gadis itu lalu bangkit. "Aku tinggal bentar ya," lanjut Violin pada Refal.

Refak hanya mengangguk paham, dan membiarkan Violin pergi bersama Algis menjauhi kantin. Walaupun dia sebenarnya penasaran dan juga tak rela.

Violin mengikuti langkah Algis yang menuju belakang kantin yang cukup sepi. Hanya tempat yang kadang-kadang di jadikan tempat membolos untuk beberapa orang. Lalu mereka berhenti, Algis bahkan belum bersuara di menit pertama.

Sedangkan Violin menatap Algis dengan penasaran.

"Katanya mau ngomong? Gimana sih..." keluh Violin sambil menatap kesal Algis.

"Lo masih temen gue kan?" Ya Tuhan kenapa dia jadi melankonis gini?

"Iyalah, emang kenapa lo mau beratem sama gue sekarang, gis?"

Algis mengeleng. "Lo akhir-akhir ini nempel terus sama Refal ya, jadi gue mikir lo udah enggak nganggep gue temen gitu."

"Ya ampun, apa yang ngerasuki lo, gis? Sampe mikir gitu?"

"Kita udah jarang jalan bareng."

"Cuma masalah itu aja? Kok lo jadi baper gitu, sih?"

"Lo berubah sejak pacaran sama Refal, gue kayak enggak kenal sama lo."

Setelah itu keadaan menghening di antara mereka berdua. Sebelum akhirnya Violin bersuara.

"Perasaan lo aja kali, gue mau balik ke kantin sekarang, duluan ya."

***

Lo berubah sejak pacaran sama Refal, gue kayak enggak kenal sama lo.

Lo masih temen gue kan?

Lo akhir-akhir ini nempel terus sama Refal ya, jadi gue mikir lo udah enggak nganggep gue temen gitu

Sekarang Violin kepikiran dengan kata-kata Algis, dan mulai mengingat kapan terakhir mereka jalan-jalan. Astaga, Violin bahkan tidak bisa mengingat kapan itu. Dengan segera ia mengambil ponselnya, mencoba memainkan benda canggih itu secara diam-diam agar tidak ketahuan guru.

Violin Algezza : Aal, kayak hari aku gak bisa deh. Kalau acarakan kita batal gpp kan? Aku mau kermh temen soalnya hari ini.

Violin menunggu dengan jantung berdebar, berharap pesannya akan segera di baca oleh Refal.

Refal A Sheo : gpp, kamu hati-hati.

Violin tersenyum sambil mengetikan kata 'oke' dan memasukan kembali benda pipih itu ke dalam kantong.

Ketika bel pulang berbunyi, Violin yang sudah bersiap sejak lima menit sebelum penada pulang itu berbunyi keras lansung memasukan buku dan pulpennya secara asal ke dalam tas. Kemudian berlari ke arah kelas Algis. Ia tidak akan meninggalkan temannya.

Happy Reading in our project, guys!

Thank your for reading!

Krisarnyaa

(24 Oktober 2019)

By: _lucidream

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang