Penyusup

542 98 2
                                    

Bulan nampak lebih cepat hadir di langit Batavia. Bahkan sebelum matahari turun ke peraduan. Bulan sudah hampir setengah perjalanan.

String membawa laras panjang yang selalu menemaninya selama ini. Dia kemudian menuliskan sebuah surat untuk Beltz yang dia selipkan di seragamnya yang tergantung di pintu.

Obor-obor dan lampu kecil mulai menerangi benteng itu. Beberapa penghuninya berjaga di setiap pintu masuk. Menatap dengan tajam sedikit gerakan mencurigakan di wilayah penjagaannya.

String naik ke atas bukti dimana dia biasanya dengan diam-diam menatap Siwi di antara angin yang berhembus. String turun, melirik ke arah dua penjaga yang sedang duduk tak jauh dari pintu masuk ke penjara wanita.

Menatap String datang. Kedua prajurit tersebut segera bangkit.

"Sir?"

String melirik sekilas ke belakang dua prajurit di harapannya. Tiba-tiba dia menunjuk dan berteriak, "achter je!"
(Di belakang mu!)

Spontan kedua prajurit itu menoleh ke belakang. Tanpa aba-aba String menendang salah satunya. Dia lalu mendorong satunya lagi dengan laras panjang yang dia bawa.

Salah satu prajurit itu terjengkang ke balakang dan meringis kesakitan. Sedangkan yang lain nampak masih geragapan dengan penyerangan tak terduga dari atasan mereka.

String melayangkan tinju ke prajurit berambut pirang di harapannya. Prajurit itu terlalu lambat untuk menghindar, dia tersungkur dan terjerembab ke parit dangkal yang ada di belakangnya.

Prajurit lainnya nampak ingin memukul String dengan sebilah papan. Namun dengan gerakan yang cepat String menunduk dan memukul ulu hati tentara itu.

Laki-laki dengan tubuh besar itu pun tertatih-tatih ke belakang. Wajahnya merah padam menahan sakit, dia lalu terjerembab ke parit yang sama seperti temannya.

String menatap dua tentara yang mengaduh kesakitan di bawah sana. Dia kemudian turun ke dalam parit dangkal yang becek itu dan memukul keduanya dengan sebuah bilah papan.

Kedua orang itu terdiam. Tak kuasa untuk tetap tersadar setelah digampar String dengan begitu keras.

String berjongkok dan menarik salah satunya ke sisi yang lain. Menjejerkan kedua tentara di satu tempat dan menarik beberapa karung pupuk untuk ditumpuk di atas tentara-tentara tersebut.

String memberi celah di antara wajah mereka agar mereka tetap bernafas. String lalu berjongkok dan meminta maaf pada keduanya. Dia harus melakukan ini untuk menyelamatkan Siwi.

String sejenak terdiam. Dia membayangkan bagaimana perasaan ibunya saat mengetahui String kabur dengan membawa seorang wanita tahanan. Apakah dia akan marah? Atau mungkin beliau akan mengerti kenapa String harus membawa pergi Siwi dari tempat ini kalau tahu cerita yang sebenarnya.

Sebuah suara tiba-tiba terdengar tak jauh dari parit dimana String sekarang tengah berjongkok. Suara itu nampak banyak. String mencondongkan badannya ke depan. Dia melirik dari balik rumput-rumput di atas kepalanya. Dengan perlahan String menatap sekitar.

Dua orang, bukan. Tiga orang dengan baju serba hitam datang mengendap-endap dari arah belakang String.

Apa mereka tahu String di dalam parit tengah berjongkok dalam diam. Tidak, mereka tidak tahu. Mereka sekarang hanya kebingungan karena tak ada penjaga di pintu masuk penjara.

Orang-orang itu bukan tentara. Bukan juga orang Belanda. Pribumi batin String. Apa yang mereka lakukan di sini?

Ke tiga orang itu membuka pagar dengan begitu hati-hati. Berbekal sebuah palu dan tang mereka membobol pagar yang terkunci dengan sangat mudah.

Ketiganya masuk tanpa sadar String berdiri di belakang mereka siap dengan senjata api di tangannya.

About StringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang