PERINGATAN
Banyak typo dalam cerita ini. Maklum, ya***
String berlari menjelajahi lorong di bangsal rumah sakit tersebut. Temaramnya penerangan mempersulit matanya yang coklat cerah itu melihat angka-angka di pintunya.
Sesekali dia meraba pintu-pintu bangsal tersebut dengan jari jemarinya. Memastikan angka di pintu tersebut sama dengan yang dia ingat.
"Siwi" suaranya parau.
Sesak yang memukul-mukul dadanya kembali menyerang. Dia berhenti, menunduk dan memegangi dadanya dengan tangan kanan.
"Kemana kau?" batinnya.
String bangkit. Nafasnya memburu, dia kembali lagi berlari.
Lorong yang semakin gelap tersebut menambah siksa dirinya. String berhenti, telinganya menangkap sebuah suara dadi sisi kanan. String menoleh.
Dirabanya nomor pintu tersebut. Tiga, delapa, satu. Nomor yang tepat seperti yang ada di ingatannya. Namun sial, gagang pintu itu bergeming saat String hendak membukanya.
String tak kehabisan ide. Dia mengambil ancang-ancang lalu menendang pintunya.
Angin? Itu yang pertama dirasa String. String melangkah perlahan ke dalam ruang tersebut. Gelap sekali, bahkan temaramnya lampu tak bersedia menerangi kamar tersebut.
"Siwi?" String menghembuskan suaranya perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*