25. Ending

29 4 0
                                    

Kita mungkin akan bersatu kembali, jikatadir yang menyatukan kita.
***

"Algis!" panggil Violin saat melihat Algis yang tengah memainkan gitar di halaman rumahnya.

"Eh? Olin? Tumben banget kesini enggak minta jemput," ucap Algis lalu menghampiri Violin.

Tanpa berkata-kata, Violin menampar wajah Algis. Emosinya kini makin memuncak lantaran mendengar semua cerita Sasa, ia benar-benar kecewa pada Algis yang telah membohonginya, juga Refal.

Ia tak mengerti di mana jalan pikiran Algis sebenernya, sampai-sampai ia tega melakukan hal jahat seperti itu pada sahabatnya sendiri.

"Lin! Lo kenapa?!" tanya Algis yang heran saat sempat kaget bahwa Violin menamparnya.

"Enggak usah pura-pura bego! Lo pikir gue enggak tau rencana busuk lo?!! Lo pikir gue akan terus jadi orang goblok yang mau ngedenger omongan busuk lo?!"

"Gue enggak nyangka, gue enggak nyangka LO BISA SEJAHAT ITU SAMA GUE!!!"

"Li-Lin, dengerin dulu penjelasan gue." Algis berusaha membela dirinya.

"GUE ENGGAK PERLU PENJELASAN LO, BRENGSEK! YANG GUE BUTUHIN SEKARANG AAL! BIKAN OMONG KOSONG LO!" pekik Violin, amarah benar-benar memuncak saat ini.

"Gue sama Aal udah kepisah bertahun-tahun lamanya, Gis. Dan lo??!! PENYEBAB DARI SEMUANYA!!"

"Lin, gue minta maaf." Algis berusaha meminta maaf pada Violin, ia sendiri sudah menyesali semua perbuatannya.

"Lo pikir dengan cara lo yang minta maaf gitu aja, bisa biat Aal ada di sini lagi? Enggak, Gis! Enggak!"

"Mulai detik ini, jangan harap gue akan terus bisa sama lo!"

"Gue bener-bener kecewa banget sama lo, Gis," lirih Violin lalu meninggalkan Algis yang masih mematung.

"OLIN! TUNGGU GUE, OLIN!"

***
Berhari-hari Violin mencari keberadaan Refal, namun hasilnya tetap nihil. Ia belum juga menemukan sahabat sekaligus kekasihnya. Dimanakah keberadaan Refal sekarang?

Violin menyeruput jus strawberry yang ia pesan tadi, lagi-lagi ini mengingatkannya dengan Aal yang sua sekali denga jus strawberry.

"Olin," panggil seseorang dari belakangnya.

Olin yang merasa namanya dipanggil pun langsung menoleh, lalu melihat siapa yang memanggilnya tadi.

"Ngapain lo?" sarkas Violin saat melihat Algis yang memanggilnya.

"Lin..."

"Gue kayak gini karena gue sayang sama lo, gue enggak rela lo bersanding sama yang lain, Lin."

Penjelasan Algis sungguh membuat Violin terkejut, marah, kecewa, semua menjadi satu.

"Lin, gue minta maaf..." lirih Algis.

"Lo minta maaf juga enggak bakal bisa bikin Aal gue balik," jawab Violin dengan ketus lalu pergi meninggalkan Algis.

"Lin. Tunggu, Lin!"

***

Kini Violin tengah menuju rumah Refal untuk mencari tahu lebih dalam tentang Refal. Ia tak akan pernah berhenti mencari keberadaan Refal, ini bukan kali pertamanya, melainkan kali kedua Violin mencari-cari Refal.

Violin sudah sampai tepat di depan rumah yang luas nan megah, ia melihat ada seorang wanita tua yang sedang berkebun.

Dilihat dari penampilannya, wanita tua ini sepertinya adalah asisten rumah tanggal Refal. Tanpa pikir panjang, Violin menghampiri wanita tua tersebut.

"Misi... maaf, Bu. Saya mau nanya," sapa Violin saat sudah menghampiri wanita tua tadi.

"Eh, iya. Silakan," jawab asisten rumah tangga tersebut.

"Kalau boleh tau, ibu tau Refal di mana?" tanya Violin, ia berharap wanita tua ini mengetahui semua tentang Refal. Setidaknya ia tahu keberadaan Refal, itu sudah membuatnya jauh lebih baik.

"Refal? Aal maksudnya?"

"Nah, iya. Aal maksud saya," balas Violin seraya memberikan senyuman kepedihan.

"Non ini siapanya mas Aal?

"Sa-saya, sahabat kecilnya Aal, Bu."

"Oh, Non itu Mba Olin, ya? Yang sering diceritain Mas Aal? Wah, ternyata mba makin cantik ya, Mas Aal sering kasih unjuk foto Mas Aal lagi sama Mba waktu masih kecil. Katanya Mas Aal, Mas Aal sayang banget sama Mbak."

Violin terkekeh, jadi selama ini dirinya selalu dibanggakan dengan Refal. Ternyata dirinya selalu dispesial oleh Refal.

"Oh iya, Ibu juga enggak tau sekarang Mas Refal di mana. Terakhir liat, Mas Refal pulang dari rumah sakit langsung pergi. Pamit, tapi enggak mau ngasih tau pergi ke mana." Violin menghembuskan napasnya, harapannya seketika sirna dalam hitungan menit.

Violin pulang dengan segudang kekecewaan, ia tak tahu lagi harus mencari tahu keberadaan Refal dengan siapa.

Untuk kedua kalinya, Refal meninggalkan Violin tanpa pernah memberitahu di mana serta alasan ia pergi. Lagi.

Happy Reading in our project, guys!

Thank you for reading!

Krisarnyaa

(29 Oktober 2019)

By: Gadissnj

AKHIRNYA SELESAI JUGA GAIS, MAAF KALA CERITANYA ABSURD. KARENA KITA JUGA MANUSIA, XOXO.

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang