String terbangun dengan dada naik turun. Keringat membasahi tubuhnya.
String berusaha menarik nafas panjang, dan menghembuskannya. Kendati demikian itu tak membuat dirinya tenang.
Netranya melirik ke sebuah jendela yang sudah lama menunggu untuk dibuka. Agar cahaya terang dapat masuk ke kamar String.
String bangun, dia menghadap kaca dan sedikit membungkuk di hadapan kaca tersebut. Ia mengamati wajahnya sendiri, ada luka di pelipisnya. Luka sayatan yang belum kering sepenuhnya.
Luka itu mengingatkannya pada malam dimana dia hampir saja dibunuh pamannya sendiri, Thomas.
String mengusap wajahnya. Tiba-tiba suara ketukan terdengar di pintu kamarnya. String bangkit, menarik baju longgarnya dan membuka pintu.
Gadis bekepang itu berdiri sembari mendongak mengamati String yang bertelanjang dada. Wajahnya memerah, ia langsung menunduk.
"Baju kotor, Tuan" katanya lirih sembari terus menunduk.
String berbalik. Sembari mengenakan bajunya ia mengambil beberapa baju kotor dan ditaruhnya di wadah yang dibawa si gadis.
Gadis itu mengangguk lalu pergi meninggalkan String yang mengedarkan pandangan ke halaman.
Beberapa kompeni nampak berbaris dan berlatih menembak. Semuanya tampak sibuk, kecuali dirinya yang kini melangkah santai ke tengah lapangan.
"Hei, kapten?"
Seseorang berteriak ke arah String.
"Mau menjenguk gadismu?"
"Diam kau!" String langsung memotong sebelum temannya itu melanjutkan gelak tawanya.
Temannya kemudian merasa bersalah. Dia diam, namun terus mengikuti String sampai di bukit yang menampakkan pemandangan markasnya dan penjara perempuan di sisi kirinya.
String melirik ke penjara tersebut. Matanya menangkap wajah seorang gadis yang baru saja muncul di mimpinya. Ia tengah berjalan bersama temannya, membawa nampan berisi sayuran yang ia masukkan ke sebuah ruangan yang agaknya dapur.
Temannya ikut mengawasi. "Memangnya ada apa dengan gadis itu?"
String tak menanggapi laki-laki jangkun bernama Ver, berusia sembilan belas tahun tersebut.
"Pertama kali gadis itu masuk. Bisa kulihat kalau dia sudah kenal denganmu. Apakah dia temanmu?" tanya Ver lagi.
"Bukan"
String kemudian turun. Ada sebuah masalah yang sedang ia pikirkan. Namun dia enggan berbagi pikiran tersebut pada temannya. Entah kenapa itu membuatnya gusar.
String menuruni bukit. Ia masuk ke dalam kamarnya. Ia mengambil seragam serta senapannya. Ia kemudian keluar sembari menatap Ver yang bersandar di pintu.
"Berhenti mengikutiku!" String memasang muka datar. Sedangkan Ver langsung berhenti di tempat. Membiarkan String pergi.
String berjalan dengan pongah menuju kantor pamannya. Sekali ketuk, kemudian ia masuk.
Pamannya tengah duduk sembari menyesap cerutu yang asapnya memenuhi ruangan tersebut.
"Membahas gadis itu lagi?" tebak pamannya. "Aku tak mau membunuh keponakanku sendiri hanya gara-gara keponakanku mencintai seorang pribumi"
String menoleh, membuang pandangannya. Ia tak mau menjawab, memang dia datang untuk membahas soal Siwi, gadis yang sempat ia lihat di penjara tadi.
"Aku sudah mengambil sumpah, String. Kubunuh seluruh keluarganya karena mengkhinatiku" bisik pamannya.
"Tapi dia tak tahu apa-apa"
"Memangnya apa yang menarik dari gadis itu? Masih banyak pejabat-pejabat Belanda yang memiliki putri cantik yang mau meningkah dengan remaja tampan sepertimu" celoteh Thomas.
"Aku menutupi semua kejadian ini dari ibumu. Dengan alibi kau di sini karena ingin belajar seni perang dariku. Aku sudah memberikan gadis itu waktu beberapa tahun untuk menyenangkanmu. Tapi menyentuhnya pun kau tak pernah"
String hanya diam. Kebaikan pamannya mungkin sudah sampai di titik akhir.
Mengingat juga pertanyaan Thomas tentang yang menarik dari Siwi. Bukan suatu yang istimewa, namun unik bagi String.
Saat String membawa Siwi ke tempat ini. Siwi sempat memukul wajahnya. Dan String sempat mengeluarkan kata-kata kasar padanya. Namun tatapan itu, pandangan itu yang membuat String langsung tercengang.
Ia menatap String sangat lekat. Tanpa takut dan gentar, ia menatap lurus ke arah mata String.
Saat itulah String merasa ada satu hal yang luar biasa dalam diri Siwi, yang tidak ada di dalam jiwa perempuan lainnya.
Sebuah keberanian yang cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*