10 Jealous

34 2 0
                                    

Jaga perasaanmu untukku, ku mohon
***

Violin berlari sambil terus menghindar agar tidak menabrak siapa pun. Saat nyaris sampai di depan manding, gadis itu dapat melihat Rani dan beberapa orang sedang memandang papan informasi sekolah tersebut. Dengan tergesah ia langsung mengambil posisi paling depan dan langsung menatap mading.

TIGA KARYA TERBAIK DARI KLUB PHOTOGRAPHER

Kemudian Violin menemukan hasil kelompoknya dengan Refal ada disana. Dan seketika itu juga Violin menjerit senang, di mading tersebut nama Violin dan Refal tercantum di posisi pertama, itu artinya mereka akan mengikuti kontes fotografi tingkat nasional.

"Wah, kece lo Lin. Ikut lomba, pasangannya Refal pula," ucap Rani sambil mengedipkan sebelah matanya, bermaksud mengejek Violin.

"Hmm, iya nih gak nyangka gue sama tuh anak, oh iya gue mau cari Refal dulu mau ngasi tau nih berita babay," pamit Violin pada Rani lalu ia melenggang pergi.

Violin merasa bahagia, ingin rasanya ia menari di atas awan, tapi ia sadar tidak bisa melakukan hal tersebut.

Gadis itu berlari menuju kelas Refal untuk memberitahukan kabar bahagia ini.

"REFAL!" teriak Violin bersemangat, namun Refal tetap terlihat tenang.

"Hm?" jawab Refal singkat. Ya, sesingkat itu jadi, jangan heran dan emosi ketika berhadapan dengan seorang Refalion.

"Tau gak?--"

"Gak" potong Refal cepat, sebelum Violin melanjutkan ucapannya.

"Ye si kupret belom selesai ngomong juga, dasar es batu!" dumal Violin dan sedikit melirihkan volumenya ketika mengucap kalimat ‘es batu’.
Takut- takut jika Refal mendengar ucapannya.

"Apa lo bilang?" tanya Refal menyelidiki sementara Violin gelagapan.

"Eng- nggak,nggak. Kita dapet nominasi karya terbaik loh terus--"

"Ikut Kontes Fotografi Nasional?" potong Refal cepat.

Sebenarnya Violin sudah geram, namun karena hatinya lagi dalam kondisi bahagia jadi stok kesabarannya masih banyak, setidaknya cukup untuk menghadapi sifat dingin cowok di depannya.

"IYAK! 100 Ribu buat anda! Eh gak deng, gue gaada duit ... terus tadi couch suruh kita cari objek lebih bagus lagi dan lebih unik dari yang kemarin, mau gak ntar sore kita cari objek? Mau lahh ayukk," ajak Violin bersemangat.

"Okey, nanti pulang sekolah," jawab Refal singkat.

"Jadi, lo sama Refal mau ikut kontes itu?" tanya Algis dengan juteknya.

"Iyaps! Keren kan gue? Bakal ikut lomba huhuhu, dan entar gue bakal cari objek baru," jawab Violin antusias.

"Selamat ya, yaudah gue balik," ucap Algis karena mereka berdua sudah sampai di parkiran. Namun, tanpa Violin ketahui Algis berencana untuk mengikuti dirinya dan Refal.

Violin pun mencari keberadaan Refal, tak lama ia menemukan Refal yang sudah bersandar di samping motornya.

"Yuk!" ajak Violin tak sabar.

Mereka pun berangkat menuju ke sebuah danau, di sana nampak beberapa pengunjung yang menikmati semilir angin sore.

Di pinggir danau, ada sebuah rumah pohon yang tidak terlalu tinggi dan masih kokoh di pohon tersebut.

"Bantu gue naik dong," ucap Violin pada Refal namun empunya nama hanya melihat dengan wajah datar.

"Ribeti banget si lo," ucap Refal setelah melihat Violin naik dengan susah payah karena masih menggunakan rok.

"Iya makanya bantuin!" sinis Violin masih berusaha memanjat pada pijakan yang ada di pohon tersebut.

Ketika kaki Violin menginjak sebuah kayu penyangga, ternyata kayu itu lepas dari pohon. Hal itu membuat Violin kehilangan keseimbangan hingga, tubuhnya terhuyung ke belakang.

Violin menjerit, ia sudah memastikan akan jatuh ke tanah dengan keadaan patah tulang. Namun, ia seperti ada yang menyangga tubuhnya, hingga Violin tidak jatuh ke permukaan tanah.

"Ceroboh.” Suara itu seketika membuat mata Violin yang mulanya terpejam menjadi perlahan membuka matanya, betapa terkejutnya siapa yang ada di depan wajahnya yang hanya ada sekitar beberapa centi.

Violin menetralkan detak jantungnya yang ia rasa hampir copot, napasnya kasar dan berkeringat dingin karena takut. Violin bersyukur kareana tuhan masih mengizinkan tubuhnya tidak patah tulang.

"Maaf ... dan thanks udah nolongin gue," ucap Violin masih dengan posisi tangan Refal yang menahan tubuhnya.

Violin menikmati ini semua, wajah Refal begitu tampan jika dilihat dari dekat seperti ini.
Lama mereka saling memandang manik mata lawannya, tak sadar jika seseorang sedang memperhatikan mereka, ia adalah Algis.

Algis yang geram melihat posisi Violin saat ini pun tak tahan berada di kejauhan lagi, pria ini beranjak menghampiri kedua insan yang saling menatap.

"OLIN!" teriak Algis, membuat Violin dan Refal terkejut, namun sebisanya Refal menenangkan ekspresinya, dan sembari menurunkan tubuh Violin.

"Pulang!" ucap Algis sembari menarik tangan Violin kasar.

"Algis lepasin! Aw, ishh gis apaan sih?!" bentak Violin tak terima namun tak bisa melepas cengkeraman tangan Algis.

"Naik!" perintah Algis, sedangkan Violin menurut karena ia tahu Algis sedang marah. Meskipun begitu, perlakuan Algis padanya maupun Refal sangat tidak sopan.

"Lo kenapa, sih?" tanya Violin saat mereka di perjalanan menuju rumah Violin.

Algis diam. Ia berusaha meredam emosinya.
"Gue gak suka," jawabnya singkat.

Di sepanjang perjalanan tidak ada lagi percakapan di antara mereka karena sibuk pada pikiran masing-masing.

Sesampainya di rumah Violin, Algis hanya menatap gadis itu ketika turun dari motornya.

"Maaf," ucap Algis lalu melajukan kembali motornya tanpa menoleh ke Violin lagi.

"Algis aneh," gumam Violin lalu memasuki rumahnya

Happy reading in our project!

Thank you for reading!

Krisarnya, yaa. Karena kami juga manusia, xoxo.

By: skyb_liaa

ComeBack [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang