11. Rubik

37 4 0
                                    

Sama namun tak serupa, kau dan dia, seseorang di masalaluku
-Violin Grisella Algezza
***


Dengan rasa bimbang dan gugup, Violin memaksakan dirinya untuk menemui Refal, bagaimanapun juga perlakuan Algis kemarin termasuk tidak sopan.

Violin mencari Refal ke kelasnya, namun ia tidak menemukan pria itu, saat ia berbalik seorang gadis berseragam sama menghampirinya.

"Lo nyari Refal?" tanya gadis itu lembut, Violin rasa ia adalah teman kelas Refal. Gadis ini terlihat polos, kacamata minus bertengger di pangkal hidungnya, serta rambut yang di kuncir kuda.

"Iya, lo tau?" tanya Violin balik yang dijawab anggukan oleh gadia itu.

"Dia di kantin, oh iya nama lo Olin kan? Kenalin gue Ara temen kelas Refal," ucap Ara sambil menjulurkan tangan.

"Olin, yaudah gue mau ke kantin dulu ... thanks infonya" pamit Violin sambil menjabat tangan Ara, mereka pun berpisah menuju tujuan masing-masing.

Violin berjalan menuju kantin, setelah sampai ia menyapukan pandangannya pada setiap sudut ruangan itu.

Violin menangkap keberadaan Refal di tempat duduk yang bersebelahan dengan stan jus buah, pria itu tengah melamun sambil mengaduk jus buah miliknya. Violin pun menghampiri Refal dengan senyumnya yang kikuk.

"Hm, Fal. Maaf," ucap Violin gugup, Refal hanya menoleh sekilas lalu menatap Violin datar.

"Untuk?" tanya Refal singkat.

Violin semakin gugup ketika ia menyadari pandangan Refal yang tidak santuy dan terkesan mengintimidasi.

"Ya-yang kemarin, soal Algis gue minta maaf ya, kalo lo merasa gak enak." Violin menatap manik Refal meyakinkan, Refal pun mengangguk lalu menyeruput jus stroberinya lagi.

Violin tersenyum miring, ia merasa Refal selalu mengingatkannya pada sosok Aal.

"Lo tau gak? Gue punya temen kecil, dia sama kayak lo yang suka hujan sama jus stroberi. Dia temen baik gue, tapi sayangnya kita pisah dan sampai sekarang gue belum tau keberadaannya," ucap Violin lirih pada akhir kalimatnya.

"Lo pasti bakal ketemu," jawab Refal pasti.

Violin tersenyum pahit, "Gimana mau ketemu? Gue pisahnya udah bertahun-tahun, bahkan gue merasa ini sia-sia," lanjut Violin yang terdengar pedih.

Violin sangat merindukan Aal, karena hanya bersama Aal ia merasa nyaman. Aal adalah satu-satunya orang yang bisa membujuk Violin ketika ia tidak mau makan karena tidak dibelikan mainan oleh Tira--mamanya.

"Maaf ya, kok gue jadi curhat, sih?" ucap Violin sambil terkekeh, Refal yang mendengarnya hanya berdeham kecil sambil mengangguk.

Violin pun memesan segelas es teh, meneguknya perlahan dan kini menyisakannya setengah gelas.

***

Cahaya mentari mulai redup perlahan seolah belum siap tergantikan oleh sang rembulan.

Seorang gadis berambut lurus sebahu, dengan wajah gelisah menunggu seseorang di halte dekat sekolah.

Dia adalah Violin, jam pulang telah berlalu 15 menit sebelumnya, namun Violin masih menunggu jemputan.

Benda pipih berbentuk persegi panjang yang Violin pegang sedari tadi berbunyi, memperlihatkan sebuah nama di layarnya.

Mama: Olin, kamu dimana sayang?

Violin Algezza: Aku masih di halte, Ma.

Mama: Hm, gimana ya,, Mama gak bisa jemput. Soalnya ada arisan di rumah tante Erin.

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang