"Hei, String?" Panggil Beltz. "Kita panggil para gadis"
"Silahkan!" Ujar String. "Tapi jangan Siwi"
"Ayolah String. Malam ini kita bersenang-senang,"
"Tidak" jawab String langsung.
"Kami tak akan menyentuh gadis itu. Dia datang hanya untuk melayani minum. Lagi pula kalau dia di sini, kau bisa memandanginya sepuasmu" ujar Beltz.
String melirik. Dia tak langsung menjawab. Namun akhirnya dia mengangguk.
Beltz menggebrak meja. "Aku panggil para gadis,"
"Tapi ingat!" String ikut-ikutan menggebrak meja. "Siapa saja yang menyentuh Siwi. Akan dihukum gantung"
Semuanya mengangguk dengan senyum-senyum kemenangan. Beltz langsung saja cepat-cepat pergi. Langkahnya yang sempoyongan tak menyurutkan niatnya untuk memanggil para gadis.
String meletakkan kembali kepalanya di atas meja. Dia sesekali memejamkan matanya. Namun sesekali tertawa sendiri tanpa dia tahu apa penyebabnya.
Suara tiba-tiba riuh. String hanya menatap dari balik satu matanya. Mereka ada di sana. Siwi juga.
Beberapa orang di meja itu dengan gairah tak tertahankan langsung saja menggoda gadis-gadis di sana. Mereka meringkus, nampak ketakutan. Dan memberontak saat beberapa di antaranya dipaksa untuk ikut.
Siwi berdiri di sana. Diam membisu. Nyalinya tiba-tiba menciut menatap prajurit-prajurit yang tengah mabuk itu.
Dia menatap String yang berusaha duduk dengan tegak. Pemuda itu menatap Siwi. Ada gelenyar aneh saat menatap gadis kusam itu berdiri ketakutan di ambang pintu. Matanya sayu tak sudi menatap teman-temannya menjadi bahan hiburan bagi orang-orang yang seharusnya mereka benci.
"Siwi, ambilkan aku minuman!"
Beltz berteriak nyaring. Dia menyeringai ke arah String. String hanya membiarkan, dia kembali meneguk bir di tangannya. Dan sekali lagi kepalanya menjadi berputar hebat.
Siwi hanya menurut. Dia berjalan ke kanan dan ke kiri seperti sapi kurang makan. Dia hanya bisa mengangguk saat sahut demi sahut itu memanggil namanya. Menyuruhnya untuk cepat.
Namun seperti yang String suruh. Tak ada satupun dari orang-orang di sana yang menyentuh bahkan di ujung rambutnya.
Dalam pandangan yang sedikit berputar String memperhatikan Siwi. Senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat rambut gadis yang panjang itu bergerak-gerak mengikuti tuannya.
Pemuda itu bangkit. Jalannya limbung, dia menggapai sandaran kursi untuk mempertahankan berdirinya. Namun sial bagi pemuda itu. Tangannya begitu lemas hingga dia terjatuh ke tanah.
Semua orang tertawa dalam mabuknya. Sedangkan String hanya menyengir. Matanya menangkap lirikan tajam Siwi yang berdiri tak jauh dari String. Seakan-akan lirikan itu bersorak gembira menatap String terjungkal.
Pemuda tinggi tersebut bangkit. Dia tersenyum entah karena apa. Menatap Siwi membuat dirinya seakan ingin terbang.
Tangan pemuda itu menarik lengan Siwi. Menarik gadis yang lebih pendek darinya itu untuk mendekat. Pandangan mereka bertemu untuk beberapa saat. Sebelum akhirnya Siwi berusaha membuang pandangannya.
Gairah aneh menjalari seluruh punggung String. Dia merangkul tubuh gadis itu dengan kedua tangannya. Mencium aroma tungku panas dari tubuh gadis di depannya.
Dia membenamkan wajahnya di pundak si gadis. Memejamkan matanya, mendengar alunan samar-samar lagu dari kejauhan. Pemuda itu mencoba memposisikan dirinya senyaman mungkin walaupun Siwi terus saja mencoba menjauhkan tubuh pemuda itu darinya.
"Diamlah!" Ujar String membenamkan wajahnya ke leher Siwi.
Gadis itu memberontak. Namun semakin Siwi mencoba menjauhkan tubuhnya. Semakin kuat String mencengkeram tubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About String
Historical FictionThe Netherland Diary Nb: (Sequel dari cerita Batavia, oleh Indiani Ling) *ORIGINAL COVER BY UNKNOWN* *COVER EDIT BY INDIANI LING*