12 : Perasaan Tersembunyi

145 24 0
                                    

NoComment

*****

"Woy! Minum gue mana?!" Bentak Jeniffer kepada cowok berkacamata yang ada di depannya itu. Laki-laki culun itu lalu membungkukkan badannya, "ma-maaf ratu! Ta-tadi saya gak dengar ra-ratu minta dibeliin mi-minum juga...," Wajahnya memerah karena malu, dan takut. Ia tau pasti Jeniffer akan menghukumnya setelah ini.

"Lo kira gue bisa makan nih bakso gak pakek minum?! Helloww! Gue bukan unta kali, yang bisa tahan gak minum-minum! Dasar bego!" Cowok culun yang mendengar 'ratunya' mulai meninggikan suaranya, malah makin membungkukkan badannya, "Tolong ratu! Jangan diskors saya!"

"Hmm... Oke, begini aja... Sekarang, lo pergi beliin gue minimal 20 snack yang ada di kantin, bayarnya PAKEK DUIT LO! Kali ini lo gue maafin karena mood gue lagi baik, sekali lagi begini, ucapkan bye-bye sama SMA Mekar Bangsa!" Ucap Jeniffer sembari terkekeh pelan.

Tanpa basa-basi, laki-laki itu langsung berlari menuju kantin. Sementara Nova dan Jeniffer yang sedang duduk diatas meja, malah tertawa terbahak-bahak, "Tuh cowok goblog apa gimana? Mau-mau aja disuruh... Emang lo hebat banget dah."

"Yaiyalah... Namanya inces Jeniffer! Dah gue bilang, siapa pun di sekolah ini bisa gue buat bertekuk lutut di depan gue!" Ucap Jeniffer sembari mengibaskan rambutnya, "Kak Jen! Kak... Oh kak!" Teriak seorang gadis, membuat seisi kelas meliriknya yang sedang berada di ambang pintu, "Udah! Gak usah kepo, balik ngehias kelas sono!"

Jeniffer menarik tangan Dira keluar dari kelasnya, yang tidak ia tau bahwa seisi kelas sedang meliriknya dengan tatapan benci dan saling berbisik buruk tentangnya, "What? Gue harap ini penting ya...."

"Penting banget lho kak!" Nova dan Jeniffer langsung melihat satu sama lain, tetapi mereka lalu mengembalikan tatapan mereka kepada Dira, "buruan cerita."

Dira langsung menceritakan kejadian yang baru dia lihat di taman belakang sekolah. Ia lalu juga memperlihatkan foto yang diambil dengan hapenya, dan foto itu langsung membuat Jeniffer menggertakkan giginya.

"Kurang ajar! Tuh cewek gak bisa dibilangin baik-baik rupanya. Kalau dia mau gue kasar, oke gue tunjukkan. Dasar sialan!"

*****

Kring...!

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Di kelas, Grisella masih memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Tetapi hentakan kaki seseorang yang seperti menuju ke arahnya membuat ia berbalik untuk melihat siapa itu, ternyata itu hanya Axelle yang sedang berdiri di sebelahnya.

"Lo pulang sama siapa?" Grisella lalu melihat sekelilingnya yang sudah tampak kosong, dengan ekspresi bingung ia menunjuk dirinya sendiri, "Iya, gue bicara Ama lo. Lo pulang sama siapa?" Tanya Axelle lagi.

Laki-laki itu benar-benar aneh hari ini, dan dari semua keanehan itu, ini adalah yang teraneh, "ti-tidak ada, memang ada apa ya?" Axelle lalu tersenyum miring, membuat hati Grisella tiba-tiba berdenyut, dan ia tidak menyukainya.

"Yuk bareng gue aja," Grisella lalu melebarkan matanya, belum pernah ia diajak seseorang untuk pulang barengan, kecuali abangnya sih, "Anda ada motor?" Axelle mengangguk.

"Bukankah anda pulang bareng teman-teman anda?" Grisella benar-benar tidak suka perlakuan yang diberikan Axelle padanya hari ini, karena setiap melihat wajahnya, jantungnya berdenyut-denyut tak karuan. Apa ia sudah terkena penyakit jantung? "Mereka udah pulang duluan, kalau lo gak mau gak ap-"

"Bukan-bukan! Bukannya saya tidak mau, tetapi saya tidak diizinkan pulang bareng orang asing, lagipula anda masih kecil untuk naik motor," Axelle lalu memutar bola matanya, "jadi, gue masih 'orang asing' di mata lo?" Mendengar hal itu, Grisella menggigit bibir bawahnya, ia tidak tau mau menjawab apa.

Heartless GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang