5. Babak Belur

55 6 0
                                    

Bahkan, aku rela mati demi dirimu.
***

“Diberitahukan kepada seluruh anggota ekstrakulikuler fotografi agar berkumpul di ruang fotografi.”

Violin yang mendengar pengumuman itu langsung bergegas menuju ruang fotografi dan telah mendapati beberapa orang yang sudah menunggu serta coach mereka yang sudah duduk menanti mereka.

Violin memilih duduk bersama rekan-rekannya.

“Baiklah, silakan kumpulkan tugas yang Coach berikan kemarin.”

Violin tergagap, ia lupa bahwa tugasnya masih ada di tangan Refal. Bagaimana ini ? Refal mana ?

"Violin dan Refal, tugas kalian mana ?" tanya coach saat melihat kembali tugas yang sudah terkumpul dan tidak ada nama keduanya di sana. Violin bingung, ia harus jawab apa?

“Em, anu Coach. Tugasnya sama Refal, Refalnya belum datang,” jawab Violin pelan, takut dimarahi oleh coach-nya.

“Saya gak mau tau, tugas kalian harus dikumpul sekarang,” ucap coach-nya dengan wajahnha yang sangat datar. Violin terdiam, apa yang harus ia lakukan sekarang? Mencari Refal? Atau bagaimana?

Tiba-tiba, terdengar suara ketukan pintu. Semua pandangan beralih menuju pintu, Violin menghela napas saat menyadari bahwa yang baru saja mengetuk pintu adalah Refal. Refal memasuki ruangan, lalu menghampiri coach untuk menyerahkan tugasnya dengan Violin.

“Kali ini saya terima tugas kalian, lain kali kalian harus kumpul tepat waktu,” ucap coach sambil menatap keduanya,dan hanya dibalas dengan anggukan oleh Violin juga Refal.

Violin menatap ke arah Refal dan menyadari bahwa wajah pria itu babak belur seperti habis dihajar seseorang.

Violin ingin bertanya mengenai wajah Refal yang habis babak bekur seperti itu, namun niatnya ia urungkan karena ia tahu lasti Refal tak akan memberitahunya. Lagi pula, siaoa ia di mata Refal?

“Kenapa?” tanya Refal yang nampak risih diperhatikan oleh Violin sedari tadi.

“Lo dari mana aja?” tanya Violin yang masih memoerhatikan setiap suduh wajah Refal yang membiru akibat dari sebuah tinjuan.

Refal terdiam sambil menatap lurus ke dekan, “Bukan urusan lo,” jawabnya ketus.

Violin yang mendengarnya hanya mencibir pelan. Tak aada yang oaling menyebalkan selain mendapatkan jawaban singkat dari Refal.

“Baiklah, kalian boleh kembali ke kelas masing-masing. Untuk tugas selanjutnya akan dibahas lain waktu,” ujar coach lalu semua anggota mengangguk dan mulai keluar dari ruangan begitu juga dengan Violin yang langsung menuju kelasnya tanpa menunggu Refal terlebih dahulu.

Violin menutup matanya, ia sangat lelah hari ini. Baru saja ia ingin terlelap namun sial karena suara Rina yang memanggil namanya.

Rina menghampirinya dengan wajah yang sangat heboh.

“Apaan sih, Na?” tanya Violin kesal akam kedatangan Rina yang mengganggu istirahatnya.

“Lin, lo tau gak? Gue dapet video yang lagi heboh satu sekolah. Dan lo tau itu video apa?” tanya Rina sambil menatap Violin dan hanya dijawab gelengan oleh gadis itu.

“Ya gue gak tau lah, Na. Lo aja belum cerita,” jawab Violin polos.

Rina mendelik karena kesal terhadap kepolosan temannya, “Nih gue tunjukin nih,” lalu Rina mengeluarkan ponselnya dan menunjukkannya pada Violin.

Violin terbelalak saat melihat siapa yang berada dalam video tersebut.

“Itu Refal, kan?” tanyanya sambil menunjuk pria yang ada di dalam video itu, pria itu diserang dengan segerombolan pria lainnya.

“Eh, itu Algis?” tanya Violin lagi, ia benar-benar terkejut atas perbuatan temannya itu.

“Lo dapet darimana tuh video, Na?”  tanya Violin cepat, mengapa video tersebut malah tersebar begitu saja? Persetan bagi mereka yang menyebarkannya tanpa berpikir terlebih dahulu.

“Gue dapet kiriman dari temen gue yang sekelas sama Algis,” jawab Rina apa adanya.

Violin terdiam, untuk apa Algis melakukan itu semua? Kadang ia heran dengan Algis, apa yang dilakukannya selalu ceroboh seperti sekarang. Dan apa masalahnya sehingga Algis mengeroyok Refal? Toh, Refal tidak pernah macam-macam dengan siswa lainnya

“Lin. Ada Algis, tuh.” Rina menyenggol bahu Violin, Violin pun menoleh ke arah pintu. Benar saja, di sana sudah ada Algis yang tengah berdiri di ambang pintu. Dengan wajah yang babak belur juga pastinya, namun berbeda dengan Refal, luka lebam di wajah Algis tidak begitu parah.

“Eh iya, gue tinggal dulu ya, Na,” jawab Violin sambil beranjak dari duduknya.

Happy Reading in our project, guys!

Thank you for reading!

Krisarnyaa

(20 September 2019)

By: @denis_ariski2312

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang