7 : Gangguan

196 29 8
                                    


Happy Reading Yaa:3

*****

Drrt ... Drrt.

Bunyi alarm ponsel Grisella berbunyi.

Drrt ... Drrt.

Merasa terganggu, Grisella pun mengambil ponselnya yang tergeletak pas disamping tubuhnya yang sedang berbaring. Dengan tubuh yang masih setengah sadar, ia lalu menghidupkan ponselnya tersebut.

"Uhh ... Jam berapa ini?" Gumamnya dengan nada yang agak serak.

Grisella pun melebarkan matanya kaget! Di layar hapenya tertera waktu yang sudah menunjukkan jam lima pagi! Bagaimana bisa?!

Grisella pun mencoba untuk duduk sembari mengucek kedua matanya, lalu meguap panjang. Ia lalu duduk di tepi tempat tidurnya tersebut. Pandangan Grisella langsung mengarah ke jam berbentuk lingkaran yang tergantung di dindingnya yang bewarna putih polos itu. Dan benar saja! Jarum pendeknya sudah menunjukkan jam lima pas!

"Apa aku ketiduran ya??"

Memang kemarin ia agak kecapekan sih. Plus! Ia terus-terusan memikirkan mendiang ayahnya, yang membuat ia akhirnya ketiduran. Bahkan sampai memimpikan ayahnya tersebut. Ia memang sempat bangun sebentar, tapi tubuhnya yang masih lemas membuat ia kembali menjatuhkan dirinya keatas kasurnya yang nyaman itu.

Selalu saja begitu! Setiap ia mempunyai masalah, ia pasti akan membayangkan bagaimana sang mendiang ayah akan membantunya. Setelah itu, ia menjadi rindu padanya, akhirnya ia ketiduran dan lalu memimpikan sebuah mimpi mengenai ayahnya. Dan anehnya tiap kali ia tidur, mimpi yang sama akan berulang kembali!

Bagaimana bisa?? Grisella pun tidak tau.

Yasudahlah, biarlah itu menjadi misteri. Sekarang, Grisella harus bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Karena kalau ia terlambat, nasibnya bukan lagi sebuah misteri, ia sudah pasti akan disuruh untuk membersihkan lab sekolah.

Dan hanya butuh waktu 30 menit, Grisella sudah memakai seragam putih dan rok abu-abunya, lengkap dengan atributnya. Ia lalu merapikan buku-bukunya dan memasukkan mereka kedalam tas hitamnya. Penampilannya juga seperti yang biasa, rambut diikat cepol dan memakai kacamata bulatnya.

Semua sudah siap! Ia pun berjalan ke arah pintu dan lalu membukanya perlahan. Tapi anehnya pintu itu sangat berat untuk dibuka, seperti ada yang menganjal di seberang pintu.

Grisella pun membuka pintu itu selebar-lebarnya. 

Dukk!

Tiba-tiba seorang cowok yang berbalut selimut tampak meringis kesakitan karena kepalanya jatuh ke lantai.

"Aduh, kampret!!" Teriak cowok tersebut sembari mengelus puncak kepalanya yang sakit.

Cowok yang dalam posisi tersungkur tersebut melihat sepatu seseorang didepannya, dan lalu ia menoleh ke atas. Kedua orang tersebut melebarkan matanya kaget! Ternyata itu adalah Gavin! Cowok yang sedang berusaha bangun sembari tetap mengelus kepalanya kesakitan.

Gavin yang sudah dalam posisi berdiri, lalu memeluk adiknya itu. Membuat selimut yang membaluti tubuhnya terjatuh ke lantai.

"Gue kira lo kenapa-kenapa ...," Bisik Gavin di telinga Grisella. Setelah puas, Gavin pun melepaskan pelukannya tersebut. Keduanya saling berhadapan, Gavin pun menatap tajam ke arah Grisella. Grisella yang tak tau permasalahan abangnya, hanya terdiam menunggu Gavin yang sepertinya akan mengomelinya.

Heartless GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang